"Kau tidak tidur?" Tanya seseorang yang membuatku mendongakkan kepalaku dari layar iPad yang sedang ku pegang. Seulgi memegang handuk yang dikalungkan di lehernya dan mengeringkan wajahnya yang basah. Sepertinya dia habis membersihkan wajahnya dan menggosok gigi. Alis mataku terangkat dengan tertarik ketika melihat apa yang dia kenakan. Gadis itu mengenakan piyama putih dengan motif beruang favoritnya. Jujur itu terlihat lucu mengingat usianya yang sudah tidak muda lagi.
"Aku sedang menonton video musik. Aku masih belum mengantuk." Aku sambil melepas kacamata yang ku gunakan dan meletakkannya di atas nakas. Setelah itu baru aku memusatkan perhatianku padanya, namun yang aku temukan malah sepasang monolid yang menatapku dengan curiga.
"Benarkah?" Tanyanya ketika meletakkan handuknya dan berbalik menatapku.
"Iya, sungguh." Entah kenapa itu tidak terdengar meyakinkan.
Gadis itu kemudian membuka selimut dan berbaring di sebelahku. Sementara tangannya yang bebas sibuk mencari lipbalm yang biasa diletakkan di sampingnya. Sebuah ritual kecil yang biasa dia lakukan sebelum pergi tidur.
"Baiklah, tapi tolong jangan dibiasakan." Katanya sambil memoles bibirnya dengan lipbalm strawberry yang dipegangnya. "Itu tidak baik untuk kesehatanmu." Gadis itu lalu menengok ke arahku dan memandangku dengan serius. "Jadwal kita semakin padat akhir-akhir ini. Aku hanya khawatir padamu."
Mendengar itu alisku terangkat dengan tertarik. Aku tahu fakta bahwa dia adalah orang yang selalu mengkhawatirkanku. Hanya saja mendengar bahwa dia mengatakan itu dengan gamblang membuatku mengerutkan dahiku. Biasanya dia mengungkapkannya secara implisit dalam pembicaraan kami. Ini adalah sesuatu yang baru baginya. "Kenapa?"
Helaan nafas pelan keluar dari mulutnya. Perlu waktu beberapa detik baginya sebelum melanjutkan perkataannya. "Ini adalah waktu yang sulit untuk Red Velvet. Banyak yang terjadi belakangan ini. Aku tidak tahu yang lainnya bagaimana, tapi aku tahu kau memikirkan semua ini lebih dari apapun. Aku hanya ingin kau beristirahat yang cukup, Hyunnie."
Aku tersenyum kecil. Perhatiannya seperti ini membuat hatiku sejenak menghangat. Kami bukanlah sepsang sahabat yang menunjukkan rasa sayang kepada satu sama lain dengan kalimat kosong tanpa isi. Juga bukan orang yang gemar memamerkan kedekatan kami walaupun di depan para member dan staff terdekat. Tentu kami saling menyayangi dan memperlakukan satu sama lain dengan lembut, namun itu selalu kami lakukan ketika kami sedang sendiri. Itu salah satu alasan kenapa aku memilih Seulgi menjadi teman satu kamarku sekarang. Supaya aku memiliki waktu yang lebih atas dirinya.
Senyumku semakin merekah ketika aku menatap wajah Seulgi yang meneduhkan. Bila aku bisa meneriakkan perasaanku padanya saat ini, mungkin aku sudah melakukannya. Bertahun-tahun bersahabat dengannya membuatku menjadi terbiasa dengan sosoknya di hidupku. Rasanya dia seperti sosok yang dikirimkan oleh Tuhan untuk mengobati rasa sakitku.
Sayangnya keinginan itu hanyalah impian belaka. Aku tidak berani untuk mengungkapkan perasaanku padanya. Selain karena aku tidak tahu bagaimana perasaannya padaku, hubungan seperti ini masih sangat tabu di Korea. Jika aku mengambil langkah yang salah, aku bisa menghancurkan persahabatan yang kami bangun bertahun-tahun lamanya. Aku tidak mau itu terjadi. Biarlah aku mengubur rasa sayangku padanya yang tidak normal ini, daripada sosoknya menghilang dari hidupku.
Aku juga belum bisa menceritakan ini kepada siapapun. Salah satu langkah saja, agensi bisa mengambil tindakan drastis dan kami bisa berakhir di kolom berita Dispatch dengan seorang idol laki-laki yang entah darimana dikonfirmasi berkencan dengan salah satu dari kami untuk menutupi orientasi terlarang ini. Aku tidak mau itu semua terjadi. Itu akan menjadi mimpi buruk.
Aku meraih tangannya dan menautkan jemarinya dengan jemariku. Jariku yang kecil sangat pas di antara jemarinya yang besar. Aku menatap Seulgi dengan lembut, membuat sepasang monolid itu memusatkan perhatiannya hanya padaku. Sesuatu yang sangat aku sukai ketika dia melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
It has been a while
Fanfiction"Seseorang pernah berkata padaku bahwa setelah angin musim dingin pergi, musim semi akan datang menghampiri hatiku. Akan tetapi, bagaimana bisa aku terlepas dari belenggu ini? Jika kau tahu, katakan padaku bagaimana caranya untuk melawan dirimu send...