36

64 6 0
                                    

"Ara! Ara gak daftar jadi ketua osis?!" Tanya Fakhri. Mereka sedang dalam perjalanan menuju sekolah, naik motor Fakhri tentunya.

"Hah?! Iya gue gak mau sosis!" Jawab Aurora.

"Kenapa?!"

"GAK MAU SOSIS!"

"Sosis?" Gumam Fakhri. Sepertinya topik mereka tidak akan nyambung jadi Fakhri memutuskan untuk diam saja.

Setelah sekitar kurang lima belas menit mereka di perjalanan akhirnya mereka sampai di sekolah.

"Buseth, kemaren sama Apin terus sekarang sama Fakhri. Besok sama siapa lagi? Semua cowok mau lu embat?" Ujar Rion yang datang bersamaan dengan mereka.

"Iya lah, secara gue kan cantik dan baik hati. Kenapa? Lu cemburu? Bilang dong kalo cemburu, lu juga bisa jemput gue kok besok." Balas Aurora. Ia berjalan duluan, meninggalkan Fakhri dan Rion di parkiran.

"Hilih tahi, gua kan mau buat dia kesel sekali-kali. Kenapa malah jadi gua yang kesel sih?!" Monolognya.

"Lagian Ara dilawan. Lu kayak gak tau dia gimana aja, tapi tadi candaan lu hampir kelewatan sih. Hati-hati ya, gua gak akan segan nonjok lu kalo Ara sakit hati."

Rion tertawa. "Bah santai bro santai, serem amat senyum lu. Oke, mulai hari ini gua bakal fokus ngegame aja." Rion mengangguk sekali pada akhir kalimat.

"Bagus, yaudah ayo ke kelas." Mereka pun jalan bersama menuju kelas.

>•~•<

Jam pelajaran pertama dimulai dengan mata pelajaran yang akan membuat kepala mereka mengebul sampai istirahat. Ya, sarapan mata pelajaran mereka untuk hari ini adalah kimia. Mereka akan dibuat pusing pagi ini.

"Pak bentar pak, istirahat dua puluh menit dulu bisa gak pak? Otak saya otewe ngebul nih." Ungkap Lion.

Karena pasalnya dari awal pelajaran dimulai sampai sekarang —sudah berlangsung selama dua jam, guru kimia tersebut terus saja menjelaskan materinya.

"Lima belas menit." Balas guru kimia tersebut.

"Delapan belas menit deh pak." Tawar Lion.

"Sepuluh menit atau gak istirahat."

"Yaudah pak sepuluh menit!"

Sekitar dua menit kemudian ada yang mengetuk pintu kelas 11 IPA 2.

Tok Tok

"Silahkan," jawab guru kimia.

"Permisi pak Nana, maaf bila mengganggu waktunya—"

"Gak ganggu kok kak, malah saya alhamdulillah kakak ketok pin—" Sela Aurora.

"HEH! SIAPA ITU YANG BERBICARA?! DIAM!"

"Kaget asu," gumam Aurora.

Lion menoyor kepala Aurora dari belakang. Dia sekarang duduk di belakang Aurora. "Mampus, ngoceh bae sih."

Aurora langsung menoleh tajam. "Tahi. Awas lu istirahat nanti," balas Aurora. Tentu saja mereka berucap dengan pelan.

"Alah paling nanti juga lupa."

"Ye."

"Itu pak, bapak kedatangan tamu penting katanya dan disuruh ke kantor kata bu Eka, pak." Jelas siswi tersebut.

"Baik terima kasih ya nak."

"Iya pak sama-sama, saya permisi."

"Ya sudah saya ke kantor dulu." Pamit pak Nana.

"Bapak bawa tas?" Tanya Aurora.

"Biar sekalian, kayaknya juga saya harus pergi tapi belum pasti. Nanti saya kabarin. Ketua kelasnya siapa? Bapak mau minta nomornya buat ngabarin nanti."

Fakhri mengangkat tangannya. "Saya wakilnya pak, saya saja. Nomor ketua kelas hanya bisa untuk keluarga saja."

"Oh baiklah," Fakhri lalu menghampiri guru tersebut dan memberikan nomornya.

Sebenarnya saat kelas sepuluh ada juga guru laki-laki yang meminta nomor Aurora dengan alasan sama seperti tadi. Tapi sayangnya guru tersebut menyalahgunakan nomor Aurora, seperti selalu menelepon Aurora tiap malam. Ya meskipun Aurora tidak pernah merespon diluar jam mata pelajarannya.

Aurora hanya cerita hal ini pada Fakhri karena Fakhri tidak sengaja melihat riwayat telpon Aurora saat ingin menelepon orang tuanya. Pas Aurora sakit waktu itu. Jadi mau tidak mau Aurora menceritakannya.

"Yaudah mulai sekarang kalo ada guru laki-laki yang minta nomor lu, biar gua aja yang ngajuin diri. Gua juga minta nomor guru yang sering telpon lu biar gua yang ngomong kalo tugas lu dialihin ke gua. Lu blokir aja nomor guru gak tau diri itu."

Kurang lebih seperti itu lah respon Fakhri saat Aurora menceritakan hal tersebut.

"Anyways by the way bus way, gua jadi kepikiran dah.. kenapa semenjak pak Reno minta nomor Ara terus ada guru laki-laki yang minta nomor Ara selaku ketua kelas juga, lu jadi ngajuin diri buat gantiin Ara ngasih nomor?" Tanya Lion saat Fakhri sudah kembali duduk disampingnya.

Aurora menoleh lalu melempar penghapusnya tepat di jidat Lion dengan kencang sambil mengumpati laki-laki bertahi lalat di bawah mata tersebut.

"KARENA LU BEGO!"

"AW! Kampret Ara," Lion mengusap jidatnya.

"Pembalasan," lalu Aurora tertawa puas, begitu juga dengan Fakhri dan Carla yang ikut tertawa.

"Curang! Lu bilang katanya istirahat."

"Bodo amad!" Balas Aurora, ia kembali menghadap ke depan.

"Ara, ur penghapus!" Ucap Nopal sambil melempar penghapus tersebut.

Yang dipanggil pun langsung menoleh dan menangkap penghapusnya. "Yoai, tengkyu bro."

•Older Me•

anyways by the way busway—

"Itu kata-kata gua woi! Eh tapi karena ran cantik jadi gapapa deh."
-Lion

ah, okey.

so gais, ran kan lupa udah nyebutin kelas mereka pas kelas sebelas apa belom jadi kalo misal ada bacaan 11 selain IPA 2, mohon dan tolong ditandain ya🙏

makasih beybihhh😍

AHAHAHHAHAHAH

salam jodoh, rangurlazy

𝐎𝐥𝐝𝐞𝐫 𝐌𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang