HAAIIII AKU UPDATE LAGI NIIIHH
berhubung insyaAllah minggu depan sudah mulai puasa, aku mau minta maaf atas kesalahan yang entah sengaja atau tidak sengaja aku lakuin. apalagi mungkin kebanyakan kesalahanku disini adalah karena kata-kata aku. jadi aku minta maaf lahir dan batin.
SOOOO NGGAK PERLU BERLAMA-LAMA LAGI MARI KITA BACAAA BAB INI
---------------------------------------------------
Hari terakhir UAS. Selama satu minggu kemarin, Biru, Laut, dan Tia tidak bertemu sama sekali. Mereka sedang sibuk dengan kertas-kertas ujian. Bahkan selama masa UAS itu mereka tidak menerima tawaran manggung.
Sedari awal prinsip mereka sama dan kalaupun tidak sama, mereka sudah menyepakati prinsip tersebut sejak mereka menerima tawaran manggung. Kuliah tetaplah nomor satu, yang lain belakangan.
Kenapa mereka menyepakati prinsip itu, karena mereka bisa manggung ke sana ke mari dan dipertemukan bertiga begini yak arena mereka kuliah di tempat ini. Jadi itulah alasan kenapa mereka menyepakati prinsip tersebut.
Itulah kenapa, sejak minggu-minggu mendekati UAS Tia jarang ikut manggung karena tugas akhirnya, sedangkan Biru dan Laut tidak terlalu ambil pusing, ya karena prinsip yang mereka pegang itu.
Berhubung hari ini adalah hari terakhir UAS, Biru kemarin chat melalui grup untuk memulai kembali aktivitas manggung mereka. Dan hal itu disetujui oleh Laut dan Tia. Lagipula, Tia sudah lama tidak bertemu Laut, terutama Biru.
Karena masa UAS di kampus mereka sekitar dua mingguan, sedangkan Tia sudah sibuk dengan tugas akhir sebelum minggu-minggu UAS. Jadi dapat diperkirakan Tia sudah lama tidak bertemu muka dengan Biru sekitar 3 mingguan. Kalau chat-an sih masih lumayan sering.
Maksudnya bukan chat personal tapi chat group. Tahap hubungan Tia dan Biru masih begitu-begitu saja. Jadi jangan mengharapkan apa-apa. Tia sedang berbicara dengan dirinya sendiri.
Sebelum manggung tentu harus latihan terlebih dahulu, apalagi sudah sekiar dua mingguan mereka tidak latihan karena UAS. Biasanya kalau mereka latihan itu di studio rumahnya Tia. Tapi kalau sekarang mesti ke rumah Tia dulu baru ke kafe biasa mereka manggung akan makan banyak waktu. Jadi Tia mengusulkan untuk latihan di studio klub musik saja dan dia sudah minta izin pada Bang Bagas kemarin. Berhubung Tia sudah selesai UASnya, jadi Tia langsung ke studio dan menunggu teman-temannya di sana.
Selama menunggu teman-temannya itu, Tia berkeliling studio yang ukurannya tidak terlalu besar ini. Studio klub musik ini berukuran 4x5 meter persegi dengan alat-alat musik yang menurut Tia cukup lengkap dan terawat. Pasalnya di studio ini terdapat biola yang menurut Tia, jarang ada klub musik yang memiliki biola sebagai inventaris barang tetapnya. Paling sering yang Tia temui adalah alat musik untuk band seperti gitar listrik, bass, drum, keyboard, dan sebagainya.
Melihat biola membuat Tia jadi ingat Laut. Sejak dulu Tia ingin sekali bisa bermain biola, tapi tidak dilakukannya karena saat itu keadaan ekonomi keluarganya sangat tidak memungkinkan untuk les apalagi membeli biola. Syukurnya di masa-masa SMA rezeki terus berlimpah mendatangi keluarga Tia, tapi dia sudah tidak ada minat untuk mewujudkan mimpinya itu.
Tapi setelah melihat Laut yang bisa memainkan alat musik ini, yang merupakan teman terdekat Tia, membuat mimpi-mimpinya itu muncul lagi. Hah... mungkin nantinya Tia akan meminta Laut untuk mengajarinya bermain biola. Cukup dasar-dasarnya saja. Tia sudah sangat senang.
***
Makin banyak saja yang mengkontak Pengamen Jalanan --- sepertinya setelah ini mereka akan mengganti nama untuk grup mereka, nama yang lebih keren --- untuk manggung entah di kafe, bar, atau restoran. Namun, mereka tidak asal setuju saja, mereka harus lihat dulu apakah tempatnya strategis untuk dikunjungi, juga jadwal mereka yang tidak bentrok dengan jam kuliah dan latihan klub musik.
Setelah semua itu sesuai barulah mereka bisa taken kontrak dengan aman. Kalau dihitung-hitung, ada 3 tempat manggung yang sudah mereka taken kontraknya untuk 3 bulan ke depan, termasuk Kafe D'R. Alasan mereka taken kontrak hanya sampai 3 bulan karena mereka pikir rasa bosan itu pasti ada dan ketiganya juga punya pemikiran yang sama bahwa mereka mau mengeksplor tempat untuk mereka tampil. Kalau bisa tidak hanya di kafe, mereka juga ingin tampil di suatu festival atau mungkin di acara musik stasiun tv. Tidak ada salahnya dengan bermimpi bukan?
Dan untuk festival, walau bukan festival besar tapi ini merupakan tantangan baru untuk mereka. Festival itu ialah Milad Klub Musik yang satu bulan lagi akan terlaksana. Yang tadinya mereka sudah cukup sibuk dengan tugas akhir beserta ujiannya. Sekarang mereka disibukkan dengan acara yang sebentar lagi akan dimulai. Satu bulan bukanlah waktu yang lama untuk mempersiapkan sebuah acara. Untungnya hanya tinggal beberapa divisi saja yang sedang membicarakan bagaimana teknis pelaksanaan saat acara berlangsung nanti.
Jika sedikit spoiler membantu rasa penasaran kalian, baiklah. Acara ini sebenarnya sederhana saja, sama seperti kebanyakan acara festival lainnya. Apalagi disini semua grup yang ada di klub musik memeriahkan acara ini. Namun, yang berbeda adalah mereka diberi tugas untuk membuat suatu lagu dan akan ditampilkan di acara tersebut.
Tentu saja ini adalah tantangan yang cukup berat tapi menarik. Tugas ini juga sudah diberikan bersamaan dengan sosialisasi divisi untuk acara milad ini. Saat mendengar itu, Biru senangnya bukan main. Karena sejak lama Biru ingin sekali lagunya didengar oleh banyak orang. Sebenarnya bisa saja bukan, karena ia sudah punya grup dan manggung di beberapa tempat juga. Tapi Biru belum terlalu pede untuk menunjukkan lagu buatannya itu, bahkan pada Tia dan Laut.
Kalau ditanya ada berapa lagu yang sudah Biru buat. Banyak. Karena Biru sudah mulai aktif membuat lagu itu sejak awal masuk SMA. Beberapa sebenarnya ada yang sudah sempat di rekam lewat recording saja. Dan itu masih tersimpan rapi di komputer yang ada di kamarnya.
"Nanti malem ada rapat general kan?" tanya Laut di sela-sela mereka sedang makan di kafe baru tempat mereka manggung. Ternyata makanan di kafe ini lumayan juga, pikir Laut.
"Iya, berarti habis ini langsung ke sekret." balas Tia.
"Yaps!" balas Biru.
Sambil mengaduk-ngaduk jus alpukat pesanannya, Laut melanjutkan obrolan mereka yang sempat tertunda tadi.
"Eh, maaf ya belakangan gue jarang banget ikut bantu buat lagunya."
"It's okay, La. Kita ngerti kok." dalam hati sebenarnya Tia sedikit terbantu dengan jarang hadirnya Laut dalam beberapa agenda mereka ini. Karena saat itulah fokus Biru sepenuhnya untuk Tia.
Sebut saja Tia mulai jahat sekarang. Tia adalah orang yang peka dan ia bisa melihat bahwa sebenarnya Biru ada rasa pada Laut. Beberapa kali Biru menunjukkannya, tapi Tia tidak melihat reaksi apapun dari Laut. Entah memang Laut tidak peka atau memang Laut menangkis.
Kalau seperti itu, Tia ingin buat Biru saja yang akan berbalik menyukainya. Walau mungkin akan cukup sulit, tapi selagi Laut tidak menunjukkan gejala ada rasa sama Biru, berarti itu aman.
Kenapa Tia berpikiran seperti itu, ya karena itu berarti Biru masih bisa ia jangkau tanpa harus menyakiti hati siapapun. Beda lagi kalau ternyata nanti Laut suka juga sama Biru, maka biarkan Tia yang perlahan mengikhlaskan perasaannya.
"Kemarin gue sama Biru sempet record instrument yang bisa kita masukin. Nah coba lo dengerin." Tia menyerahkan earphone-nya pada Laut agar ia bisa mendengar hasil record kemarin.
"Terus, kita kan sepakat mau masukin suara instrument biola lo untuk lagu kita. Nah, coba lo dengerin."
"Ini live music semua atau ada yang dimasukin lewat midi?"
"Delapan puluh persen lah kita pake live music" balas Biru.
"Gue jadi nggak sabar buat take recordnya nih." Laut menyerahkan earphone Tia karena ia sudah selesai mendengarkan demo lagu mereka. Dan giliran Laut yang memberikan earphone-nya pada kedua temannya itu untuk mendengarkan permainan biolanya.
"Nih dengerin, gue juga udah sempet ngerecord di rumah. Walau cuman lewat hpsemoga kualitasnya tetep bagus ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU (Langit & Laut)
Fiksi PenggemarBiru Langit Bisa main banyak alat musik, anak futsal, dan anak klub musik. Sifatnya ramah, supel, sopan, asik. Tentu, tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Dibalik semua sifat baiknya itu, ada dua hal yang sangat menjengkelkan dari diri Bir...