BAGIAN 23

14 1 0
                                    

Perhatian dan kekhawatiran itu menciptakan rasa cinta tanpa di sadari.

▪︎¤▪︎¤》♡♡♡《¤▪︎¤▪︎

Keesokan harinya, Anetha Demam tinggi dan terbaring di tempat tidur. Wajah itu pucat hingga keringat memenuhi pelipisnya. Berulang kali Zevian mengajak ke dokter tapi ia menolak, berulang kali pula lelaki itu menyuruh minum obat namun tak pernah dihiraukan.

"Kamu kalau sakit rese' juga, ya?? Gimana mau sembuh kalau minum obat aja nggak mau?! Ke dokter nggak mau!" cecar Zevian dengan suara tegas. Gadis itu sama sekali tidak menjawab, kepalanya pusing bukan main seperti dibenturkan ke tembok yang bergerigi.

Lagi-lagi Devian dibuat kesal. Sikap keras kepala gadis ini semakin menyebalkan. Padahal, ia tak perlu khawatir karena sakit yang dialami oleh Netha masih dalam batas wajar.

"Kamu kenapa masih di sini? Katanya hari pertama masuk kantor??" tanya Anetha masih terdengar lemas.

"Gimana mau ke kantor kalau kamu aja lagi sakit gini."

Anetha menurunkan lengannya yang sedari tadi menutup wajah. "Kamu lebay banget sumpah. Aku nggak apa-apa. Udah sanaaa!!!" usirnya, "Jangan sampai nama kamu jelek duluan di hari pertama masuk kerja!"

"Ya bodo amat," jawab Zevian cuek, "kalau kamu nggak mau minum obat aku nggak akan berangkat."

Kedua alis Netha berkerut mendengar ucapan Devian. Yang benar saja! Lelaki ini tidak akan berhenti jika tidak dituruti.

"Ish!!! Ya udah mana sini obatnya!!"

Zevian tersenyum tatkala berhasil membujuk Anetha walau dengan cara yang kekanak-kanakan. Setelah Anetha meminum obat tersebut, ia mendekat untuk memastikan sesuatu.

"Coba buka mulutnya."

"Kenapa lagi??!!" tanya Netha emosi.

"Aku cuma mau mastiin kalau obatnya beneran kamu telan."

Gadis itu berdecak, seketika ia menganga lebar di hadapan Zevian.

"Aaaaaa, Puas?!!"

"Nah, gitu kan pinter," ucap Zeven sambil mengacak-acak rambut Netha, "Malam ini Mama mau ke rumah. Barusan dia nelfon bilang mau nginep karena Papa lagi dinas ke luar negeri."

"Hah??! Seriusan kamu??"

Netha kaget bukan main. Selama menjabat sebagai istri Zevian, Ini kali pertama Mama memutuskan untuk menginap di rumah anaknya. Bukan karena tidak suka, bukan.Tapi bagaimana jika beliau tahu kalau mereka tidur terpisah?Apa reaksinya saat mengetahui jika anak dan menantunya belum pernah tidur satu ranjang?!

***

Zevian baru saja sampai di rumah pukul 19.30 WIB. Lelaki itu datang bersama sang mama yang ia jemput setelah menyelesaikan pekerjaan di kantor. Dari pintu masuk, Netha menyambut kedatangan mereka dengan senyum cantik di wajahnya. Meski demam yang ia rasakan belum sembuh sepenuhnya, tapi sakit di kepala telah berangsur menghilang.

"Mama seneng banget loh bisa cobain masakan kamu lagi," ucap Mama saat Anetha menggiringnya untuk makan malam bersama.

Di atas meja makan, telah tersaji berbagai macam masakan yang sangat lezat. Salah satu di antaranya adalah ayam bakar madu kesukaan Mama Zevian yang memang sengaja ia buatkan khusus untuk beliau.

"Ini semua kamu yang masak?"

Netha pun menggeleng, "Enggak, Ma. Bi Asih dan Bi Tuti juga bantuin, kok."

Mendengar namanya disebut, Bi Tuti yang sedang menuang air putih ke dalam teko kaca langsung menimpali. "Kita cuma bantuin motong sayur dan kupas bumbunya aja, Nya. Semua itu Non Netha yang masak," jelasnya.

"Oh, ya?" Mama menoleh, "tapi tadi kata Zevian kamu lagi Demam? Kok malah turun ke dapur? Wajah kamu masih pucet banget loh."

Gadis itu tersenyum mendengar segala bentuk kekhawatiran yang beliau tunjukkan, " Nggak apa-apa, Ma. Anetha udah sembuh, kok. Tadi memang sempat pusing tapi sekarang udah mendingan."

"Hati-hati ...coba priksa ke dokter. Siapa tahu kamu bukan sakit karena demam, tapi sakit karena ada yang tumbuh di dalam sana," goda Mama sambil beralih menatap perut datar milik Netha. Detik itu juga, Zevian yang tengah mengunyah makanan langsung tersedak mendengar ucapan spontan dari mulut sang mama.

"Kamu lagi ngerasain mual nggak? Atau ada pengin makan sesuatu? Kayak semacam ngidam misalnya?"

Anetha menggeleng, lalu setelahnya beralih menatap Zevian dengan raut wajah kikuk. Jujur ia tidak nyaman dengan pertanyaan tersebut. Apa lagi mertuanya ini sangat antusias sekali seakan berharap lebih.

"Netha cuma demam biasa, Ma. Bukan lagi hamil...," jawab Zevian pada akhirnya. Ia tahu mama sangat sensitif akhir-akhir ini. Beliau sering sekali membicarakan tentang bayi dan kehadiran seorang cucu. Bukan hendak menuntut keturunan, tetapi ada harapan besar yang ia panjatkan sejak beberapa bulan yang lalu

Oooh, cuma demam biasa. Kamu itu kalau istri lagi sakit ya dikasih perhatian gitu loh, Zev. Masa dibiarin aja."

Zevian hanya diam. Mama tidak tahu saja bagaimana sulitnya ia saat gadis itu menolak segala bentuk perhatiannya, bagaimana rusuhnya ia saat harus bersusah payah membujuk meski dengan cara yang kekanak-kanakan.

"Nih, kebetulan Mama dikasih minuman herbal sama teman. Bisa untuk memulihkan daya tahan tubuh yang kurang vit. Coba deh di minum," lanjut Mama mengeluarkan beberapa botol minuman herbal dari dalam tas. "Kamu juga minum, Zev. Ini bagus banget untuk stamina."

Lelaki itu meraih satu botol minuman tersebut dan membaca komposisinya. "Ini jamu?"

"Yaa ... semacam itulah. Ayo, di minum. Mama udah bawain jauh-jauh, loh, buat kalian."

Anetha mengangguk saat Mama menyerahkan satu botol minuman herbal itu padanya. Sungguh ia sangat berterima kasih atas segala kebaikan yang beliau beri.

Kalau boleh jujur, Ia sangat jarang sekali minum obat. Dari dulu jika sedang sakit, Nenek akan selalu meracik obat herbal seperti ini. Meski masih sangat tradisional, tapi cukup untuk mengembalikan kesegaran pada tubuhnya.

"Terima kasih banyak, ya, Ma," ucap Netha setelah meneguk habis satu botol minuman tersebut. Begitu pun dengan Zevian yang mau tidak mau ikut meminum karena tak enak hati jika harus menolak.

"Ya udah ... sekarang kita makan dulu, yuk. Mama udah laper banget, nih. Khasiat obatnya akan keliatan dua jam ke depan," ucap Mama seraya tersenyum.

Mereka menikmati makan malam dengan khidmat. Menghabiskan waktu luang sambil mengobrol banyak hal, bercerita tentang apa pun yang terjadi di hari ini, sampai bercengkrama tentang masalah-masalah yang dirasa sangat penting hingga yang paling tidak penting.

Sesekali Mama bercanda sampai membuat Anetha dan Zevian tertawa secara bersamaan, dan berhasil meramaikan suasana meja makan.

▪︎¤▪︎¤》♡♡♡《¤▪︎¤▪︎

Happy reading, enjoy! 🖤
Jangan lupa tinggalkan jejak :)

SNOW WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang