Selesai mereka memperkenalkan diri mereka membahas tentang keluarga itu lebih dalam
"Kita tinggal di tengah kota, aku adalah pengusaha dan seorang pemimpin besar, dan Aldrick sedang menjalani kuliahnya, untuk kedua kakak kembarmu tentu sederajat dengan mu karena kalian kembar" Gerry menjelaskan tentang status mereka bertiga sembari menyuapi Rei, sedangkan Rei hanya mengangguk sih mbari mengunyah makanan yang Gerry suapkan sesekali melihat ajah mereka bertiga bergantian
Rei mengangguk mengerti dan menunggu Gerry melanjutkan penjelasannya.
"perbedaan kehidupan disini dan di sana sangat berbeda, mungkin kau akan kesulitan untuk beradaptasi. Kau bisa mengatakan apapun jika kau merasa tak nyaman saat berada di sana. Kami akan mengatasinya untukmu, mengerti?" Rei mengangguk gugup, ia berfikir pasti akan sangat sulit jika Gerry sudah mengatakan hal itu dengan wajah yang begitu serius
"tak apa Rei, kau bisa mengandalkan kami. Bilang saja jika ada yang menganggu di sekolah kami akan menghajarnya" Henry menyodorkan susu kotak padanya sembari mengusap kepalanya pelan diikuti senyum tipis terlukis pada wajahnya.
"lagian dadd, jika kau memberi tau Rei seperti itu tentu dia akan takut" ujar Harry mendelik pada ayahnya.
"baiklah-baiklah maafkan aku, mulai sekarang panggil aku daddy seperti mereka dan panggil Aldrick kakak oke?" kuping Rei memerah dan mengangguk pelan menyelesaikan minumnya
"kenapa hanya Kak Aldrick!? Kita juga kakaknya"
"benar! Panggil kita juga kakak!" protes Harry dan Henry
"kalian seumuran jadi itu tak perlu" ujar Aldrick membuat duo H geram.
Dan akhirnya mereka saling bertengkar dan mengumpat (Harry dan Aldrick) sedangkan Henry menutup telinga Rei dan Gerry memijit pangkal kepalanya jengah, Rei yang melihat pemandangan di depannya dan tertawa pelan karena usaha Henry sia-sia. Lagi pula itu bahasa sehari-harinya saat kesal dengan Rian.
Mereka yang mendengar tawa pelan itu mendadak berhenti dan melihat Rei dengan seksama. Rei yang tersadar sedang diperhatikan berhenti tertawa sejenak dan melihat raut mereka yang terkejut dan sedikit memerah pada telinga atau pipinya.
"apa? Aku senang dengan pengertian Henry, tapi aku masih bisa mendengar semuanya dengan jelas haha" jelas Rei dan kembali tertawa
"Rei jangan begitu, aku kan tidak mau menutup telingamu terlaru erat nanti sakit gimana?" Henry memberi penjelasan sembari memegang daun telinga Rei sedikit mencubitnya
"mhn jangan di pegang gitu dongg! Geli tauu!" Rei yang memng sensitif dibagian telinga hingga leher memukul pelan tangan Henry yang masih berada di telinganya
"oh geli?" Henry mengusap tangannya pelan, dan bertanya dengan nada menggoda.
"Rei sensitif di telinga ya?" Harry ikut mendekat, ia mendekat kearah telinga Rei sementara Rei yang merasakan ancaman mendorong kreas wajah Harry
"kalo disini gimna?" Aldrick juga ikut mendekat dan diam-diam tangannya menyentuh pinggang sang Adiknya itu
"e-eh?" Rei yabg bingung dan belum tersadar kemana tangan Aldrick pergi hanya mengerjabkan matanya bingung, sampai dia merasakan pergerakan di sekitar pinggangnya
"tu-tunggu! Eh-waa!! Wuhahaha! Udahh! Please! Hahaha!" Rei tertawa begitu lepas Aldrick menggeliciki pingganggnya dengan brutal"disini geli juga gak? " Henry hanya meletakan tangannya di perpotongan leher Rei tidak digoyangkan hanya diam tak berkutik, tapi Rei sudah menjepit karena geli
"aaa! Udahhh! Jangann!hahaha! Udah kak! Gak kuatt! Hahaha" tawa indahnya terdengar diseluruh ruangan kamarnya bahkan hingga diluar, pelaku-pelaku pengelicikan juga ikut mentertawakan kegiatan jahat mereka sembari terus menatap wajah tawa lepas Rei
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya Yang Kembali
De TodoPure cerita yang aku buat sendiri dan untuk dibaca ulang sendiri 🙏 Jadi kalo penasaran, aku jelasin sedikit... Singkatnya cerita yang aku tulis adalah kisah seorang perempuan yang kembali ke pada keluarga kandungnya dengan berbagai kejutan dikehid...