- 23 -

95 21 2
                                    

Padahal Dong Sicheng merasa tubuhnya masih sangat pegal saat itu. Tapi panas yang terasa membakar tubuh sampai dirasanya kulit sedikit lengket karena keringat membuat tidur jadi terganggu. Perlahan membuka mata, kesadaran yang masih belum sepenuhnya kembali itu membuat kening berkerut saat kaburnya mendapati satu siluet duduk di sisi lain kasur dengan kemeja putih yang terlihat kebesaran.

Mirip miliknya.

Itu yang pertama kali Winwin pikirkan saat dengan gerak dua tangannya, ia melihat perempuan itu mengeluarkan rambut hitam yang terjebak di dalam baju. Seketika mengembalikan sadarnya, sampai lelaki itu terkejut sendiri dibuatnya.

Menyingkap nyaris seluruh selimut yang tadinya menutupi tubuh, disadarinya jika tubuh itu tak menggunakan sehelai kain pun-- ah, koreksi. celananya masih terpakai, tapi rasa-rasanya juga bukan bagaimana semestinya, begitu acak-acakkan, dan hanya sebatas pakaian dalam bagian bawah.

Jadi yang dipakai Yoobin itu memang kemejanya.

Terbangun dari posisinya, lelaki yang panik itu mundur sampai punggunya mengenai sandaran ranjang dan gerakan heboh itu sampai membuat gadis yang tadi sepertinya masih asyik merapikan pakaiannya, menoleh.

Bertatap dengan suaminya, Bae Yoobin diluar dugaan justru terlihat tenang. Tak seperti Winwin yang panik; kejadian malam tadi seolah terlupakan begitu saja oleh gadis itu.

"Yang harusnya ribut sekarang itu adalah aku. Itu 'kan yang kau pikirkan?" Yoobin bertanya, membungkam Winwin yang bersiap membuka mulut dengan selimut dinaikkan hingga menutupi seluruh tubuhnya. "Kau bukanlah yang pertama bagiku dan Appa sama sekali tak tahu akan hal itu. Maka dari itu kau yang bisa saja memberitahu beliau soal itu--"

"Bu-bukan begitu," Winwin memutus. "Ini karena aku tiba-tiba melihatmu memakai kemejaku begitu dan.. dan aku..." wajahnya sungguh jadi memerah, seolah lelaki itu sedang mabuk. "Tidak memakai apa-apa begini..."

"Kalau begitu, haruskah aku melepasnya?"

"Ja-jangan!" Winwin dengan cepat menggeser tubuh untuk meraih tangan Yoobin yang hendak menggapai kancing kemeja. Sejenak saling tatap, namun kemudian diputusnya lagi saat sadar jika perempuan itu sama sekali tak memakai apapun selain kemejanya --dan ia semakin yakin, saat melihat bra hitam milik istrinya masih tergeletak begitu saja di lantai. "Ti-tidak usah dilepas, kau bisa memakainya..."

Pegangannya melonggar, lantas kesempatan itu digunakan Bae Yoobin untuk menarik tangannya. Membenarkan kembali kerah kemeja yang tadi sedikit berantakan, suasana setelahnya benar-benar canggung dengan diam yang sama sekali tak tertebak akan berakhir seperti apa 'pagi memalukan' ini.

"La-lalu sebenarnya..." Winwin baru berani bicara setelah menit kelima nyaris berlalu. "Daripada tak suka, aku lebih merasa terkejut saat melihatmu memakai kemejaku begitu..." tersipunya tak bisa disembunyikan, telunjuk itu menggaruk pipi sendiri dengan pelan untuk menyembunyikan kegugupan. "Dan jujur, aku merasa senang karenanya. Rasanya sungguh benar-benar sudah menjadi suamimu..."

Perhatian Yoobin benar-benar jadi tersita sepenuhnya untuk Winwin. Matanya jadi terus memandangi lelaki itu tanpa berkedip, jantungnya dibuat berdetak tak karuan dengan wajah yang mulai terasa panas.

"Dan aku sama sekali tidak mempermasalahkan sesuatu seperti yang kau pikirkan. Asalkan bersamamu, bukan jadi yang pertama kali juga tak apa..." katanya. "Justru aku takut, kalau kau merasa tidak nyaman denganku yang memang belum berpengalaman ini."

Tidak. Itu tidak benar! Bae Yoobin sungguh merasa nyaman, Winwin terasa begitu luar biasa di pengalaman pertamanya sampai gadis itu menginginkannya lagi--

"Jadi aku sungguh berterimakasih. Tidak peduli berapa kalipun melihatmu, kau sangat, sangat, sangat cantik, Yoobin-ah--"

"Kalau kau mengatakan itu dengan tujuan merayuku, sebaiknya hentikan, Dong Sicheng...."

Unknown MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang