23. Pahit dan Manis

648 109 8
                                    

"Nyadar gak sih? Tadi Pak Rian gak berhenti merhatiin Jia waktu di kelas." Miya memulai ceritanya. Kebetulan mereka sedang berkumpul di kost Jia selagi menunggu mata kuliah selanjutnya.

Natha yang baru saja membuka bungkus cemilan mengangguk setuju. "Nyadar lah, gilak! Gue rasa bener kata anak-anak kalau tuh dosen muda naksir sama Jia," sahut Natha seraya memasukkan cemilan ke dalam mulutnya, tak lupa dengan senyum menggoda yang ia layangkan pada cewek di sampingnya.

Jia mendengkus kasar, tampak tak menyukai topik yang sedang dibahas oleh kedua temannya. "Apaan sih? Jangan ngada-ngada kalau ngomong."

"Gue gak ngada-ngada, anak kelas sendiri yang bilang. Katanya Pak Rian emang naksir sama lo, tapi dia bingung cara deketinnya, soalnya lo keliatan jutek banget," tambah Natha.

Jia berdecak.

"Gak mau nyoba pdkt sama Pak Rian, Ji? Siapa tau cocok," ujar Miya dengan senyum simpul.

"Gak tertarik," balas Jia cuek.

"Yeee, gak tertarik katanya. Lo bukannya udah lama menjomblo? Gak pengen nyari pacar baru, Ji?" tanya Natha seraya mencolek dagu Jia.

"Gak, takutnya nanti malah berakhir diselingkuhi kaya lo," sindir Jia.

Natha mendengkus kasar, ia memakan keripik kentang di tangannya dengan raut sebal. Sindiran Jia berhasil menohok sampai ke hatinya, sampai dirinya tak mampu memberikan balasan pada ucapan cewek itu.

"Apa lo lagi pendekatan sama Jeje, Ji? Jeje juga lagi deketin lo kan?" Miya bertanya. Kebetulan cewek sedikit tahu karena Wira selaku teman dekat Jeje yang menceritakan.

"Gue sama dia cuma temen, gak lebih."

"Cuma temen tapi nonton bioskop bareng ya, sampe diajakin ke pasar malam pun mau. Gak biasanya Jia yang gak suka berurusan sama cowok mau kaya gitu."

Mendengar itu, Natha melototkan matanya. "Udah sampe sana pendekatan kalian?! Wah gila, itu mah si Jeje emang naksir sama lo, Ji!"

Jia menghembuskan napasnya. Kenapa jadi dirinya yang dijadikan topik pembicaraan? Menyebalkan sekali. "Gue mau karna dia maksa, gak enak juga kalau gue tolak terus. Lagian kalian tuh kenapa sih? Kaya gak ada bahasan lain aja."

"Ya kan kepo, Jiaaaa," ucap Natha.

Ngomong-ngomong tentang cewek itu, Jia jadi sedikit heran kenapa Natha tak membawa Shaka ke dalam pembahasan mereka. Karena biasanya Natha selalu menggodanya dengan membawa-bawa Shaka ke dalam pembicaraan mereka.

"Lo sendiri, Nat, gimana habis putus sama Arga? Udah mendingan kan?" tanya Miya.

Natha mengangguk, "Mendingan banget! Gue bersyukur banget bisa lepas dari cowok itu! Astaga, harusnya gue dari awal ngikutin ucapannya Jia, sekarang gue jadi nyesel karna udah buang-buang waktu gue buat cowok kaya dia," ucap Natha panjang.

"Tuh kan, giliran disakitin aja baru deh sadar kalau apa yang gue bilang selama ini bener," kata Jia seraya memutar bola matanya malas.

Natha hanya bisa menyengir.

"Ada niatan nyari yang baru gak, Nat?" Miya kembali bertanya.

Natha menggeleng. Cewek itu membuang bungkus cemilan yang telah habis ke dalam tempat sampah, lalu kembali membuka bungkus cemilan yang lain untuk dimakan. "Gak ada sih, cuma ... kalian tau nggak?"

"Apa?" tanya Miya dan Jia bersamaan.

"Ini sebenarnya agak sulit dipercaya sih, gue pun sampe sekarang masih susah buat percaya, tapi ini beneran. Gue yakin kalian pasti kaget waktu dengernya," kata Natha.

Mistake✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang