Hyunbin meletakkan pisau di atas meja kecil yang memuat banyak senjata tajam, pisau berbagai ukuran dan bahkan beberapa bor listrik.
"Beruntung sekali kita bisa segera menemukan Haechan," kata Sehun yang memasukkan foto - foto dari TKP Jongin menyiksa dan membunuh para korbannya.
Sehun menatap pada Hyunbin yang terdiam dan tidak menanggapinya. Ia mendekat pada kaptennya itu dan mengelus lembut pada lengan Hyunbin hingga akhirnya ia mendapatkan perhatian dari Hyunbin.
"Kau masih memikirkan orang itu," tebak Sehun.
"Seharusnya... dulu kita bisa memenjarakannya," kata Hyunbin.
"Jangan menyalahkan dirimu sendiri nunna.. kita sudah memberikan bukti pada pengadilan tapi jaksa picik dan korup itu yang malah memberikan keputusan bebas," balas Sehun.
"Dan aku khawatir jika sidang Jongin akan diserahkan kembali pada jaksa Hwang Minhyun," kata Hyunbin, "Mengingat kita belum menutup kasus Changmin karena masih ingin menyelidiki kemungkinan yang lain dan tidak mungkin Seokjin menangani dua kasus yang sama."
"Seharusnya itu tidak terjadi..." Sehun kembali mengelus lembut pada lengan Hyunbin, "Jangan terlalu dipikirkan nunna..."
Hyunbin dan Sehun kembai mengamati beberapa hal yang ada di ruang khusus milik Jongin, tanpa menyadari jika Jihyo berdiri di ambang pintu sembari menatap tidak suka pada interaksi keduanya.
Mark tersenyum menatap pada Haechan yang sedang membersihkan luka di tangannya dengan alkohol, kemudian mengusapnya perlahan dengan obat merah sebelum akhirnya dibalut dengan kain kassa.
"Sudah selesai hyung..." Haechan yang mendongak sedikit terkejut karena Mark senyum - senyum kearahnya, "Tidak sakit ya, kenapa kau malah senyum - senyum?"
Mark segera menghilangkan senyumannya dan bersikap sebiasa mungkin, "Memang tidak sakit. Hanya segini tentu saja tidak sakit."
"Gara - gara aku ya," ucap Haechan.
"Ettts... tidak boleh berkata begitu kan sudah dibilang kalau memang tugas kami melindungi warga sipil," kata Mark.
"Tapi kan..." Haechan kembali mengelus pada tangan Mark.
"Sudah sembuh kok, karena sentuhan tangan ajaibmu," kata Mark.
Namjoon yang sedang menyelidiki beberapa hal di website yang dicurigai menolehkan kepala menatap cukup kesal pada Mark yang mulai melancarkan rayuan dan godaan pada Haechan.
"Masih ada lagi yang luka enggak hyung? Biar aku sembuhkan..." kata Haechan.
Mark menunjuk ujung bibirnya yang tadi memang kena tonjok salah satu anak buah Jongin.
"Masa di kasih obat merah?" Haechan mengerutkan kening.
Mark mendekatkan wajahnya pada Haechan dan berbisik, "Aku tidak keberatan kalau kau memberi jimat sama seperti waktu itu."
Haechan tersipu malu, ia menatap kearah Mark yang begitu dekat dengannya. Dengan jantung berdebar cukup keras Haechan mulai mendekatkan wajahnya pada Mark tapi sebelum ia bisa mendaratkan ciumannya pada bibir Mark, Chanwoo datang dan menangkup wajah Mark dengan kedua tangan dan mencium semena - mena pada bibir Mark.
Haechan membelalakkan mata tidak percaya. Mark juga sama terkejutnya.
"Chanwoo hyung!!!" teriak Mark di penuhi protes.
"Jangan melakukan pedofilia di kantor polisi!!!" Chanwoo balas berteriak dan juga menabok cukup keras pada kepala Mark.
Mark tidak berani protes, ia mengelus - elus kepalanya sendiri dan membrengutkan bibirnya sementara itu Haechan tertawa karena melihat adegan yang ada didepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir?
ФанфикLee Haechan, seorang anak laki - laki berusia 16 tahun memberanikan diri dengan menjual dirinya sendiri di sebuah situs prostitusi untuk mendapatkan uang jajan tambahan. Mark Lee, seorang polisi muda berusia 24 tahun yang baru lulus dari akademi ke...