⚠️WARNING⚠️
CERITA INI MENGANDUNG UNSUR LGBT, KATA-KATA KASAR, KEKERASAN, dan ADEGAN DEWASA
TIDAK UNTUK DITIRU!!!
HARAP BIJAK DALAM MEMBACA
SEKIAN TERIMA SAYANG
🖤
🖤
🖤Sinar bulan yang semakin memancar menandakan tengah malam akan segera datang. Bahkan musik dan ramainya perbincangan semakin terdengar. Tidak ada tanda-tanda acara akan segera berakhir.
Mereka bilang, semakin malam akan semakin seru. Sepertinya hal itu tidak berlaku untuk remaja laki-laki yang sedang duduk bersandar dengan mata sayu. Menatap tidak minat ke arah orang-orang yang sibuk berdansa. Bukan sok dingin ataupun ingin menjadi misterius, dia hanya sedang dilanda kantuk. Matanya sungguh tidak bisa diajak berkompromi.
Dengan setelan jas formal yang sangat pas melekat ditubuhnya. Rambut klimis tertata rapi dan jangan lupakan wajah manisnya. Dari pembukaan acara tadi pagi sampai tengah malam dirinya sama sekali belum beristirahat. Begitu excited dengan acara yang penuh kebahagiaan ini. Sebentar lagi, sebentar lagi bundanya akan bahagia. Hanya itu yang bisa ia harapkan untuk kedepannya.
Melihat sang bunda tersenyum, raut bahagia tercetak jelas di wajah cantik itu. Nanda ikut tersenyum. Bersyukur kebahagiaan akan menyertai mereka selepas ini. Beban seolah akan terangkat sebentar lagi.
“Nanda kamu ngantuk nak?”
Seolah tersadar dari lamunannya, Nanda menatap Veina -bundanya- yang sudah berdiri tepat di depan meja bersama seorang laki-laki.
“Kamu kecapean, mending istirahat, papah udah siapin sopir buat antar kamu ke rumah.” ucap laki-laki yang berdiri di samping sang bunda dengan pakaian formal yang tak lain papah barunya.
Perkenalan yang cukup singkat membuat Nanda masih merasa canggung. Tapi tidak bisa dipungkiri kalau Rion -Papahnya- adalah orang yang sangat pengertian. Hanya saja kabar bahwa papah tirinya itu yang mempunyai tiga orang anak, sedikit membuat Nanda gelisah. Takut dirinya dan sang bunda tidak diterima oleh mereka.
Terlihat dari acara megah yang sedang berlangsung saja, mereka tidak datang. Bukan ketiganya hanya dua orang yang tidak ikut berpartisipasi sejak awal. Bertemu saja Nanda tidak pernah. Entah seperti apa wajah mereka.
Beruntung, putra bungsu sang papah begitu akrab dengan dirinya. Javior Alex Damarion, yang baru berusia 2 tahun. Setiap bertemu selalu membuat Nanda tertawa akan tingkah menggemaskan Vio. Sayangnya malam ini Vio sudah pulang terlebih dahulu. Hal itu juga yang mungkin membuat Nanda merasa bosan, karena tidak ada teman sepanjang acara berlangsung.
“Nanda?” panggil Veina menyadarkan Nanda yang sibuk melamun.
“Eh iya bunda?” Nanda kembali menegakkan punggung, menatap ke arahnya sang bunda.
“Kamu ngantuk 'kan? Pulang aja gapapa terus istirahat.” Veina menatap teduh raut lelah putranya.
“Bunda tau, kamu itu ngga bisa begadang, sekarang pulang, istirahat. Inget besok hari pertama kamu sekolah.” Senyum cantik itu senantiasa terulas. Melihat putranya mengangguk patuh, Veina mengelus surai hitam Nanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRISON [END]
Fiksi Remaja[END] Terjebak seperti dalam penjara? Begitu dingin dan juga mengekang. Posesif dan juga menggairahkan. Romantis dan juga cemburu. Sakit tapi candu. Nanda dengan kedua kakak tirinya. Sanggupkah Nanda menahan rasa sakit yang 'mereka' berikan? Nanda h...