Anak berambut putih itu duduk dengan malas. Wajahnya lesu karena dipaksa bangun. Pandangannya yang masih setengah kabur memperlihatkan gadis bermata emas dengan rambut terurai. Dia menguap selagi gadis itu bicara.
“Cyrus, kau tahu Findahn ke mana?”
Anak yang ditanyai masih mengumpulkan nyawa. Agak lama dia memandang gadis di depannya. Entah kenapa otaknya terasa lambat. Alhasil dia hanya bengong menatap si gadis, lalu tertidur selagi duduk.
“Cyrus, jawab aku!”
“Tidak tahu,” jawabnya dengan mata terpejam.
Aleria mendengkus kesal. Tampaknya Cyrus memang tidak tahu ke mana Findahn pergi. Dia pun berhenti bicara, tetapi keresahannya belum hilang. Gadis itu heran dengan sikapnya sendiri. Bukankah seharusnya dia tidak perlu sekhawatir ini?
Cyrus membuka matanya, memperhatikan Aleria yang sedang berpikir. Dia jadi teringat ucapan Findahn semalam soal kepanikan Aleria. Anak berambut putih itu pun mengambil botol minum yang ada di dekatnya, lalu menyodorkannya ke Aleria.
“Nih, minum dulu biar tenang.”
Aleria menerima botol itu dan meneguk isinya. Dia jadi teringat pesan ayahnya untuk selalu minum air putih setelah bangun tidur.
“Kau tidak perlu khawatir soal Findahn. Mungkin dia sedang buang air atau semacamnya, nanti juga kembali,” jelas Cyrus sambil mengosok matanya.
Benar juga, kenapa aku tidak berpikir ke situ. Ah, dasar diriku ini, batin Aleria merutuki dirinya.
Tak lama sosok yang dibicarakan pun muncul. Findahn datang sambil membawa sesuatu yang dibungkus dengan kain. Namun, bukannya langsung menghampiri temannya, dia malah mematung sambil senyum-senyum tidak jelas.
“Cieee, ada apa, nih? Pagi-pagi sudah berduaan.”
“Lihat, kan, kubilang ... sebentar, apa maksudmu bicara begitu?” tanya Cyrus curiga.
“Eh, maaf, aku hanya asal bicara, lupakan saja.”
Ayaka yang samar-samar mendengar percakapan temannya pun terbangun. Dia masih linglung, seluruh nyawanya belum terkumpul. Di sisi lain, Findahn mendekati teman-temannya, duduk bersila dan memperlihatkan barang bawaannya. Dibukalah kain itu, menampakkan beberapa jamur yang entah Findahn dapat dari mana.
“Apa ini?” tanya Aleria.
“Untuk misi. Kalian tidak ingat gambarnya?” balas Findahn.
Mendengar itu, Cyrus langsung mengambil kertas lusuh petunjuk misi. Kertas usang itu dibuka. Reaksi mereka berempat masih sama saat melihat gambar yang tertera di sana. Enggan, malas, dan muak.
Findahn menjajarkan tiga jamur, masing-masing berwarna putih tulang, ungu, dan cokelat kekuningan. Ketiga jamur itu memiliki bentuk yang sama seperti di gambar, hanya warna dan teksturnya yang berbeda.
Jamur pertama berwarna putih tulang, bertekstur kasar, dan terdapat debu di bagian bawahnya. Debu itu sebenarnya adalah spora jamur yang mudah terbang dan bisa membuat siapa pun bersin. Jamur kedua berwarna ungu, bertekstur halus, dan beraroma manis seperti permen ceri.
“Jangan dimakan, nanti kau bisa muntaber!” seru Findahn saat Ayaka hampir memakan jamur ungu, dengan kesal Ayaka melempar jamur itu.
Jamur terakhir berwarna cokelat kekuningan, berlendir dan teksturnya paling lembek. Jamur ini aman dimakan, meski rasanya agak hambar. Aleria penasaran ingin mencobanya. Ketika dikunyah ada sensasi aneh karena lendir jamur itu agak lengket di mulut.
“Tidak terlalu enak, sih. Setidaknya lumayan untuk makanan darurat.”
Cyrus pun penasaran mencobanya. Namun, lendir di jamur itu membuatnya susah dipegang, sehingga jatuh mengenai kertas gambar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mystery Beneath the Shadow Forest
FantasiaFindahn, Aleria, Cyrus dan Ayaka harus menjalani misi di Shadow Forest. Miss Valina Grewynn, guru farmasi di Maple Academy, menyuruh mereka untuk mencari tumbuhan ajaib. Kertas lusuh bergambar aneh pun menjadi petunjuk mereka. Teka-teki gambar haru...