15. Negosiasi?

77 8 0
                                    

Lee Haechan berdiri dengan tatapan gamang. Mata bulat yang biasanya menampilkan semangat dan keceriaan itu dalam sekejap berubah, dipenuhi kabut penyesalan dan kesedihan. Haechan terus menatap pada mayat - mayat polisi yang berjejer semakin banyak karena peristiwa ledakan di malam ini.

"Haechan..."

Haechan mendengar suara seseorang memanggilnya namun dia tidak menolehkan kepala sama sekali. Ia sibuk dengan dirinya sendiri. Dengan pikirannya sendiri.

Semua salahku....
salahku...

"Haechan..."

Tubuh Haechan berputar dengan paksa ketika seseorang mencengkeram bahunya erat dan menguncang tubuhnya. Tatap mata Haechan bertemu dengan tatap mata Mark yang menatap penuh khawatir.

Bibir Haechan terasa kelu, lidahnya terasa sulit untuk digerakkan. Semua kata - kata yang ingin ia ucapkan seperti tertelan. Hanya airmata saja yang keluar.

"Haechan, ayo pergi dari sini..."

Tubuh Haechan seperti tidak memiliki kekuatan, ia menurut saja ketika Mark mengandeng tangannya menjauh dari mayat - mayat polisi yang tergeletak. Haechan terus melangkah menjauh namun tidak dengan penyesalan yang semakin membesar.

@@@@@@

Sehun menatap pada Eunwoo yang menjelaskan untuk ke dua kalinya mengenai bungkusan yang didapatkan dari asisten pribadi Changmin.

"Sumpah demi semua dewa di dunia ini," kata Eunwoo, "Aku sama sekali tidak tahu apa isi bungkusan itu."

"Tapi kau pasti dengar kalau Hyunjin bunuh diri di sel kan, memangnya kau tidak berfikir kalau Changmin ingin menyingkirkan Jongin juga," kata Sehun.

"Hyunjin bunuh diri bukan dibunuh Changmin - ssi kan..." balas Eunwoo.

Sehun mendekatkan tubuhnya pada Eunwoo, "Jika dia memang bunuh diri, Hyunjin tidak akan memberikan petunjuk pada kami. Anak itu dibunuh dan naasnya di akhir hidupnya dia baru sadar jika Changmin tidak sepenuhnya menyanyanginya dan justru membunuhnya. Dia sadar jika Changmin hanya menjadikannya pion untuk menggapai keinginannya. Dan kau... mau sampai kapan tidak menyadari hal itu?"

Eunwoo menatap khawatir ke beberapa arah, Sehun yang melihat gelagat itu menyadari jika mungkin sebenarnya Eunwoo juga sadar jika telah dimanfaatkan dan sadar betapa buruk dan kejamnya seorang Shim Changmin.

"Hubungi Changmin, kami dari kepolisian ingin bertemu dan berdialog dengannya.."

@@@@@

Haechan menatap pada handphonenya, pesan yang ia kirim pada Sanha beberapa jam lalu sama sekali tidak terkirim. Ia sepertinya telah di blokir oleh satu - satunya sahabat yang ia miliki. Mungkin memang bukan Sanha yang menginginkannya, tapi tetap saja Haechan merasa semakin rapuh karena kehilangan satu per satu pondasi yang ia miliki.

"Ini diminum, lalu tidurlah..." kata Mark meletakkan susu hangat di atas meja Haechan dan tersenyum lebar, "Kau tidak perlu khawatir tentang malam ini. Orang - orang dari Chulyong - ssi yang datang untuk menjagamu."

"Apa kau akan pergi hyung?" tanya Haechan.

"Iya, ada beberapa hal yang harus aku urusi," jawab Mark.

"Maafkan aku.. semua gara - gara aku..."

"Tidak Haechan. Berhenti menyalahkan dirimu sendiri," Mark mengelus lembut pada rambut Haechan, "Diminum, lalu segera tidur."

Haechan mengambil susu hangat buatan Mark. Biasanya susu yang dibuatkan Mark kurang manis, tapi kali ini rasanya pas, begitu enak. Kepala Haechan mendongak, menatap pada Mark yang sudah bangkit berdiri, mengambil rompi anti peluru yang ia pakai kemudian melapisinya dengan kemeja kotak - kotak berwarna biru tua. Haechan masih terus menatap pada Mark yang kali ini mengambil sebuah sabuk yang berisi pistol dan beberapa kantong entah apa isinya.

Takdir?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang