Part 2

592 111 11
                                    

"Kau bukan ayahku! Detik ini juga kau bukan ayahku!", Sooyoung membalikkan tubuhnya memberanikan dirinya berjalan kembali kearah ayahnya. Chanyeol berjalan menjauhi ayahnya dan menarik adiknya untuk berada dibelakang tubuh jangkungnya. Sooyoung menghapus air matanya. Gadis itu berucap penuh penekanan dan nada kebencian dalam ucapannya. Sedangkan sang ayah berbalik arah naik kesebuah ruangan dan mengambil cambuk kuda tersebut.

"Katakan lagi", ujar Seojoon

"Kau bukan ayahku!!!", cambuk kuda itu melayang begitu saja mengenai Chanyeol membuat pria itu dengan refleks menjauh dan tanpa sadar membuat ia dan Sooyoung berjarak.

"Biar aku memberimu sebuah pelajaran",

'PLAKK!!', terdengar dengan keras suara cambukan kuda itu melayang tepat pada pipi kanan milik Sooyoung.

"Ayah!", Chanyeol dan Yerim berteriak bersamaan.

"HENTIKAN KU MOHON!!!", Ji-won berteriak frustasi segera mendekati Sooyoung. Sooyoung tersenyum ditempat. Tidak ada air mata setetespun yang jatuh kali ini.

"Kau akan menyesali hari ini tuan Park. Kau akan menyesali! Kau pikir kau berhak untuk mengatur hidupku? Sebagai ayah yang tidak pernah bertanggung jawab padaku mau pun ibu dan Jinri..",

"Hentikan nak. Hentikan...", Ji-won tetap berucap dalam tangisnya. Sedangkan Seojoon memandang tangannya sendiri tidak percaya. Cambuk kuda itu terjatuh begitu saja dari tangannya. Ia menatap wajah putrinya penuh rasa bersalah.

"Ambilkan 1 juta won untuknya", ujar Seojoon.

"Aku tidak akan melupakan hari ini. Kaulah pembunuh ibuku yang sesungguhnya", ujar Sooyoung lagi.

"Sooyoung-a. Sudahlah. Hentikan ucapanmu", Sooyoung menggeleng dengan keras kepala.

"Kenapa? Kau sakit hati karna aku mengatai ayahmu?", balas Sooyoung pada Chanyeol. Yerim menangis tanpa henti ia tak tahu apa yang harus ia perbuat.

'Aku benar-benar tidak berguna', Yerim menyalahkan dirinya sendiri yang tak bisa melakukan apapun untuk Sooyoung yang terluka. Ji-won bergegas mengambil 1 juta won yang Sooyoung perlukan. Wanita itu bahkan meraih beberapa perhiasan yang ia punya dan menaruhnya dalam satu pouch. Ia bergerak cepat takut putri nya dipukul lagi oleh Seojoon.

"Kau pikir aku senang datang kemari untuk memohon pertanggung jawabanmu, Seojoon-ssi? Aku berjanji ini yang terakhir kali",

"Sooyoung sudahlah. Ini bawa ini pergi. Berikan aku kabar baik ya? Eomma akan",

"Mau ku ucapkan berapa kali kau bukan ibuku? Kau hanya pasangan dari pria tua itu, nyonya", ujar Sooyoung dingin. Ji-won terdiam ditempat.

"Dan untuk kalian berdua. Park Yerim dan Park Chanyeol. Anggap kita tidak memiliki hubungan apapun. Jangan cari aku", Sooyoung berujar sambil berlari cepat keluar dari rumah itu. Harga dirinya benar-benar terluka. Seojoon terdiam ditempat.

"Siapapun yang ketahuan membantunya diluar sana, akan mendapatkan pelajaran", pria tua itu berujar dingin. Namun ketika tubuhnya berbalik buliran-buliran air mata itu mulai meluncur turun dari wajahnya. Ia mengkhawatirkan putrinya namun ia terlalu takut dengan penolakan yang putrinya layangkan padanya.

"Diluar hujannya deras sekali, oppa. Bagaimana ini", Chanyeol terdiam ditempat. Pemuda ini terbawa emosi. Bagaimana bisa Sooyoung memutuskan tali persaudaraan mereka begitu saja.

"Biarkan ia mengurus dirinya sendiri", ujar Chanyeol dingin.

......................................................................

Sooyoung berlari dengan kencang menuju pagar depan halaman rumah mewah milik keluarga Park. Rumah itu begitu luas. Taman yang harus ia lewati sebelum menggapai gerbang keluar saja belasan meter. Sooyoung merutuk tentang betapa sialnya ia hari ini.

'Bahkan cuaca kota Seoul hari ini saja turut menyusahkanku', tubuhnya benar-benar basah semua. Dan ia merutuki fakta bahwa rumah neraka ini terletak pada komplek mewah yang pastinya ia akan sulit untuk mendapatkan tumpangan. Yang ada di otaknya saat ini hanyalah menghubungi Jungkook untuk segera menjemputnya.

'Sial!', rutuknya begitu ia meraih ponsel pada salah satu sisi sakunya. Ia merapatkan cardigannya melawan rasa dingin yang menusuknya. Tampak sebuah mobil berwarna hitam yang muncul ditengah hujan tersebut. Sooyoung, gadis itu dengan keberaniannya memunculkan dirinya kearah mobil itu. Dengan tujuan menghentikan.

'ckiitt!',

"Apakah gadis itu sudah gila", sang supir terlihat berucap kesal. Bersyukur ia mengerem mobil milik tuannya tepat waktu.

"Apa yang terjadi, ahjussi?", tanya seorang pemuda dengan umur yang tidak begitu jauh dengan Jinri ataupun Chanyeol. Tatapan pemuda itu kosong.

"Ada seorang gadis yang tiba-tiba muncul dan sekarang ia malah tak menyingkir sama sekali", jelas sang supir. Supir itu membuka pintu mobil tersebut dengan membawa sebuah payung.

"Apa yang kau lakukan nak? Ini sangat membahayakan",

"Maafkan aku ahjussi. Aku butuh pertolongan. Tolonglah aku", sang supir tampak berpikir. Supir tersebut menyerahkan payung itu pada Sooyoung dan kembali membuka kecil pintu mobilnya.

"Sepertinya ia membutuhkan tumpangan",

"Bantu saja. Apakah kita sudah dekat dengan rumahku?",

"Ya. Kita berada didepan kediaman keluarga Park saat ini", pemuda itu mengangguk mengerti dan tanpa ragu membantu entah siapa gadis yang dimaksud oleh supirnya. Karna matanya gelap ia tak dapat melihat apapun dan siapapun.

"Annyeonghaseyo. Terimakasih sudah membantu", ujar Sooyoung sopan ketika memasuki mobil itu. Sooyoung memilih untuk duduk kursi depan agar tidak menganggu pemuda itu.

"Tidak masalah. Tapi apa yang membuatmu kehujanan didaerah ini",  pemuda itu berwajah tampan dalam keadaan gelap saja Sooyoung bisa melihat dengan jelas ketampanan pria ini. Tutur kata pemuda itu juga sopan. Namun Sooyoung dapat menebak dengan tepat apa kekurangan pria itu.

"Aku... Aku hanya menyasar dan salah alamat saja. Maaf merepotkan",

"Omo! Nak ada luka pada wajahmu. Kau yakin baik-baik saja?", tanya sang supir iba.

"Bawa dia ke rumah sakit sekarang", pinta pemuda itu.

"Tidak perlu, tuan. Aku baik-baik saja. Antarkan aku ke alamat ini ya ahjussi. Maaf merepotkan", ujar Sooyoung. Pemuda itu terlihat diam ia meneliti suara milik Sooyoung dalam diamnya.

"Apa kau adiknya Jinri?", tanya pemuda itu tiba-tiba. Sooyoung terdiam pada tempatnya dan membalikkan tubuhnya kearah kursi belakang.

"Kau mengenal kakakku?", pemuda terlihat begitu terkejut.

"Dimana Jinri saat ini?! Katakan padaku!",

Kedua anak muda itu yakni, Sooyoung dan pemuda itu terduduk bersamaan dalam sebuah cafe. Ahjussi mengorder kan minuman hangat padanya.

"Aku mantan kekasihnya. Kakakmu memutuskan hubungan kami begitu saja. Katanya kami tidak lagi sederajat", ucap pemuda itu sambil sesekali menyesap coklat hangatnya. Sooyoung terdiam ia sedikit bersyukur bahwa orang yang menolongnya adalah orang yang ternyata begitu dekat dengan kakaknya.

"Oh aku lupa memberitahumu namaku. Aku Kim Seok Jin", ujar pria itu ramah.

"Park Sooyoung. Aku adik kandung dari Jinri onni", pria itu mengangguk.

"Maksudmu kau tidak seperti Chanyeol dan Yerim?", Sooyoung terkejut. Pria ini tahu banyak tentang keluarganya.

"Apa aku boleh mengunjungi Jinri sesekali di rumah sakit?", tanya Jin dengan sopan. Sooyoung mengangguk   detik berikutnya ia merutuki dirinya sendiri. Ia lupa bahwa pria dihadapannya ini tidak bisa melihatnya.

"Kau boleh mengunjunginya",

TBC

.............................................................

Tinggalkan jejak! Jangan lupa vote n Komen yaaa

Brittle (VJOY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang