Kubuka mataku dan yang kulihat pertama kali saat bangun tidur ku adalah jendela dan kamar ku yang kosong tak berisi. Namun entah Kenapa ruanganku mulai berisi tiba – tiba saat adikku Mikoto masuk dan membangunkan ku. Aku merasa sangat nyaman saat berada di dekat adikku. Adiku merupakan satu-satunya bagiku. Orang tua ku sudah lama meninggal sejak aku berumur 3 tahun. Aku sih sudah tak peduli lagi dengan mereka. Mikoto bukanlah adik kandungku, dia merupakan anak kandung dari orang tua baruku. Orang tua baruku yang mengadopsi ku cukup baik sebenarnya.... namun aku cukup ragu bisa menganggap mereka seperti orang tua. Entah kenapa aku tidak bisa menganggap mereka seperti orang tua. Mungkin karena mereka mengadopsi ku untuk tujuan lain? Entahlah aku tidak begitu peduli dengan itu semua karena aku punya Mikoto. Saat dengan Mikoto aku tidak merasa butuh apapun yang lain bahkan makanan. Cukup melihat wajah Mikoto aku benar- benar merasa bahagia. Jika dipikir – pikir alasan kenapa aku begitu menyayangi Mikoto mungkin karena Mikoto selalu memperlakukanku dengan baik dan penuh kasih sayang yang bahkan orang tua angkat ku tidak begitu memperlakukan ku atau.. Memang Mikoto hanya sosok yang spesial aja? Jujur tidak begitu yakin alasannya . Aku cenderung sulit bersosialisasi, aku tidak punya teman, tapi untungnya aku punya kecerdasan di atas rata – rata jadi aku tidak memiliki permasalahan di sekolah.
Aku dan Mikoto sangat erat dan hampir selalu menjalani segala sesuatu bersama. empat tahun telah berlalu kini aku beranjak di jenjang akhir SMA dan Mikoto baru beranjak ke kelas 2 SMP. Kami tidak lepas erat dan terus akrab. Mikoto merasa senang dengan teman-teman barunya dan aku seperti biasa tidak tertarik bersosialisasi selain dengan Mikoto. Hari itu dimulai saat kami masuk sekolah setelah libur panjang. Aku dan Mikoto berangkat ke sekolah, kami pun berpisah begitu melewati gerbang depan sekolah. Aku menjalani hari di sekolah dengan biasa dengan pikiran tidak sabar bertemu Mikoto kembali. Seusai sekolah aku menunggu Mikoto selesai, aku sedikit bingung karena biasanya kami selesai sekolah bersamaan. 2 menit kemudian Ia datang jadi aku tidak terlalu memikirkan itu lalu kami pun pulang. Di rumah kami langsung mandi dan ingin beristirahat. Mikoto tampak sedikit terburu - buru ingin mengerjakan sesuatu jadi Ia langsung pergi ke kamar,
"Mik, ngga makan siang?" ucapku sebelum Ia pergi ke kamar
"iya bentar nanti bang bentar lagi" balasnya, aku merasa mungkin dia hanya belum lapar lalu aku pun langsung ke meja makan usai mandi.
Aku makan sambil ditemani suara televisi yang ibu sedang tonton. Mikoto datang ke meja makan namun aku sudah hampir selesai makan lalu aku pun iseng menanyakan
"tadi abis ngapain??"
Ia pun hanya menjawab "ga penting kok cuma kerjaan dikit doang"
lagi - lagi aku berpikir positif palingan cuma pekerjaan sekolah aja ya itulah yang kupikirkan sambil membawa piring bekas makanku dan mencucinya.
Aku mulai khawatir dan aku pun terus memikirkan hal itu terus menerus. Aku benar - benar bingung apa yang terjadi, aku sampai tak bisa tidur cepat. Batin ku berkata bahwa aku melebih - lebih kan sesuatu yang tak perlu, aku tahu itu namun aku tidak peduli sama sekali... jika sesuatu terjadi kepada Mikoto aku akan benar - benar marah dan tak akan memaafkan diriku sendiri. Aku pun mulai memusatkan seluruh perhatian ku pada Mikoto saja, yahh walau entah kenapa nilai ku di sekolah masih tinggi dan tidak menurun. Mungkin karena memang kepintaran ku ini sudah bakat alami. Intinya aku tidak terlalu peduli selama tak ada hubungannya dengan Mikoto. Beberapa hari kemudian Mikoto pulang lebih lama dari biasanya, dia lebih jarang berbicara dengan ku, dia bahkan makan secepat kilat dan menghabiskan sisa waktunya di kamarnya. Aku benar - benar tidak terkendali dengan aneh, pikiranku kemana mana bahkan aku menjadi gelisah. Aku benar - benar harus mengetahui apa yang terjadi dengan Mikoto. Aku berlari bergegas ke kamar Mikoto, aku benar - benar ingin membukanya dan melihat isinya, aku ingin melihat semuanya. Tepat sebelum aku memasuki dan ujung jari ku menyentuh gagang pintu kamarnya, Ia membuka pintu dan menahan ku sekuat tenaga. Ia menatapku dengan tatapan benci dan seramnya yang membuatku kaget setengah mati. Aku benar - benar terkejut dan tak bisa berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Milikku dan Untukku Saja
Short StoryHalo semuanya. Namaku Frederick Abriel Norman Bangun. Ini adalah cerpen pertama yang aku buat dan ini mengisahkan tentang persaudaraan kakak dan adiknya. Cerita ini merupakan cerita yang singkat namun saya harap tetap menghibur. sekian dan terimaka...