24. Sebuah Pertanyaan

646 104 7
                                    

Natha berjalan riang di sekitaran taman bersama Shaka di sampingnya. Sore itu, keduanya memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar setelah menghabiskan seharian penuh untuk mengerjakan tugas yang belum selesai.

Natha bersenandung ria sambil menggenggam erat tangan Shaka. Cewek itu kadang berputar-putar seperti bocah yang baru saja dibelikan permen. Senyumnya tak hilang barang sejenak.

Ia mengedarkan pandangannya pada sekitar, lalu terhenti pada anak kecil yang sedang bermain dengan kedua orang tuanya.

Mendadak, senyum Natha semakin lebar. Hatinya menghangat melihat pemandangan sederhana itu mampir di penglihatannya.

Entah kenapa, ada rasa senang saat melihat hal sesederhana seorang anak yang menghabiskan waktu dengan orang tuanya. Mengingat, Natha tidak memiliki banyak waktu bersama kedua orang tuanya.

Ia melirik Shaka yang betah diam sejak tadi.

"Coba liat anak itu deh," ucap Natha sambil menunjuk anak yang tadi ia perhatikan dengan dagunya.

Shaka menoleh pada anak yang Natha maksud. "Kenapa anak itu?"

"Keliatannya bahagia banget sama orang tuanya."

"Iya lah, siapa sih yang gak senang kalo main ditemenin orang tersayang." balas Shaka.

Natha menganggukkan kepalanya setuju. "Jadi pengen kaya gitu juga nanti, sama anak dan suami," celetuk Natha dengan senyum simpul.

Shaka kontan melihat Natha dengan kedua alis terangkat. "Nanti yang jadi suaminya siapa?" Terselip harapan dalam pertanyaannya.

Natha balas melirik Shaka dengan kernyitan di kening. Mendadak ia merasakan jantungnya berdebar dikarenakan suatu alasan yang tak Natha ketahui jelas apa penyebabnya. Mungkin karena ia teringat tentang perasaan Shaka padanya.

"Gak tau, siapa aja yang penting baik. Atau ... lo mau jadi suami gue di masa depan?" tanya Natha dengan senyum tertahan. Ia bermaksud menggoda cowok itu dengan pertanyaan yang ia berikan.

"Mau." Shaka menjawab cepat.

Hal itu sontak membuat Natha tertawa. Ia memukul lengan Shaka pelan seraya berkata, "Gue bercanda doang."

Shaka berdecak seketika. "Kenapa gak serius aja? Gue udah bersedia kok."

Natha mendengkus geli. "Sejak kapan lo jadi seberani ini? Perasaan lo dulu lempeng-lempeng aja, gue sampe kaget terus sama sikap lo yang kelewat gercep dalam deketin gue."

"Emang harus gitu kan? Biar gak keburu diambil orang," balas Shaka santai.

Entah sejak kapan mereka bisa berbincang dengan sesantai ini saat membahas perihal perasaan. Natha sampai merasa aneh sendiri. Shaka yang dihadapinya sekarang benar-benar berbeda dengan Shaka yang sebelumnya. Cowok itu tampaknya benar-benar serius dengan perasannya kepada Natha.

"Iya deh yang katanya lagi pdkt sama gue," celetuk Natha seraya mengendikkan bahunya cuek. Ia tak pernah merasa terbebani dengan cara pendekatan yang dilakukan oleh Shaka. Natha tidak lagi menghindar dan merasa baik-baik saja dengan keadaan mereka sekarang.

"Tapi serius deh, nanti mau jadi istri gue gak?" tanya Shaka dengan ekspresi serius. Ia menatap Natha selagi menunggu cewek itu menjawab pertanyaannya.

Natha tampak berpikir seraya mengetuk-ngetukkan jarinya di dagu. "Mmm bingung nih, mau gak yaa?" ujarnya dengan senyum jail.

Rupanya mengisengi Shaka sangat membuatnya terhibur, terlebih saat melihat ekspresi kesal pada wajah cowok itu.

Shaka berdecak, lalu mencubit hidung Natha gemas. "Jawab aja, mau nggak?"

Mistake✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang