"Vanesa, sebenernya gue suka sama lo,"
Ucapan seorang laki-laki tampan populer itu menggemparkan hati seorang Vanesa. Gadis itu malah sudah berkeringat dingin sejak tadi, akhirnya cowok idamannya menembak.
"J-jadi?" tanya Vanesa kikuk.
"Lo mau 'kan jadi pacar gue?" tanya cowok tersebut.
Cowok itu tak bisa berisik karena ini berada di perpustakaan. Vanesa begitu malu, dia tak bisa berbuat apapun karena ini pertama baginya.
"G-gue, m-mau A-Austin," ucap Vanesa terbata-bata membalas.
Tanpa basa basi Austin melompat girang, salah tingkah yang Vanesa tunjukkan membuat wajahnya semakin memerah. Mumpung tidak ada guru juga, jadi rasanya lebih mudah mendapatkan momen ini, pikir Austin.
Diumur Vanesa yang ke-17 tahun, dia mendapatkan pacar pertamanya secara diam-diam. Ya, orang tua Vanesa tidak pernah mengizinkan dia untuk punya pacar sebelumnya. Vanesa sudah terdidik baik sejak kecil, tapi sekarang ia malah lupa segalanya.
. . . . .
"Assalamualaikum, Vanesa pulang," ucap Vanesa lalu menyimpan tas di kamarnya.
"Waalaikumsalam, udah pulang Nesa? Cepet ganti baju, mandi, terus makan," ucap Rara, ibu Vanesa.
"Iya Bu," ucap Vanesa sambil menyalami tangan ibunya kemudian beranjak pergi ke kamar mandi.
Setelah Vanesa mandi, dia menatap dirinya di cermin. Dilihat-lihat dirinya cantik juga, pikirnya. Namun ia mengingat kejadian saat di perpustakaan tempo hari, rasanya membuat salah tingkah. Tidak sia-sia dia menjadikan Austin sebagai crush, taunya malah dapat.
"It's like a polaroid love..."
Dering telpon terdengar, ya Vanesa sengaja mengganti dering telpon dengan lagu kesukaannya. Selain private people, dia juga seorang kpopers.
"Assalamualaikum?" sapa Vanesa.
"Waalaikumsalam, halo Vanesa sayang," balas sapa Austin.
"Eh? Lo dapet nomer gue dari mana?" tanya Vanesa.
"Ngomongnya jangan gue-lo dong ke aku, 'kan kita udah pacaran," ucap Austin sedih.
"O-owh, ma-maaf Austin. I-ini pertama kalinya buat gue-eh maksudnya aku punya pacar, maaf," ucap Vanesa panik dan memelankan suaranya.
"Owh, berarti aku first love buat kamu?" tanya Austin senang.
"I-Iya-"
"VANESA!"
Tut..
Vanesa panik setengah mati ketika melihat ibunya yang nyelonong masuk saja ke dalam kamar, dia dengan cepat mematikan HP-nya dan melotot kaget menatap Rara. Kening Rara berkerut, melihat tingkah anaknya yang sudah aneh sejak tempo hari Austin menembaknya.
"Bu, ngagetin aja. Kenapa gak ketuk pintu dulu kek?" tanya Vanesa kesal.
Rara menaikkan satu alis matanya "sejak kapan kamu berani ngebantah ibu, hah? Kenapa kamu?"
Vanesa tersadar dengan ucapannya, Rara sudah siap dengan segala macam omelan dan tatapan ularnya yang tajam. Vanesa menunduk, dia menyesal mengatakan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum 오빠 (oppa)
Teen FictionRasanya Vanesa ingin menghilang saja, hukuman atas pacarannya adalah dijodohkan dengan laki-laki lain. Jujur, diantara senang dan kecewa. Vanesa dijodohkan dengan cowok incaran satu sekolahnya karena blasteran Korea, namun kecewa karena dia tidak c...