***
Kisah Wanita Tua dan Kastel di Tengah Hutan
Pada zaman dahulu, ada sebuah bangunan megah yang diberi nama Kastel Andromeda. Dibangun di tengah Hutan Halleybosch, kastel tersebut mempunyai pemandangan indah Danau Merah dan padang rumput berhias bunga kamomil.
Kastel Andromeda didirikan oleh seorang wanita tua kaya raya. Meski mempunyai harta berlimpah, dia hidup seorang diri tanpa sanak saudara. Si wanita tua terlingkup kesepian yang senantiasa berputar di sekelilingnya.
Lalu pada suatu hari, si wanita tua bertekad menyingkirkan rasa kesepian itu. Dengan memanfaatkan hartanya, dia membayar beberapa orang untuk menyebarkan berita. Berita tersebut berisi pemberitahuan bahwa kastel miliknya disewakan. Si wanita tua hanya memilih penyewa yang dia sukai saja, tanpa mempertimbangkan harga atau dari mana calon penyewa berasal.
Akhirnya, Kastel Andromeda berhasil disewa oleh seorang putri bangsawan negeri seberang bernama Nona Cygnia. Nona muda itu mengubah Kastel Andromeda untuk dijadikan sebuah akademi sastra bagi kalangan wanita. Tak menunggu lama, Kastel Andromeda yang semula suram kini dipenuhi dengan suara tawa dan perdebatan positif. Sunyi dan dingin perlahan menghilang, si wanita tua tak lagi kesepian.
Tahun demi tahun berlalu, Kastel Andromeda semakin dikenal. Namun, lambat laun perasaan lain yang lebih berbahaya beterbangan di sekitar si wanita tua. Kebencian dan iri hati mengelilingi si wanita tua saat melihat Nona Cygnia yang dicintai para muridnya berkeliaran di Kastel Andromeda, seolah-olah sang nona muda adalah pemiliknya. Si wanita tua menjadi lebih sering marah, meneriakkan kata-kata kasar yang bergaung di koridor, dan mengumpat murid-murid Nona Cygnia. Perilaku wanita tua itu lantas membuat Nona Cygnia murka.
Keduanya berseteru hebat. Perseteruan mereka terdengar sampai di negeri seberang selama berhari-hari. Kemudian, si wanita tua mengusir Nona Cygnia, mengutuk para murid agar secepatnya hengkang dari Kastel Andromeda.
Pagi buta, Zenix─sang kepala asrama berparas tegas─membangunkan satu per satu para murid yang sudah dianggapnya sebagai saudara, berkata bahwa semuanya harus bergegas mengemas barang-barang mereka. Meski mendadak dan terasa berat, para penghuni Kastel Andromeda meninggalkan si wanita tua sendirian di sana.
Mereka linglung, benar-benar tak menyangka dengan kejadian yang baru saja mereka alami. Kastel itu sudah lama mereka huni bersama. Hangat dan ceria sudah pasti mereka rasakan setiap harinya. Namun, kini mereka harus menyeret koper-koper miliknya sambil berjalan tertatih dalam dingin dan pekatnya malam.
Kendati begitu, para murid tak patah semangat saat memandang wajah Nona Cygnia dan Zenix yang berjalan beriringan bersama mereka. Nona Cygnia berjanji, mereka akan menemukan tempat yang lebih indah untuk belajar.
Tak lama ditinggal, si wanita tua kembali dihampiri oleh kesepian bagai teman lama. Tak ada lagi keramaian di sana. Kastel dan keindahan di sekitarnya seperti penjara yang kejam dan sunyi. Air bening di Danau Merah berubah keruh, padang kamomil telah layu. Jiwa si wanita tua digerogoti oleh kemarahan, iri, sepi, dan ego yang tinggi. Dia jadi sakit-sakitan, seluruh kulitnya menghitam.
Ketika tak kuasa menahan rasa sakitnya lagi, si wanita tua menjatuhkan diri dari menara kastel. Namun, sebelum jatuh ke tanah, si wanita tua menjelma menjadi burung gagak, berkaok-kaok tanpa henti sambil terbang mengelilingi Hutan Halleybosch.
Di tempat lain, rombongan yang dipimpin Nona Cygnia dan Zenix telah membangun sebuah rumah sedang minimalis. Mereka membangunnya sedikit demi sedikit bersama anggota lainnya. Rumah itu menghadirkan kembali keceriaan dan kebahagiaan yang mereka rindukan. Mereka dengan semangat melanjutkan belajar sastra. Banyak sekali karya yang mereka keluarkan, membuat rumah baru mereka dikenal dunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
1st Project - Once Upon A Time
FantasyNevaeh, Nesryn, dan Nihla tidak menduga bahwa mereka akan berakhir di jalanan dingin pada suatu hari yang kelam. Sekolah mereka sekonyong-konyong dirobohkan oleh pemiliknya sendiri, Lady Lyssa, tanpa pemberitahuan, tanpa kejelasan, tanpa kata-kata p...