13. Learn

86 7 0
                                    

Haechan benar - benar mengutuk dirinya sendiri yang lagi - lagi menjadi begitu lemah dan akhirnya tertangkap oleh anak buah Changmin. Tapi bagaimana bisa ia melawan 4 orang laki - laki dewasa yang lebih besar darinya. Memang yang bisa Haechan lakukan hanyalah pasrah. Bahkan ketika tubuhnya diangkat oleh salah seorang anak buah Jongin dan dibawa masuk kedalam sebuah ruangan yang di dominasi dengan warna merah.

Tubuh Haechan yang terikat kencang diletakkan diatas meja besi. Ia menatap kebingungan ketika anak buah Jongin keluar dari ruangan. Mata Haechan menatap kearah Jongin yang masuk kedalam ruangan, mengunci pintu dan memakai sebuah apron bermotif beruang lucu. Sungguh, lawakan yang membuat Haechan mual.

"Lepaskan aku!!! Sebentar lagi para polisi akan datang menyergapmu," kata Haechan.

"Mereka tahu lokasimu dari handphone ini maksudmu," Jongin mengangkat handphone milik Haechan, ia meletakkan di atas meja kecil. Tangannya mengambil palu dan setelah beberapa kali pukulan, handphone Haechan sudah tidak berbentuk.

Haechan menatap pilu pada handphonenya. Namun rasa sedihnya tidak bisa terlalu lama karena Jongin mendekat padanya. Dengan tangan kekar Jongin, laki - laki itu mencengkeram pada pipi gembul Haechan mendekatkan wajahnya sembari menyeringai lebar.

"Aku apakan wajah yang tidak terlalu indah ini agar lebih indah?" pertanyaan dari Jongin yang tentu saja tidak untuk Haechan jawab.

Haechan menggerakkan kepalanya dengan cepat hingga pegangan Jongin akhirnya terlepas, ia terkejut bukan main ketika tiba - tiba saja Jongin menidurkan tubuhnay dengan kasar hingga kepalanya terbentur pinggiran meja. Haechan merintih kesakitan, tangannya yang diikat kebelakang tertekuk dan tertimpa tubuhnya sendiri. Ia tentu saja bernafas lebih lega ketika Jongin melepaskan ikatan. Laki - laki dihadapan Haechan ini menarik tali di tangan Haechan untuk diikatkan pada pinggiran meja. Haechan tidak mau kalah, dia harus melawan.

Haechan menggerakkan tubuhnya dengan paksa, ia bangkit duduk dan menggapai pisau yang ada di nakas kecil. Ia tidak peduli pisau bentuk apa yang berhasil ia raih dan ukurannya, ia raih saja secara acak dan menusukkan pada punggung Jongin.

Suara teriakan Jongin terdengar begitu keras, rasa sakit membuatnya melepaskan Haechan dan tidak peduli pada anak laki - laki yang kemudian turun dari meja besi.

Haechan melangkah menuju pintu, membuka kuncinya dan segera berlari untuk mencari pintu keluar. Begitu keluar dari koridor yang agak panjang, yang menjadi pemisah antara ruangan aneh tadi dengan ruangan dirumah utama Haechan kini berdiri disebuah ruang santai yang di sebelah kirinya tembus ke kebun samping rumah dan pintu utama ada di hadapannya persis dalam jarak yang lumayan jauh. Haechan berdiri bimbang untuk memilih jalan keluar, tentu saja pintu utama yang hanya tinggal lurus adalah yang terbaik, tetapi melihat anak buah Jongin muncul dia tahu jika harus memilih jalan lainnya. Haechan bergerak menuju pintu samping, ia membukanya dengan cepat dan berhasil lolos dari anak buah Jongin yang masih ada didalam rumah karena pintu berhasil ia kunci dari luar. Senyuman Haechan tercipta hingga ia melihat bayangan anak buah Jongin dibelakangnya dari kaca di pintu.

Sebelum Haechan bisa berbuat apapun, anak buah Jongin yang ada dibelakangnya sudah lebih dulu mencengkeram lengannya, menangkap tubuhnya ini dengan begitu mudahnya.

"Lepas!!!" teriak Haechan.

Tapi tentu saja anak buah Jongin takkan melepaskannya. Haechan meronta semakin keras ketika kemudian matanya melihat Mark berlari dari jalan setapak di samping rumah. Haechan berpura - pura tidak melihat kedatangan Mark sementara itu Mark mendekat dengan mengambil sebuah batu besar yang kemudian ia hantamkan dengan keras pada kepala anak buah Jongin.

Anak buah Jongin yang mendapat pukulan dengan begitu keras refleks menjerit keras dan melepaskan pegangannya pada Haechan. Haechan menyingkir ketika Mark masih berusaha melumpuhkan anak buah Jongin.

Takdir?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang