Sasuke melangkah pelan menghampiri kawan sebangkunya yang sedang tertidur di atas lipatan tangan di pojok kelas sebelah jendela.
Bibirnya tersenyum. Naruto pasti belum mengerjakan tugas mata pelajaran pertama. Diambilnya catatan mata pelajaran matematika kemudian Sasuke menggulung buku itu dan memukulkannya pada kepala belakang Naruto pelan untuk membangunkannya.
"Aww!" Naruto meringis memegang bagian belakang kepalanya sambil berusaha membuka kedua mata.
Sasuke menghela napas dan menarik bangku untuk duduk di sebelahnya. "Sebentar lagi Kakashi-sensei pasti datang, cepat salin tugasku."
Naruto mengerucutkan bibirnya. "Kau bisa membangunkanku dengan baik-baik jika kau tak tahu." Ucap Naruto ketus sembari mengambil catatan itu.
Sasuke terkekeh. Bukan gayanya sekali untuk berhalus-halus dengan Naruto. Sudah sejak kecil mereka bersahabat dan saling memendam perasaan masing-masing. Dan sudah menjadi hal umum bahwa mereka selalu bersama.
Namun, Sasuke tak pernah jujur pada perasaannya. Sekalipun Naruto berkali-kali memberinya kode mengenai rasa sukanya. Sasuke selalu berpura-pura tak paham.
Sasuke memiliki seorang kakak laki-laki bernama Itachi. Kakak yang sangat ia sayangi dan membuatnya iri secara bersamaan. Ia baik dalam segala hal. Ia tampan, pintar, memiliki kepribadian mudah disukai, berprestasi, dan digemari para gadis. Ayahnya selalu membanggakan Itachi sampai tak sadar sejak lahir, Sasuke sudah terbiasa hidup untuk menjadi lebih unggul dibanding kakaknya.
Itu juga alasan kenapa ia memilih untuk tak mengungkapkan perasaannya pada Naruto. Ia ingin fokus untuk mengerjar Itachi.
Di sisi lain, Sasuke tahu alasan Naruto yang selalu menolak orang yang mengajaknya berpacaran. Sehingga ia merasa tak perlu khawatir mengenai Naruto yang akan direbut orang lain.
Karin datang memeluk Sasuke dari belakang. "Sasuke-kun, apakah nanti kau ingin ke kantin bersamaku?" Tanya Karin.
Sasuke yang risih berusaha menjauhkan Karin dengan kedua tangannya. Maniknya menatap Naruto yang menggenggam pena dengan kuat, menahan rasa membakar yang membuat hatinya panas seketika.
"Pergi. Aku hanya ingin bersama Naruto." Balas Sasuke ketus.
Baru saja Karin ingin kembali memeluk Sasuke, tetapi Suigetsu menarik kerah seragamnya. "Kau membuat Sasuke terganggu, pergilah sebelum ia mengamuk."
Karin memukul wajah kanan Suigetsu dengan kepalan tangannya. Membuat Suigetsu meringis sakit sebelum Karin beranjak menghentakkan kaki keluar kelas.
Naruto bangkit dari bangkunya ingin mencari udara segar di luar kelas. Membuat Suigetsu menduduki bangku Naruto untuk berbincang sebentar dengan Sasuke.
"Sudah kubilang, lebih baik kau jujur pada perasaanmu dan meresmikan hubunganmu dengan si pirang itu. Kau tidak perlu repot-repot mengusir wanita yang tidak kau sukai atau membuat si pirang cemburu 'kan?" Ujar Suigetsu.
Sasuke menfokuskan matanya pada persoalan latihan matematika yang sedang ia kerjakan. "Bukan urusanmu."
Suigetsu menghela napas lelah. "Kau bisa tetap mengejar Itachi dan berpacaran dengannya, Sasuke. Tak perlu terlalu obsesi untuk mengejar kakakmu itu. Lagipula, kakakmu tak pernah menganggap dirimu saingannya 'kan?" Tawar Suigetsu.
Ia cukup lelah melihat drama antara Sasuke dan Naruto yang menurutnya bisa diselesaikan jika saja Sasuke mau jujur sedikit saja mengenai kata hatinya.
Hari-hari keduanya selalu dipenuhi keposesifan berlebihan tanpa status. Sasuke yang selalu marah melihat Naruto memiliki banyak orang di sekitarnya, dan Naruto yang kesal karena Sasuke juga dikejar banyak wanita.