"Pertunjukan akan dimulai"
Jimin menatap Chaeyoung dengan khawatir. Tenaga Chaeyoung belum sepenuhnya membaik, ditambah saat itu Chaeyoung menggunakan bayangannya terlalu berlebihan. Jimin takut setelah ini malah membuat keadaan Chaeyoung makin memburuk.
Lamunan Jimin terpecah saat angin dingin tiba-tiba berhembus. Langit yang awalnya mulai cerah karena matahari terbit sekarang terlihat sangat mendung.
Benar. Chaeyoung mengerahkan semua kekuatannya sekarang.
Bagaikan menempatkan diri di tahta tertinggi penguasa bayangan, Chaeyoung menyerap cahaya semesta untuk membuat bayangannya lebih kuat.
Chaeyoung terus membuat bayangannya menjadi lebih mematikan. Rambutnya bergoyang karena hembusan angin, permukaan laut mulai tidak tenang.
Demi apapun, Chaeyoung benar-benar gila.
Dia juga memanggil bayangan dari dasar laut. Mengambil semua energi kegelapan dari palung laut yang tak pernah tersentuh.
Semua anak buah Park Mijin berhenti 10 meter didepan Chaeyoung. Melihat keanehan yang terjadi didepan mereka membuat lutut mereka gemetar.
Tapi sayang ingin kembali pun tidak bisa.
Chaeyoung telah merusak banyak kapal kayu dan membuat puing-puingnya berhamburan menyertai angin.
Tidak ada jalan.
Kemurkaan Chayeoung adalah satu-satunya hal yang harus mereka lewati.
"Aku sudah mengatakan bahwa pertunjukan akan segera dimulai"
"Jika kalian pergi, itu akan menyinggung perasaanku" kata Chaeyoung.
Anak buah Park Mijin akan benar-benar kabur jika saja lelaki itu tidak terus memaksa untuk melawan Chaeyoung.
Dengan bermodalkan pistol dan senapan besar mereka dengan beruntun menembakan pelurunya pada Chaeyoung.
Suara tembakan saling bersahutan.
Namun tidak ada hasil memuaskan.
Suara tawa Chaeyoung terdengar dari balik bayangan hitam yang mengelilinginya.
"Kalian para bedebah otak udang" kata Chaeyoung dengan segera mengarahkan bayangannya kearah mereka.
Bayangannya bergerak membusur seperti anak panah. Meluncur lurus tanpa hambatan. Seperti sudah otomatis mengenali korbannya.
Chaeyoung berteriak keras bersamaan dengan bayangannya yang berusaha menembus masuk ke semua anak buah Park Mijin.
Merusak tubuh mereka dari dalam.
Angin semakin kencang. Chaeyoung berada dipuncaknya.
Chaeyoung terus membuat langit menjadi lebih mendung. Gemuruh terdengar dari atas sana.
Jangan untuk satu itu.
Bayangan Chaeyoung tidak pernah bisa memunculkan petir.
Jika petir bergemuruh, maka langit tengah mengatakan tidak untuk kekuatan Chaeyoung.
Chaeyoung menggelang pelan. Dia harus menyelesaikannya.
Chaeyoung melihat Jimin pergi menjauh saat mendapat perintah darinya. Untuk menangkap Park Mijin dan menghabisinya.
Park Mijin benar-benar brengsek. Dia mengerahkan semua anak buahnya namun menyembunyikan dirinya di kursi kebesarannya.
Jimin tengah berjuang. Maka Chaeyoung akan membantunya.
Namun sayang saat mata Chaeyoung tengah menatap kepergian Jimin, salah satu peluru berhasil menembus perut bagian kanannya. Sangat nyeri.
Mata Chaeyoung memerah. Menahan amarah.