[3.] Star and moon

666 90 3
                                    

"Hari ini aku kembali datang dengan luka yang akan aku ceritakan padamu, kuharap hyung tidak bosan mendengarkannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hari ini aku kembali datang dengan luka yang akan aku ceritakan padamu, kuharap hyung tidak bosan mendengarkannya. Aku tak punya siapapun sebagai peluh ceritaku, hanya kau, dan selalu kau."

"Depresiku belum sembuh, bahkan aku mengalami Post traumatic stress disorder. Rasanya sangat tidak mengenakkan, beberapa kali aku tak sadarkan diri karna rasanya sangat sesak di dadaku. Yang membuatku lebih sakit, tetap saja tidak ada yang peduli."

"Hyung, kematianmu tidak ada apa-apanya dimata orang tua kita. Apa jika aku mati, orang tua kita tetap seperti itu? Kapan mereka sadar? Aku muak sampai rasanya ingin menyusulmu saat ini juga." Aku berusaha menahan suara yang semakin bergetar.

"A-aku.. hhh.. kembali sesak.."

Aku berusaha menetralkan nafas dengan baik, sembari memegangi dadaku yang berdetak tak beraturan,

"Sepertinya hanya kau yang bisa menenangkan detak jantung ini. Rasanya seperti nyawaku mau diambil." Angin menerpa rambutku, beberapa detik kemudian angin menerpa punggungku.

Oh, kenapa otakku malah berimajinasi bahwa barusan Hyunsuk hyung mengusap pucuk kepalaku lalu mengusap punggungku lembut? Sekarang, aku merasa hangat. Melupakan fakta bahwa hujan sebentar lagi akan turun, sementara bajuku berkain tipis.

"Kau ada disini kan? Kau bersamaku kan? Tolong katakan iya bagaimanapun caranya!" Teriakku.

Blar!

Petir bergemuruh, selepas itu, hujan datang dengan derasnya. Aku terkekeh miris. "Apa semesta benar benar mempermainkan aku, Hyung?"

"Ataukah ini keingingnmu, agar ada alasan untuk kau melindungiku?" Aku menatap bebatuan di atas nisan dengan hampa.

"Hmm, aku memang tidak terlalu merasa kedinginan, tapi hatiku tidak hangat. Hatiku sudah hampir membeku, karna kau tidak ada lagi disini."

"Hyung.. biarkan aku menyusulmu.."

"Hyu--"

"NAK JIHOON! HUJAN, KEMARILAH!!"

"Baiklah, kali ini aku belum bisa menyusulmu. Kau tidak mengijinkanku. Aku akan bertahan hidup sebisaku, mungkin bisa saja beberapa jam kemudian aku sudah berada di sampingmu. Banyak cara untuk mati, aku tak perlu khawatir." Ucapku lalu tersenyum getir.

[tff started]

"Hyung benar tidak apa-apa kok. Kau tidak luka, kan? Hyung sangat khawatir, kau harusnya jangan ikut campur, ini urusan hyung dan ayah." Hyunsuk hyung membelai punggungku dengan penuh sayang. Dilatari taman bermain malam malam begini, sedikit dingin walau tak sedingin biasanya.

"Berhenti mengkhawatirkanku, berkacalah dan lihat siapa yang lebih terluka." Aku berkata ketus, menatap bintang bintang yang bersinar dengan terang, samar samar aku mendengar suara kekehan keluar dari mulut Hyunsuk hyung, ia tersenyum hangat.

"Kau adikku, Jihoon-ah. Kau prioritasku, jangan membangkang dan ikuti apa yang kukatakan, itu yang terbaik. Kau bisa memercayaiku?" Tanyanya dengan lemah lembut. Aku hampir tersentuh walau hatiku sudah 80% batu.

"Mungkin," jawabku tanpa menatap ke arahnya, aku tetap sibuk menatapi bintang.

"Kau sangat suka bintang ya?"

"Ya, aku menyukainya. Ia tetap bersinar walau di sekitarnya gelap." Mataku akhirnya turun dan menatap manik indah milik kakakku yang terlihat rapuh.

"Tapi yang membuat bintang bersinar itu adalah bulan!" Elak Hyunsuk hyung dengan semangatnya. "Sepertinya selama ini aku adalah bintang,"

"Dan kau bulannya, Jihoon."












.
.
To be continud, bye!

Sweet ngga sih? Atau kurang nge-feel? Bagi keluh kesah kalian disini dong.

Oh iya, sebenernya cerita ini udah jalan duluan, lebih dari ini, pertengahan gitu lah. Kalo di visualisasikan mungkin udah sekitar 5/6 part an? Ya segitulah. Jadi alurnya bisa diubah dikit cuma 40% an.

Vote vote vote 😡💗

Hyung - Hoonsuk [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang