Mark menghentikan langkah kakinya ketika melihat Hyunbin marah - marah di ruang CCTV.
"Jangan main - main denganku!!! Kita ini di kantor polisi dan kau mau bilang kalau rekaman CCTV nya hilang!!!"
Sudah begitu lama Mark tidak melihat Hyunbin begitu marah. Tetapi sangat wajar jika Hyunbin sampai semarah ini, di kantor polisi yang seharusnya aman masih saja terjadi hal yang tidak masuk akal.
"Temukan rekaman CCTV secepatnya!! Atau aku akan obrak abrik sendiri sampai tahu siapa pelaku yang telah menghilangkan rekaman CCTV!!"
Mark sedikit terlonjak kaget ketika Hyunbin membalikkan badan dan menatap kearahnya.
"Ikut aku Mark.."
Mark menatap kebingungan pada sekelilingnya, tapi ia melihat ekspresi Jihyo yang langsung membuatnya tahu apa yang akan dihadapinya.
Mark sudah tahu jika Jihyo memberitahukan apa yang terjadi ketika di Bar dengan Hyungwon. Dan dia juga tahu jika Hyunbin sudah mulai hilang kendali karena semua kekacauan di kasus Changmin ini. Kasus yang berjalan semakin rumit ini memang menguras tenaga dan juga emosi, sangat wajar jika Hyunbin sampai seperti ini. Mark juga tahu jika sebentar lagi para atasan pasti akan meminta Hyunbin dan timnya berhenti melakukan penyelidikan tentang kasus Changmin ini, dan karena waktu yang begitu singkat mungkin yang membuat Hyunbin akhirnya membuat keputusan yang tidak diduga oleh Mark sama sekali.
"Kau yang membuat kesepakatan kan dengan Hyungwon,' kata Hyunbin, "Jadi lakukanlah... temui dia dan cari informasi sebanyak - banyaknya tentang Changmin."
Mark masih tidak membalas apapun, ia menganggukkan kepala sembari menelan salivanya yang terasa begitu pahit. Setelah pelantikan dirinya sebagai seorang polisi tentu saja Mark harus siap dengan segala resiko yang ada, termasuk resiko yang ada didepan matanya ini. Mark tahu Hyungwon bukan orang biasa. Mark tahu resiko yang akan ia hadapi ketika menemui Hyungwon nantinya.
"Karena Hyungwon pasti akan dijaga oleh banyak orang dan aku tidka ingin ada sesuatu yang terjadi diluar kendali maka kau masuk tanpa membawa alat penyadap bahkan senjata," kata Hyunbin, "Datang temui Hyungwon seperti seorang teman."
"Iya nunna, aku akan lakukan yang terbaik," kata Mark yang kemudian menarik nafas dalam - dalam dan menghembuskannya.
Mark tidak takut akan kematian jika itu memang diperlukan untuk menegakkan keadilan. Tetapi kepalanya dipenuhi dengan wajah Haechan. Dipenuhi dengan senyuman Haechan dan jika ia memang harus mati, senyuman Haechan dan wajah manis Haechan - lah yang tidak ia rela untuk kehilangan.
Namjoon mengetik tombol enter setelah memastikan semua kode yang ia masukkan benar. Ia kemudian menatap pada Hyunbin yang balas menatapnya.
"Dari hasil inspeksi website ini room meeting di sebuah platform untuk meeting online nunna, tapi karena roomnya sudah berakhir jadi sudah tidak bisa dibuka lagi," kata Namjoon, "Dan karena ini bukan platform seperti Youtube jadi kita tidka bisa mendapatkan rekamannya.'
Hyunbin menghela nafas panjang, ia menatap pada Mark, "Tanyakan masalah website ini sekalian pada Hyungwon besok."
"Nunna... kita tidak memasnag alat penyadap apapun pada Mark besok, kalau dia sudah dibunuh duluan bagaimana?" tanya Sehun.
Mark menatap pada semua orang yang ada di ruangan dengan bergantian. Semua orang menatapnya seakan - akan dia akan mati besok.
"Tenang saja, aku akan berusaha tetap hidup," kata Mark meski tidak begitu yakin juga jika dia akan bertahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir?
FanfictionLee Haechan, seorang anak laki - laki berusia 16 tahun memberanikan diri dengan menjual dirinya sendiri di sebuah situs prostitusi untuk mendapatkan uang jajan tambahan. Mark Lee, seorang polisi muda berusia 24 tahun yang baru lulus dari akademi ke...