55.

2.2K 81 2
                                    

🍂🍂🍂

Typo bertebaran..

***


Sesampainya di rumah aya, sagara langsung menurunkan aya dari mobilnya lalu ia dudukan di kursi roda. Dan setelah itu, bunda lilis yang mendorong aya memasuki rumah, sedangkan laras membawa tas milik aya. Sagara menutup bagasi mobilnya. Dan sita dan zeyan berjalan masuk dengan jarak mereka yang cukup jauh.

Remaja laki-laki itu terus menghindar jika sita ingin mendekati dirinya atau hanya bertanya. Wajah remaja itu terlihat kusut sejak di rumah sakit tadi. Aya yang mengerti mencoba memberi pengertian kepada zeyan, agar tak terlalu berlebihan, nanti sagara juga yang akan memarahinya.

Saat memasuki rumah tersebut, aya menatap sekelilingnya yang sedikit berbeda, letak barang-barang di sana sedikit berubah. Manik mata aya menyorot ke arah tempat di mana ia dipukuli oleh farhan sampai masuk rumah sakit, yang kemarin tempat itu tak ada barang, kini di isi dengan sofa.

Aya teringat kembali akan kejamnya ayah yang memukuli nya kemarin, bukan kemarin saja, setiap pukulan yang mengenai tubuhnya Aya ingin dengan jelas, saat melihat ruangan ini membuat Aya seolah di putar kembali memorinya.

Lilis mendorong kursi roda Aya sampai di sofa, ia duduk di sana, diikuti oleh laras dan sita.

"Duduk, nak. " Ujar lilis kepada zeyan yang masih berdiri. Zeyan pun duduk di dekat Aya yang memang tak duduk di atas sofa.

"Zeyan mau minum apa? " Tanya lilis lembut. Zeyan menoleh.

"Apa yang ada aja, tante. " Jawab zeyan ramah.

Lilis pun mengangguk. "Kalo Sagara biasanya minum apa, nak? " Tanyanya pada Aya sambil memegangi tangan gadis itu.

"Teh aja bunda, Sagara juga suka kok, tapi jangan terlalu manis. " Jawab Aya sesuai selera Sagara.

"Ohh yaudah, bunda ke dapur dulu ya. " Pamitnya dan beranjak pergi dari sana.

Dan saat lilis memasuki dapur, di saat itulah Sagara datang. Ia langsung melihat sekelilingnya, ia baru sadar jika di sini ada sedikit yang berbeda, letak barang-barang sudah beda tempat.

"Di pindah? " Tanya Sagara dan langsung duduk di dekat zeyan. Aya pun mengangguk.

"Iya. Kapan di pindahin, dek? " Tanya Aya pada sita dan laras. Kedua gadis itu mendongak dan mengangguk kecil.

"Ah, kemarin, kak. Kata bunda biar kakak nggak inget lagi kejadian kemarin. " Jawab sita. Dan memang benar, itulah alasan lilis, agar Aya tak lagi teringat akan kejadian kemarin. Walaupun tak terlalu berpengaruh, tapi menurut Aya ini sedikit berpengaruh baginya.

Aya tersenyum haru. Begitu juga dengan Sagara.

Setelah itu, lilis pun datang dengan tiga teh di atas nampan yang ia bawa. Lalu ia letakkan di atas meja, teh itu untuk Aya, Sagara dan zeyan.

"Eh kenapa bikinin buat Aya juga, bunda. " Kata Aya saat bunda memberikannya teh itu.

"Nggak papa. " Setelah selesai, ia kembali duduk.

"Gimana perasaan kamu balik lagi ke rumah? Seneng nggak? " Tanya lilis seraya tersenyum.

Aya tentu mengangguk. "Seneng banget, apalagi bunda rela pindahin barang-barang demi Aya. " Jawabnya.

Lilis menoleh ke sita dan laras, mereka terkekek tanpa dosa.

"Bunda." Panggil Aya dengan nada rendah. Lilis pun menoleh ke arahnya. "Makasih."

Setitik Luka Untuk Aya [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang