| LIMA BELAS |

2.4K 561 36
                                    

Tuk... Tuk... Tuk....

Serein meluruskan pandangannya ke danau yang tidak diketahui kedalamannya berapa, dia hanya melihat betapa jernihnya air itu sampai-sampai menampakkan dasar yang dipenuhi ribuan karang.

Dari banyaknya pengamatan yang ada di sekitar, objek pandangnya tertuju pada seekor kancil di pinggiran danau yang sedang mengetuk-ngetuk kakinya berulang kali ke potongan kayu di dekat pohon lebat.

Serein memperhatikannya beberapa menit, kancil itu masih mengetuk kakinya bahkan saat Serein masih terus menatapnya. Merasa kancil itu mencoba memanggilnya, Serein pun melewati rerumputan panjang bermaksud menghampirinya, hampir mendekatinya, sebelah lengannya ditarik dari belakang.

Betapa terkejutnya Serein mendapati seorang lelaki yang tidak pernah dia lihat, sejujurnya saat ini Serein hanya mengenal keenam makhluk yang mengaku memiliki hubungan dengannya, sedangkan lelaki di hadapannya ini—ah, sebentar, sepertinya Serein pernah melihatnya sekali, Serein melotot, dia adalah—

"Kau Helios?" tanya Serein langsung tanpa berbasa-basi, iya! Serein sangat ingat, pria yang menaiki seekor Alkonost di malam itu. Manik mereka saling bertemu, Serein seolah-olah terhipnotis oleh tatapannya.

Tatapannya, Serein tidak bisa menjelaskannya, terasa dingin dan menusuk, di satu sisi terasa meneduhkan.

"Kau tidak boleh mendekatinya," Dia berbicara. Suaranya yang berat dan mengerikan membuat bulu kuduk Serein meremang, belum lagi lengannya yang masih mencekal lengan Serein mulai terasa keram.

Hening beberapa detik, seperti ada atmosfer lain yang mengelilingi mereka, Serein merasa dibawa ke tempat lain saat bertatapan dengannya.

"Lain kali kau harus berhati-hati." Dia berbicara lagi dengan suara beratnya membuat tenggorokan Serein tercekat.

"B-berhati-hati pada apa?"

Belum menjawab, pria itu langsung menghilang layaknya abu di udara, aromanya yang seperti musim gugur terasa membekas di indra penciuman Serein.

"Apa yang kau lakukan, kau tidak boleh mendekatinya!" Itu Jino, tiba-tiba dia muncul, tatapannya menajam pada sang kancil yang masih berdiri di tempat semula.

Melihat sang kancil pergi, Serein tidak mengerti apa yang terjadi. Tadi pria itu—Helios—sungguh berada di hadapannya, kan?

"Apa yang terjadi? Kapan kau datang?"

"Kau tidak boleh mendekati makhluk yang tidak mengajakmu berbicara duluan. Mereka hanya memancingmu untuk dimangsa."

"Dimangsa?" Sebentar, Serein benar-benar belum mengerti. Bukankah tadi dia berhadapan dengan Helios? Ke mana perginya pria itu? Dalam seperkian detik, manik Serein bertemu dengan seekor burung gagak yang menggantung di atas pohon.

"Apa yang kau cari?" Dahi Jino berkerut, dia berusaha mengendus sesuatu yang membuat Serein gelisah tapi dia tak menemukan apa pun.

Serein merasa Jino tidak mengetahui keberadaan burung itu. "Tidak. Jadi, apa ada banyak makhluk pemangsa di sini?"

"Lebih banyak dari yang kau duga." Lelaki bernetra hitam pekat itu mengajak Serein duduk di pinggiran danau. Dia membawa semacam tas kertas, di dunia Serein disebut paperbag tapi bukan paperbag, lebih kuno dan talinya terbuat dari ukiran kayu.

Tadinya perut Serein berbunyi nyaring menandakan dia butuh asupan makanan, hal itu membuat Jino berinisiatif membawakan sesuatu yang bisa dimakan untuk gadis itu.

Jino pergi secepat kilat, kurang lebih dua menit dia sudah kembali, tapi selama dua menit itu dimanfaatkan seseorang untuk bertemu dengan Serein. Gadis itu kembali melirik pohon itu, ternyata dia sudah menghilang.

Dark Creatures | ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang