This is a SongFic - inspired from a song called Gone by Jin.
♫♫♫
Seorang laki-laki terlihat begitu serius memainkan piano putih di depannya. Jemarinya yang lincah meniti setiap nada yang bersambungan, membentuk sebuah rangkaian melodi yang indah, membuat siapapun yang mendengarnya akan berdecak kagum. Sesekali Ia melihat lembaran berisi garis garis vertikal dengan puluhan not balok yang berjejer membentuk rangkaian nada. Matanya terpejam beberapa saat, tersenyum lebar dan menyelesaikan nada terakhir yang ia mainkan.
Ia membuka matanya ketika ia merasakan bahu kirinya ditepuk pelan. Pria berkaca mata yang berdiri tepat di sampingnya tersenyum puas seraya menepuk pundaknya.
"Permainan yang bagus, Jaem." kata pria itu sambil tersenyum.
"Terima kasih, hyung." Laki-laki itu tersenyum lebar, memperlihatkan gigi kelincinya. Mendengar gurunya memuji permainannya tadi membuat Jaemin merasa senang.
"Aku yakin kau akan memenangkan perlombaan piano bulan depan."
"Semoga saja begitu." Jawab Jaemin sambil membolak-balikan kertas berisi partitur-partitur yang ada di depannya.
Menjadi pianis adalah impiannya. Sedari kecil Jaemin selalu berandai-andai untuk berada di sebuah panggung dengan piano di tengahnya. Ia ingin duduk di kursi belakang piano dan merasakan jari-jarinya menari di atas tuts-tuts hitam putih itu.
Namun kedua orang tuanya tidak terlalu mendukung Jaemin untuk bermain piano dengan alasan takut mempengaruhi nilai dan kegiatannya di sekolah. Itu karena ia adalah anak emas di sekolahnya. Bagaimana tidak? Nilai yang selalu sempurna, multitalent yang ia miliki, wajah yang tampan. Ugh! Apalagi yang kurang dari seorang Lee Jaemin.
Baginya tidak ada siapapun yang dapat memisahkan dirinya dengan piano. Piano adalah hidupnya, itu berarti ia tak bisa hidup tanpa piano. Piano sudah menjadi hal mutlak yang harus ia temui setiap hari.
Jaemin bergegas membereskan barang-barangnya, ia membungkuk sopan lalu berjalan keluar. Sesuatu tertinggal, ia berbalik dan mengambil sebuah tabung plastik berisi butiran kapsul di atas piano putih itu.
"Hampir ketinggalan, sampai jumpa hyung." Ia melambaikan tangannya sebelum benar benar melangkahkan kakinya pergi.
Langkahnya melambat ketika melihat seorang gadis keluar dari mobil sedan hitam yang berhenti di halaman rumah. Rambut cokelat panjangnya menutupi sebagian wajahnya, membuat Jaemin tidak dapat melihat wajah gadis itu dengan jelas.
Gadis itu berjalan dengan seorang pria di belakangnya. Jarak mereka memendek, berpapasan dan saat itulah ia dapat melihat wajah gadis itu dengan jelas. Raut wajahnya dingin dan mata bulatnya tak berbinar seperti kebanyakan gadis. Ia mengkerutkan alisnya bingung, ini pertama kalinya Jaemin melihat gadis itu.
Ia berhenti lalu menolehkan kepalanya ke arah belakang. Gadis itu memasuki rumah besar milik guru pianonya. Jaemin tak ambil pusing, masa bodoh siapa gadis itu tidaklah penting. Ia melirik jam tangan Rolex silver yang melekat di lengan kirinya, Ia berdecak sebal dan langkahnya terkesan buru buru.
Jaemin membuka pintu mobil itu dengan cepat dan masuk dengan tergesa-gesa. "Doyoung hyung, ayo cepat berangkat, aku hampir terlambat."
♫♫♫