Haechan seharusnya sudah terbiasa dengan kesendirian. Sudah terbiasa sarapan seorang diri seperti ini. Dia telah menjadi yatim piatu semenjak kecil, tinggal dirumah sendirian dan hanya kadang - kadang orang dari panti sosial datang untuk mengecek keadaan dan memberikan bahan makanan untuknya. Seharusnya dia sudah terbiasa dengan kesunyian.
Memang beberapa minggu ini, ia melihat dan mendengar tawa ceria dari para polisi yang menjaganya, namun waktu seminggu itu seharusnya tidak membuatnya terbiasa dibandingkan waktu bertahun - tahun. Tetapi... pagi ini Haechan merasakan kesepian luar biasa. Bahkan sarapan enak yang tersaji dihadapannya terasa tidak menggugah gairahnya untuk makan.
Haechan menghela nafas panjang, ketika kemudian handphonenya berdering dan sebuah pesan masuk.
'Sudah sarapan belum? Ayo sarapan bersama, akan kukirim lokasiku,' - Mark
Senyuman Haechan tercipta, ia langsung membalas pesan dari Mark.
@@@@@
Haechan agak aneh ketika memasuki restoran mewah disalah satu pusat perbelanjaan yang ada di Gangnam. Seharusnya dengan gaji Mark atau bahkan Hyunbin, makan di tempat seperti ini akan membuat mereka menghabiskan separuh gaji mereka dalam satu bulan. Haechan menjadi khawatir jika handphone Mark di retas dan bergerak - gerak sendiri seperti komputer tadi malam. Keraguannya segera menghilang begitu melihat sosok Mark yang berdiri didepan ruang Privat dan melambaikan tangan padanya.
Haechan berlari kecil mendekati Mark, sebelum ia bertanya apapun kepalanya sudah lebih dulu menoleh kedalam ruangan dan matanya segera membulat ketika melihat sosok Chulyong dan Jimin yang sudah ada didalam ruangan. Haechan sampai lupa menyapa Mark dan langsung masuk untuk memeluk Jimin.
"Aku merindukanmu eomma..." ucap Haechan.
"Eomma juga merindukanmu," Jimin mengelus lembut pada rambut Haechan, "Syukurlah kau masih hidup."
Haechan duduk di samping Jimin dengan wajah cemberut.
"3 dari 7 anak angkat eomma mati lho di minggu pertama jadi anak angkat," kata Jimin.
"Ehem..."
Deheman Hyunbin membuat Haechan sadar jika sepertinya sarapan kali ini akan lebih serius dari biasanya. Ia melihat Mark melambaikan tangan lagi dan memberikan kode untuk duduk disampingnya. Haechan bangkit berdiri dan berpindah duduk di samping Mark.
"Makan dulu Haechan, kau belum sarapan kan..." kata Chulyong.
"Sudah lama aku tidak makan, makanan semewah ini," Hyunbin mengambil sashimi yang tersaji dihadapannya, "Walaupun agak aneh pagi - pagi makan sashimi."
"Aku memesan makanan di bawah 3 juta won, jadi kalau diperiksa tidak akan masuk sebagai kategori penyuapan," ucap Chulyong sembari memberikan semangkuk sup rumput laut dihadapan Haechan.
Haechan menatap cukup heran pada sup rumput laut dihadapannya, ia kemudian mendongakkan kepalanya.
"Selamat ulang tahun!!!" Jimin mengeluarkan confetti kecil dari bawah meja dan meledakkannya meski dengan suara yang tidak terlalu besar.
Haechan mengerjapkan matanya beberapa kali, karena semua kejadian yang menimpanya ia sampai lupa jika hari ini adalah ulang tahunnya.
"Hadiah dari abeoji dan eomma akan kami berikan kalau keadaan sudah membaik ya," kata Jimin.
Haechan masih terdiam, menatap pada Jimin dan Chulyong dengan penuh haru.
"Aku juga sudah menyiapkan hadiah.. tapi masih di toko, nanti bisa mampir untuk beli," kata Hyunbin yang masih sibuk makan.
"Alasan saja kapten, bilang saja belum beli," kata Mark.
"Sama denganmu kan... kau juga belum beli..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir?
FanfictionLee Haechan, seorang anak laki - laki berusia 16 tahun memberanikan diri dengan menjual dirinya sendiri di sebuah situs prostitusi untuk mendapatkan uang jajan tambahan. Mark Lee, seorang polisi muda berusia 24 tahun yang baru lulus dari akademi ke...