Satu tahun kemudian.
"Ciah! Temen kita udah sidang aja, selamat Pak Shaka." Bimo menggandeng Shaka begitu cowok itu keluar dari ruang sidang.
Shaka mendengkus geli. Ia tersenyum pada Jero, Bimo, Wira, serta Mahesa yang datang. "Yoi, kalian kapan nih?" tanyanya seraya menaik-turunkan alisnya.
Mendengar pertanyaan itu, Bimo, Mahesa, serta Jero berdecak kesal. Di antara teman-temannya yang lain, hanya Shaka, Jeje, dan Ethan yang telah sidang. Wira hampir selesai, sementara yang sisanya masih stuck di bab 1.
"Hah, pake nanya si Bapak, ya jelas masih lama lah!" ujar Mahesa.
"Biasalah, Shak. Orang pemalas mah emang gitu," sahut Wira yang mengundang cibiran dari Bimo.
Shaka menggeleng-gelengkan kepalanya. Matanya menyipit saat Jero menyodorkan buket bunga padanya. "Ngapain pake ngasih bunga segala, Jer?"
"Biar romantis lah, apalagi?" balas Jero. Mahesa di sampingnya langsung menoyor kepala cowok itu.
"Jangan-jangan bener lagi kata Natha waktu itu? Lo belok kan, Jer?" tuduh Mahesa.
Jero melototkan matanya seketika, ia berdecak, lalu mencubit tangan Mahesa sampai cowok itu beraduh kesakitan. "Si anying, kalau ngomong mikir dikit, gue masih normal ye."
"Ya abisnya lo mencurigakan," ucap Mahesa.
"Lo aja yang suudzon!"
"Udah-udah, ribut amat sih kalian. Mending sekarang kita makan-makan, Shaka yang traktir, iya gak, Mas?" ucap Wira seraya menatap Shaka.
Shaka menghembuskan napasnya pasrah. "Iya."
Lantas, mereka pergi ke tempat makan terdekat.
"Setelah wisuda mau ngambil kerja di mana, Shak?" tanya Wira seraya hendak menyuap makanannya.
Shaka terdiam sesaat selagi mengunyah makanannya. "Belum tau sih, tapi mungkin mau ngambil di sini dulu setahun."
Bimo mengernyitkan keningnya keheranan. "Tumbenan banget, bukannya waktu itu lo bilang mau langsung pulang ke Jakarta dan bantu perusahaan bokap lo?"
"Gue berubah pikiran," ucap Shaka.
Jero menyipitkan matanya. "Karena Natha ya? Dia mau lanjutin kuliahnya kan dalam waktu dekat ini? Lo berubah pikiran karna mau nemenin dia di sini dulu."
Shaka terdiam mendengar ucapan Jero. Tak salah, apa yang diucapkan Jero memang sepenuhnya benar.
Kondisi Natha sudah membaik meskipun tidak sebaik dulu. Cewek itu sudah mulai mau berinteraksi dan tidak lagi takut dengan orang lain. Itu juga yang membuat Natha memutuskan untuk kembali melanjutkan program studinya di semester depan.
"Ah, ternyata benar." Jero menyimpulkan sendiri karena Shaka tak kunjung membalas ucapannya.
"Lo serius, Shak?" tanya Mahesa.
Shaka mengangguk. "Kalau semisal Natha gak masalah gue nemenin dia, gue bakal stay di sini setahun sampai dia lulus. Gue gak bakal bisa tinggalin dia di sini sendirian kan? Ya meskipun bokap gue berencana beli rumah dan nyewa sopir sama pembantu buat nemenin dia, tapi tetep aja gue khawatir."
"Kalau semisal Natha-nya gak mau lo temenin gimana?" Mahesa kembali bertanya.
Ada jeda sesaat sebelum Shaka menjawab, "Ya udah, gue gak bakal maksain."
Bimo menghembuskan napasnya. "Ngomong-ngomong tentang Natha, itu Jia sama Miya masih temenan gak sih sama dia?"
"Masih kok, Miya sering cerita sama gue kalau dia telponan atau kirim pesan ke Natha. Cuma gak sesering dulu karna Natha jarang aktif," ujar Wira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake✔️
Roman pour AdolescentsBagi Arshaka, hanya ada dua perempuan yang menjadi prioritas di hidupnya. Pertama adalah ibunya, dan kedua adalah Zeanatha Aileen. Bagi sebagian orang di kampus, Natha adalah cewek paling beruntung. Memangnya siapa yang bisa membuat Shaka luluh se...