"Hoek..."
Deru langkah kaki terdengar terburu-buru, dengan cepat tangannya membuka kenop pintu guna mengecek keadaan seseorang di dalamnya.
"Kamu kenapa? Mau ke dokter? Kita ke dokter sekarang ya...?" Tanyanya disertai dengan raut wajah penuh kekhawatiran.
Tap... Tap...
"Mikey. Kamu di sini dulu sama adikmu, Papah mau ke dokter."
Setelah memberi pesan pada si anak sulung, dirinya segera melajukan mobilnya ke arah rumah sakit.
***
"Jadi bagaimana, Dok? Istri saya baik-baik saja 'kan?"
Dokter yang menangani terdiam sejenak, setelahnya mengulum senyuman dan mengatakan sesuatu yang membuatnya merasa sangat bahagia.
"Selamat ya Pak, istri anda hamil dan usia kandungannya sudah tiga minggu."
Keheningan terjadi di ruangan itu, lalu sang lelaki memeluk bahagia istrinya. Setelah berpamitan pada dokter dan suster, mereka kembali pulang.
Hal yang sama pun ia katakan kembali "Sayang, terima kasih. Terima kasih, terima kasih." Ujarnya dengan tulus, air matanya mengalir. Tersirat kebahagiaan di wajahnya.
"Jangan nangis, nanti aku ikutan nangis..."
"Hey, aku senang! Terus, kita mau langsung pulang?"
"Iya, kasian anak-anak di rumah."
Setibanya di rumah, Draken terkejut karena ada beberapa temannya yang datang.
"Dari mane lu anjeng? Anak ditinggalin cuma berdua, emak bapaknya malah pacaran."
"Shūji!" Seorang wanita terlihat memukul lengan Hanma Shūji sedikit keras.
"Hehe, maaf beb."
"Papah, Mommy! Bunda Hina beliin pizza buat dede sama Abang. Enak tau pizzanya."
"Bilang terima kasih ke Bunda?"
"Iya, tadi dede bilang 'terima kasih'. Iya 'kan Bunda?"
Draken mengusak gemas puncak kepala sang anak. Sesekali membersihkan sudut bibirnya yang terkena saus atau remahan pizza.
"Dari kapan ke sini?"
"Kalau gue sih lima belas menit yang lalu, sebelum lu balik." Ucap Mitsuya Takashi.
"Lu? Ngapa ke sini, Ji?"
"Numpang berak!! Ya maen lah botak! Kangen gue sama dua ponakan gue, pake tanya lagi lu."
"Kalian habis dari mana?"
"Dokter—" ucapnya terhenti.
"Siapa yang sakit?"
"Sabar monyet. Emma dari kemarin muntah terus, jadinya gue bawa ke rumah sakit buat cek. Dokter bilang kalau dia baik-baik aja, usia kandungannya tiga minggu."
"Waterpak!! Gecor banget buset, Bang Draken."
"Berisik banget si tuyul, balik dah lu sana."
"Om Shūji gak boleh kasar ke Kak Noya!" Ujar Minnie seraya memukul lengan Hanma.
Lalu, bagaimana dengan Mikey? Dirinya asyik dengan dua pizza di tangan, tiga dorayaki di piring, dan segelas susu coklat di dalam gelas kesayangan bergambar Superman.
"Papah, berarti Mikey punya dede lagi ya?" Tanyanya dengan mata yang berbinar dan pipi yang mengembung akibat makanan.
"Iya, telan dulu makanannya." Sebuah anggukan diberikan pada Mikey, sang anak sulung.
"Papah. 'Kan Abang dipanggilnya Mikey, dede dipanggil Minnie... terus kalo dede bayi dipanggil apa?"
Sebuah pertanyaan terlontar dari bibir mungil putrinya, sontak membuat semua orang tertawa akan ucapannya yang begitu menggemaskan.
Ah... Draken tidak sabar menanti anaknya lahir. Entah perempuan atau laki-laki, dirinya tidak peduli.
Yang terpenting saat ini, dirinya merasa bahagia dan sangat bersyukur. Berdoa dalam hati agar dirinya tidak kehilangan orang yang tercinta untuk kedua kalinya.
—Tamat eaaaaaaaaa—
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPAH DORAKENGKUNG (END)
RandomIf you are reading this story on any other platform OTHER THAN WATTPAD OR OFFICIAL ACCOUNT, you are very likely to be at risk of MALWARE attack. If you wish to read this story in it's ORIGINAL, SAFE, FORM, please go to >> https://www.wattpad.com/use...