"Kamu benar-benar gak tahu diri, Narendra!"
Jaemin merasa benar-benar bersalah. Apakah keputusannya merugikan orang lain?
"Logan dan Reno sudah berbesar hati mau menuruti kamu pindah kemari. Lalu apa ini? Kamu mau meninggalkannya untuk mimpimu? Jangan berlindung di bawah alasan seperti itu jika yang kamu lakukan hanya untuk memenuhi egomu, Narendra!"
Pagi-pagi sekali saat Jaemin baru menjemur baju, Rachel langsung datang menyerangnya. Saat itu Jeno pergi ke pasar bersama Logan dan Jaemin yang mengurus rumah. Mereka seperti biasa berbagi tugas.
"Rachel, tenang dulu. Sebenarnya apa yang kamu maksud? Ayo perjelas, aku gak mau termakan asumsiku sendiri."
"Cih, kamu sudah tahu apa yang aku bicarakan, Na. dengar baik-baik. Kamu harusya sadar diri bahwa hubungan kalian itu tidak erat. Siapapun bisa memisahkan kalian, apalagi ditambah kamu ingin berjauhan dengan Reno. Lupakan saja mimpimu dan urus hubunganmu sendiri."
Jaemin mulai kesal pada Rachel, perempuan ini terlalu melewati batas.
"Rachel, don't crossing the line. Ini masalah aku dan Reno."
Rachel tetap teguh dengan pendapatnya. "Dengar Narendra! Silahkan pergi dan capai tujuanmu sementara aku akan menggunakan kesempatan ini untuk merebut Reno. Sahabatku layak mendapatkan yang terbaik."
Deg
Apa dia memang seegois itu?
"Kamu memang egois Narendra! Tidakkah kamu fikir bahwa Logan sudah bergantung padamu? Seenaknya kamu mau meninggalkannya? Kamu fikir aku tidak faham dengan konsep licikmu? Setelah membuat orang lain bergantung padamu, kamu tinggalkan dia dan hal itulah yang membuat mereka sengsara."
"Cukup, Rachel. Kamu sudah terlalu melampaui batas."
"Pergilah dan jangan pernah kembali ke sisi Reno Tuan Egois!"
Hancur hati Jaemin mendengar hal itu. Dia memandangi tiket menuju swiss di tangannya. Matanya sudah memerah karena marah, kecewa dan sedih.
"Apakah aku seegois itu?"
"Hei, sayangku kenapa?"
Jaemin menoleh, saat itu Jeno rupanya masuk ke dalam kamar mereka tanpa Jaemin sadari. Pria itu memeluk Jaemin dan mengelus punggungnya.
"Cerita sama Mas. Narendra ku kenapa nangis?"
Sudah Jaemin katakan bukan bahwa Jeno itu lebih dari seorang kekasih? Dia layaknya ayah, saudara, adik, kakak, bahkan musuh untuk Jaemin. Jeno benar-benar paket sempurna. Namun, karena hal itu juga yang membuat Jaemin semakin menyalahkan diri dan merasa dia tidak pantas untuk Jeno.
"Mas, gimana kalau kita putus aja?"
Jeno diam saja dan membuat Jaemin melepas pelukan mereka. Raut wajah Jeno mengeras dan seketika Jaemin lupa bahwa mereka mempunyai komitmen untuk tidak pernah berpisah apa pun yang terjadi.
"Maaf, aku salah. Aku lagi kalut, Mas. Maafin aku," ujar Jaemin tulus.
Jeno membawa pria manis itu ke atas pangkuannya. Memeluk Jaemin lebih erat dan membiarkan bahunya basah karena air mata Jaemin. Jaemin itu jarang sekali menangis. Kalau ada hal yang membuatnya menangis, itu bukanlah hal yang sepele.
"Coba cerita sama Mas, kenapa kamu jadi begini?"
"Aku egois ya, Mas?"
"Maksud kamu?"
Jaemin memutar jemarinya di dada Jeno. Dia masih bersandar di bahu pria itu dengan nyaman."Aku... Mau ngejar impian aku. Aku bakalan ninggalin kamu padahal kamu sudah rela jauh-jauh pindah ke Eropa."
"Hei, bukannya kita sudah pernah bahas masalah ini? Kamu lupa ya? Mas selalu dukung keputusan kamu, Na."
KAMU SEDANG MEMBACA
At My Worst 🔞 (END)
Fiksi Penggemar"Gak perlu sempurna, cukup seseorang yang nerima aku apa adanya, bukan ada apanya," Jeno Arreno. #nomin #jenjaem #au Jangan salah lapak, ini lapak nomin.