MEMORY

3.6K 137 0
                                    

--------------------------------
--------------------------------

ꜰᴏʟʟᴏᴡ ꜱᴇʙᴇʟᴜᴍ ᴍᴇᴍʙᴀᴄᴀ, ꜱᴀʏᴀ ᴛɪᴅᴀᴋ ʙᴀɴʏᴀᴋ ᴍᴇᴍɪɴᴛᴀ ʜᴀɴʏᴀ ꜱᴀᴊᴀ, ᴍᴀʀɪ ᴠᴏᴛᴇ ᴜɴᴛᴜᴋ ꜱᴇᴋᴇᴅᴀʀ ᴀᴘʀᴇꜱɪᴀꜱɪ.

--------------------------------
--------------------------------

----------------------------------------------------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☆°°𝐏𝐀𝐏𝐀°°☆

Jaehyun yang tengah tidur di ruang keluarga terbangun saat mendengar suara gaduh di dekatnya, memilih untuk melanjutkan tidurnya namun sebuah kepingan lego dengan tiba-tiba mendarat di wajahnya. Sengaja Jaehyun tidak membuka matanya agar pelaku yang telah melemparinya dengan sebuah lego mendekat, dan benar saja dalam dua detik sosok anak laki-laki kecil menduduki perutnya. Dengan sigap Jaehyun menahannya agar dia tidak kabur.

“Kena juga kamu! Mau gangguin papa, kan?”

“Pa-AAAKKH!”

Bocah itu memekik saat Jaehyun mengangkatnya dan menciumi pipinya gemas. Tak hentinya disitu, Jaehyun merebahkan bocah itu di sofa lalu menggelitikinya sampai anak itu meminta ampun.

Merasa sosok kecil dihadapannya lelah, Jaehyun iba dan dia menghentikan kegiatannya. Namun hal itu dimanfaatkan oleh bocah itu, dia melompat dari sofa dan berlari menuju pekarangan rumahnya, tempat dimana seseorang yang telah melahirkannya sedang menimang adiknya disana.

“Mamaaa!! Jeno dikejar monster!” Ujarnya dengan nada suara yang cukup keras.

Wanita itu tersenyum, dia mengusap surai putranya kemudian menepuk kursi disebelahnya. Jeno mengerti yang ibunya isyaratkan, dia duduk disebelah ibunya kemudian tertawa kecil setelah melihat sang ibu memperhatikannya.

“Papa kamu udah bangun, nak?”

Jeno mengangguk, “Udah.”

“Tadi Jeno bangunin pakai lego,” ucapnya dengan santai.

Peka akan tatapan ibunya yang terlihat bingung, Jeno menghela nafasnya dengan keras. “Tadi Jeno lempar pakai lego,” sambungnya.

“Papa kamu nanti marah loh kalau kamu nakal,” Jeno memejamkan matanya saat tangan lembut wanita didepannya mengusap pipinya. “Jeno mau kalau papa marah sama Jeno?”

“Enggak.”

“Nah berarti Jeno jangan nakal, jangan ngelempari papa pakai mainan lagi. Mungkin tadi papa nggak marah, tapi kalau keterusan papa bisa aja marah. Paham, sayang?”

“Paham, my queen …”

Percakapan itu diakhiri tawa keduanya, sampai bariton keras tiba-tiba menggelegar hingga membuat bayi dipangkuan Hana terjengit.

“HANAKU, ISTRIKU, SAYANGKUU!!”

Suara itu terlalu keras untuk ukuran orang yang sedang memanggil dari jarak dekat, mungkin nenek tua saja masih bisa terkejut mendengarnya meskipun indra pendengarnya sudah mulai mengabur.

“Bisa nggak santai aja manggilnya? Nggak tau aja Ara sampai kaget tadi.”

“Aku kira kalian lagi diluar pagar, makanya aku teriak kenceng. Eh ternyata cuma di pekarangan rumah.” Ucapnya enteng.

“Geser dikit, Jen. Papa mau duduk,”

“Ok!”

Jeno menggeser duduknya, anak itu benar-benar menggeser posisinya sampai ujung. Saat Jaehyun duduk di kursi, lengannya dengan sengaja menyenggol Jeno cukup kuat sampai anak itu terhuyung ke samping. Sontak hal itu membuat orangtuanya tertawa, sebenarnya Jeno ingin menangis karena papanya menjahilinya, namun niatnya ia urungkan ketika kedua orangtuanya tertawa bersama.

Kapan lagi dia bisa berkumpul berempat dan tertawa bersama? Jung Jaehyun benar-benar sibuk, dia bisa meninggalkan Jeno, mama juga adiknya selama bertahun-tahun untuk urusan pekerjaan. Dan Jeno mengerti akan itu, papanya bekerja keras untuk menghidupinya, membiayainya sekolah, membelikannya segala perlengkapan untuknya juga adiknya. Jeno tidak ingin memaksa papanya untuk sering-sering dirumah, karena Jeno tau, laki-laki harus mencari nafkah.

Papa Jeno itu bertanggung jawab, itulah yang sering mamanya katakan.

Dan Jeno percaya, dialah saksi kedua yang melihat bagaimana bertanggung jawabnya seorang Jung Jaehyun setelah mamanya.

“Besok papa harus ke Aussie, kalian dirumah aja ya? Jangan pergi jauh-jauh, papa ada urusan bisnis.”

Aussie… Negara itu lagi?

Jeno memandangi kedua orangtuanya yang sedang menatap lamat satu sama lain, tidak lama setelahnya keduanya berpelukan. Jeno ingin menangis saat melihat buliran-buliran bening mengalir dari manik indah mamanya, Jeno tidak suka melihat orang yang dicintainya menangis. Tangannya terulur untuk mengusap air mata Hana, pergerakannya yang tiba-tiba membuat Jaehyun tertegun. Meski usia jeno belum genap lima tahun, anak itu mengerti tentang hal yang harus dilakukan saat seseorang menangis.

“Mama jangan nangis, kan mama sendiri yang bilang sendiri kita nggak boleh sedih kalau papa lagi diluar negeri. Mama sendiri kan yang bilang kalau papa sayang sama kita, jadi it's okay, mom. Daddy always disini meskipun dia lagi nggak sama kita.”

Bukannya berhenti, Hana semakin dibuat ingin menangis kencang setelah mendengar penuturan anaknya. Kehadiran Jeno membuatnya terus tersenyum, membuatnya senang, seolah beban hidupnya terasa ringan jika Jeno terus berada didekatnya. Saat dia merindukan Jaehyun, Jeno datang dan langsung memberinya kejutan-kejutan kecil, Jeno memberinya kata-kata manis, Jeno memberinya pelukan meskipun tubuh kecil itu tidak mampu mendekapnya erat. Hana bersyukur Jeno hadir, anak itu seperti mengerti saat-saat dia rapuh, saat-saat dia membutuhkan sandaran selain suaminya.

I love you, Sayangku.”

**

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐏𝐀𝐏𝐀 - 𝐉𝐀𝐄𝐇𝐘𝐔𝐍 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang