...
"Mas, nanti kalau sudah nikah kita tinggal dimana?"
Ini yang menjadi pertanyaan Jaemin. Dia inginnya tinggal di kampung halamannya saja. Namun, Jeno memiliki pandangan lain. Menurutnya, Jaemin akan sulit mengembangkan diri jika tinggal di kampung karena bakat dan fasilitasnya tidak sinkron.
"Mau di Strasbourg aja, ya? Mas sudah siapin restoran di sana. Kalau kamu tetap mau travelling, dilanjutkan aja."
Jeno sama sekali tidak melarang Jaemin untuk mewudjukan mimpinya. Sekalipun nanti mereka sudah menikah. Justru, dia harus selalu memeberikan dukungan untuk suaminya itu.
Oh ya mereka sedang dalam perjalanan menuju ke Jerman untuk mengurus pernikahan dan segala administrasinya. Negara itu sudah melegalkan pernikahan sesama jenis. Sedangkan di Indonesia.... Ya begitulah.
"Resepsinya nanti di rumah sepupu aku aja. Kebetulan dia sudah booking tempat buat pernikahan kita."
Jaemin hanya menurut. Hidupnya masih perlu dia tata agar lebih rapi setelah kehilangan Ibunya. Sebulan setelah kepergian Ibunya, Jaemin dan Jeno memutuskan untuk menikah setelah pria itu melamarnya secara resmi.
Jeno juga meminta izin di depan makam kedua orang tuanya Jaemin saat itu.
Sedangkan untuk Logan?
Dia senang sekali bisa mempunyai Ayah dan Popa. Oh ya, Karina mengajari Logan untuk mengubah panggilan 'Kak Naren' menjadi Popa. Jaemin tersipu malu mendengar Logan memanggilnya begitu.
"Mas, aku kayaknya gak mau pisah sama kamu, Mas."
Jaemin mengeratkan genggaman tangannya di tangan Jeno. Setelah kepergian Ibunya, Jaemin mendadak kehilangan hasrat untuk melanjutkan hidup. Dia juga selalu cemas jika Jeno akan pergi. Untuk hal ini Jeno membawa Jaemin untuk pergi ke psikolhog. Logan juga mendapatkan hal yang sama saat dia dan Karina bercerai.
Datang ke Psikolog bukan berarti gila. Sejatinya, kita sedang berusaha untuk memulihkan psikis yang terluka.
Luka psikis maupun fisik harus diobati.
Bukankah begitu?
Jadi, jangan malu untuk mendapatkan perotolongan dari Psikolog.
"Ya sudah, untuk sementara kita tinggal bareng dulu. Kapan pun kamu mau mengejar mimpi itu lagi, Mas pasti bakalan dukung."
Jaemin menganggukkan kepalanya. Hal itu juga sudah dikatakan oleh psikolognya. Jaemin butuh waktu untuk memulihkan diri dari traumanya. Dia harus membangun kepercayaan diri lagi setelah ditinggalkan oleh Ibunya.
Oleh karena itulah, Jeno selalu mendukung dan menjadi sandaran kala Jaemin merasa ingin berhenti menjalani hidupnya. Ini adalah salah satu titik terendah dalam hidup Jaemin. Namun, Jeno ada di sana menemani, membimbing dan menguatkan Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
At My Worst 🔞 (END)
Fanfiction"Gak perlu sempurna, cukup seseorang yang nerima aku apa adanya, bukan ada apanya," Jeno Arreno. #nomin #jenjaem #au Jangan salah lapak, ini lapak nomin.