76. Kencan

2.8K 316 57
                                    


***

Galen mengulurkan ponselnya kepada Anin, menunggu gadis itu untuk menukarnya dengan  ponsel milik gadis itu.

"Galen, lo yakin?" tanya Anin memastikan kembali. Ia terlihat sedikit terganggu dengan rencana Galen yang satu ini. Meski sebenarnya, Anin tahu bahwa Galen takkan pernah melontarkan ide tanpa memikirkan konsekuensi dalam jangka panjang.

"Gak suka ide gue?"

Anin menggeleng pelan.

"Ragu, bukan gak suka."

Pria itu menghela napas pelan, menarik kembali ponsel miliknya lalu mengubah posisi duduk Galen menjadi bersila menghadap Anin.

"Sebutin sama gue, alasan kenapa lo ngerasa ragu sama ide dari gue?"

"Gak make sense, Galen. Ide lo terlalu riskan karena akan melibatkan privasi gue juga lo."

Sepertinya gadis itu tidak menyetujui ide dadakan yang terlontar dari mulut pria yang tengah duduk bersila di depannya.

"Biasanya cewek-cewek suka digituin, tapi lo malah protes," kekeh Galen menertawakan sikap tak setuju Anin terhadap idenya.

"Cewek mana yang lo maksud, hah?"

"Ada, cewek pokoknya," balas Galen dengan tenang.

Anin hanya mempoutkan bibirnya merasa pria itu terlalu sering menjebaknya ke dalam situasi yang sedikit sulit Anin hindari.

"Nin," panggil Galen begitu lembut.

"Hm?" balas Anin terdengar tidak berniat membalas.

"Kemarin ... kenapa lo ngalangin gue buat ngadepin Gilden?"

Galen segera mengunci tatapan Anin dengan sangat tajam seolah gadis itu tidak bisa melarikan diri dari investigasi dadakan yang Galen ciptakan terhadapnya.

"Kalo kemarin gue masih memaklumi dan berusaha nahan diri gue buat gak nanya apa-apa. Tapi untuk sekarang, lo harus jelasin semuanya," tambah Galen terdengar begitu serius.

Gadis itu sedikit terhenyak tetapi dengan cepat mengembalikan kesadarannya yang hampir hilang hanya karena pria itu bertanya tentang hal yang paling sensitif dalam hidupnya.

"Gue gak bisa cerita," jawab Anin pelan. "Gue bahkan gak bisa jamin bakal baik-baik aja kalo kembali inget tentang hal itu," lanjutnya membuat Galen semakin penasaran tentang apa yang telah terjadi antara Anin dan Gilden selain cerita keposesifan Gilden yang telah Galen dengar sebelumnya.

"Kasih gue clue, gak terlalu sulit kan buat lo?" tanya Galen kembali teguh dengan rasa penasaran tetapi berusaha tidak menyakiti perasaan gadis di depannya.

Anin tersenyum kecil. Ia menyadari bahwa pria di depannya ini memiliki pola pikir yang berbeda. Sepertinya, ia harus mencoba saran Galen.

"Kemarahan lo, kemarahan Darel, kemarahan diri gue sendiri. Gue gak yakin semua itu bisa kita tampung dalam satu waktu."

Mendengar hal tersebut, Galen memiliki beberapa gambaran meski samar. Dan ya, Anin benar. Mendengar prolognya saja sudah membuat Galen ingin naik pitam.

Gadis itu berjalan ke ujung rooftoop. Menyandarkan dirinya di sana dengan nyaman.

"Lo nanya apakah dia masih berusaha menghubungi gue atau gak, dan jawabannya adalah iya. Gilden masih berusaha menghubungi gue dari setiap media sosial yang gue punya."

Vous Me Voyez? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang