Maybe it's the way you say my name
"Mikasa?"
Suara baritone membuyarkan lamunan Mikasa. Gadis bersurai jelaga itu menengadah, menemukan wajah seseorang yang sudah ia tunggu selama kurang lebih lima belas menit.
Berlatar keramaian sebuah Kafe di dekat kampus, keduanya memenuhi janji masing-masing untuk bertemu. Ini pertemuan pertama. Tidak seperti layaknya kisah dongeng Puteri dan Pangeran yang manis. Pertemuan itu hanya sebuah pertemuan biasa, dengan cuaca yang sedikit mendung di Musim Gugur.
"Maaf, aku terlambat. Kau sudah lama menunggu?" Pemuda bermata Emerald mengajukan pertanyaan, menarik kursi dan duduk tepat di hadapan Mikasa.
Bibir tipisnya mengulum senyum, sembari meletakkan tas ransel di atas meja dan membuat gelas jus yang isinya sisa setengah sedikit bergeser.
"Ah, maaf."
"Tidak apa. Aku sudah menunggu selama lima belas menit, bukan waktu yang lama tapi bukan juga waktu yang singkat." jawab Mikasa, ia memperbaiki letak gelas yang sedikit nyaris jatuh menumpahkan isinya.
Matanya bergulir, memilih untuk tak menatap wajah tan yang terus saja mengulum senyum tipis nan manis. Rambut cokelatnya yang sepundak terikat berantakan, anak poninya menjuntai menutup sebagian kening. Kesan pertama yang Mikasa dapat simpulkan adalah, Eren Yeager adalah Pemuda yang memiliki pesona walau penampilannya sedikit berantakan. Berbanding terbalik dengan Kakaknya yang ada di rumah.
"Jadi, Armin sudah menjelaskannya padamu maksud aku ingin bertemu, kan?" tanya Eren
"Ah, iya. Aku tidak mengerti kenapa kau tertarik un--" Mikasa baru saja hendak mengeluarkan buku note pianonya saat Eren tiba-tiba memotong ucapannya.
"Sebentar. Dari pada langsung membahas inti masalahnya, sebaiknya kita makan terlebih dahulu. Tentukan menu yang kau inginkan, Mikasa."
Gadis itu berkedip, menerima uluran buku menu yang disodorkan Eren. Well, tidak masalah. Ia hanya memesan segelas jus buah sampai saat ini, niatnya menunggu Eren agar bisa memesan menu yang tersedia.
Keduanya berakhir memesan menu yang sama setelah Eren mengeluh tidak bisa menentukan pilihannya. Dua porsi burger keju yang digemari anak kecil menjadi pilihan, ditemani beberapa kentang goreng renyah dan kacang polong sebagai pemanis.
Mikasa melahap dalam hening, membiarkan Eren mengisi obrolan dengan menceritakan apa saja yang ia alami hingga bisa terlambat dalam pertemuan mereka.
Ia tidak mengenal Eren sebelum Armin mengatakan tentang seorang Pemuda yang tertarik dengan permainan pianonya saat mengisi acara pengumpulan dana untuk Klub Musik. Pemuda yang tak lain adalah Eren itu mengatakan tertarik dan ingin belajar langsung dengan Mikasa.
Namun, Mikasa tak berpikir demikian. Eren hanya membuang waktu, mengalihkan obrolan dan benar-benar hanya membahas semua hal tentang dirinya. Gadis itu tak perlu tahu nama seluruh anggota keluarga Eren, termasuk Kakak tertuanya yang bernama Zeke.
"Saat ini dia tinggal di kediaman Orangtua ku. Kami berbeda Ibu tapi Ibuku tetap men--"
"Maaf, Eren. Tapi, niat awal kita bertemu disini untuk membahas piano, bukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELIONS [√]
Fanfiction[EreMika Fanfiction] Eren kembali mengingat, saat pertama kali ia terpana akan pesona gadis Ackerman yang digadang sebagai Malaikat Jurusan Seni Musik. Itu adalah malam dengan terang bulan purnama, berlatar panggung di aula Kampus, Eren terpesona p...