Part 22

34 21 0
                                    

Raga mengajak keluarganya untuk makan bersama di sebuah restoran yang cukup populer akhir-akhir ini.

'Senja beneran pergi?' batin Langit, melamun di dalam mobil.
Langit membuyarkan lamunannya dan lebih memilih menatap ke luar jendela mobil.

Setelah makan bersama, sebelum pulang, mereka terlebih dahulu pergi ke mall. Mereka memasuki mall, seketika Langit teringat sesuatu dan menyengir ke arah Papanya.

"Kenapa kamu?" Tanya Raga aneh melihat tingkah Langit.

"Ekhem, gini nih contoh orang tua yang tidak peka terhadap anaknya" ujar Langit dramatis dengan ekspresi tengilnya.

"Apa sih kamu?" Ujar Raga malas.

"Ishh itu loh Pa, ini.." ujar Langit sambil mengacungkan tangannya, menggesekkan jari jempol dan telunjuknya.

"Apa gini-gini? Saranghae?" Ujar Raga berniat mengisengi Langit.
Ria yang berada di samping Raga, suaminya, hanya menggeleng kan kepalanya pasrah.

"Hihh duit Pa, duit!" Ujar Langit gregetan.

"Yeee bilang dong, pake acara ngode-ngode segala. Nih mau berapa kamu?" Ujar Raga sambil membuka dompet nya.

"Eits" ujar Langit sambil meraih satu blackcard milik Papanya "segini nih Pa"

"Heh anak ini, mau beli apa sih kamu?" Tanya Raga heran.

"Sepatu Pa, sepatu. Yang Langit incar waktu itu loh" jawab Langit.

"Ohh....aa..arghhh" tiba-tiba Raga mengerang memegangi kepalanya.
Membuat Ria dan Langit kaget dan langsung panik.

"Pa? Papa kenapa?" Ujar Ria sambil merosot tidak kuat memegangi badan suaminya yang berat.

"Papa kenapa ma?!" Ujar Langit heboh.

"Mama nggak tau, cepet bantu Mama ngangkat Papa ke mobil. Kita ke rumah sakit sekarang" ujar Ria panik, kenapa dengan suaminya.

Langit dan Mamanya, memapah Papa masuk ke dalam mobil.
Ria masuk terlebih dahulu dan meraih suaminya yang untungnya masih sadar, tetapi masih terlihat kesakitan.

"Langit kamu aja yang nyetir" ujar Ria.
Langit menganggguk dan berlari kecil mengitari mobil dan masuk ke bagian setir. Langit melajukan mobilnya cukup kencang karena panik akan keadaan Papanya.

Sesampainya di rumah sakit, Langit dan Ria dibantu perawat rumah sakit memapah Raga untuk cepat di periksa.
Raga di baringkan di brankar rumah sakit dan dibawa ke ruang UGD, sedangkan Ria dan Langit tidak diperbolehkan masuk.
Tak lama kemudian dokter keluar, Langit dengan cepat menghampirinya di ikuti oleh Mamanya.

"Dengan keluarga pasien?" Tanya dokter itu yang bernama Rian.

"Iya kami keluarga pasien, gimana keadaan suami saya Dok?" Jawab dan tanya Ria.

"Keadaan bapak Raga baik-baik saja. Beliau hanya kecapekan dan mengalami stres ringan" jelas Dokter Rian. "Sebaiknya beliau beristirahat yang teratur dan jangan banyak pikiran"

"Apa Papa harus di rawat Dok?" Tanya Langit.

"Tidak, sekarang juga boleh di bawa pulang" ujar Dokter Rian tersenyum tipis.

"Iya Dok, terima kasih. Apa saya boleh melihat keadaan suami saya?" Ujar Ria.

"Oh iya iya boleh, silahkan. Kalo gitu saya permisi dulu" ujar dokter Rian dan berlalu pergi.

Ria dan Langit bergegas masuk ke ruang rawat Raga. Terlihat Raga yang berbaring memejamkan matanya sambil tangannya memijit pangkal hidungnya.

"Kata dokter, Papa kenapa Ma?" Tanya Raga pada istrinya saat tau istrinya sudah berada di sampingnya.

Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang