***
Gadis yang bernama Putri Ana sedang bernyanyi bersama teman sekelasnya, yah kelas 11 IPA 3 itu memang terkenal akan ke bar-barannya. Apalagi kelas mereka banyak siswa nakal, seperti Ivan Lexander dia adalah bad boy disekolah dan paling tampan.
Semua siswa-siswi disekolah sering menyebut mereka bad boy dan bad girl nya sekolah, apalagi Ana yang selalu membuat onar dan sering datang sekolah terlambat dengan alasan bangun kesiangan. Ivan pun hampir sama namun dia lebih parah, dia selalu membuat masalah dengan siswa sekolah lain dan terjadilah tawuran.
Suara mereka sampai pada ruangan guru hingga Bu Nida selaku guru BK akhirnya turun langsung menghampiri kelas, Bu Nida itu sangat galak tapi Ana dan Ivan seperti tak takut padanya.
"Heh kalian tuh berisik banget, yaampun ibu heran kenapa kelas ini tuh gak bisa diatur." Ibu Nida kesal, pasalnya kelas ini adalah langganan masuk keluar BK hampir tiap hari.
"Bacot banget Bu Nida tuh, lama-lama gue kesel banget tau sama dia." Bisik Ana pada Ivan, mereka memang duduk bersama dari kelas sepuluh.
"Tau tuh, mana bawel banget lagi." Ivan membalas dengan berbisik juga.
Mereka berdua memang bersahabat dari kecil, jadi kalo ada Ana pasti ada Ivan juga begitupun sebaliknya. Orang tua mereka sangat dekat dan rumahnya pun bersebelahan, karena katanya mereka waktu muda juga teman baik.
"Heh itu yang dibelakang malah bisik-bisik, kalian ngomongin apa?" Bentaknya pada Ana dan Ivan.
"Gak Bu, tadi Ana belum bayar jajan bakwan di kantin katanya." Kata Ivan asal, seluruh murid di kelas tertawa dengan pernyataannya.
"Diam semua." Teriak Bu Nida, wajahnya sudah memerah menahan emosi.
"Kelas ini ibu hukum untuk membersihkan lapangan basket. Sekarang." Karena tak mau membuat bertambah marah semua murid pun keluar dari kelas dan menuju lapangan basket untuk melaksanakan hukuman.
"Males ah gue, Van. Nanti kalo skincare gue luntur gimana?" Ana melihat sekitar lapangan yang sangat luas, membayangkannya saja sudah lelah apalagi melaksanakannya.
"Malah mentingin skincare lu, gue juga males sebenernya tapi kasian anak kelas kena hukum eh kita gak bantuin. Ayok buruan skincare lu nanti ganti deh sama gue, ditambah nanti jajan di kantin gue traktir." Ia mengangkat satu alisnya, agar Ana menyetujui tawarannya.
"Ah lu mah kan jadi goyah pendirian gue, lu tuh kenapa sih tau aja kelemahan gue." Kata Ana sambil berjalan menuju tengah lapang dan mulai memunguti sampah, disusul oleh Ivan.
***
Saat ini kantin sedang ramai sekali karena waktu istirahat sedang berlangsung, Ana, Ivan dan kawan-kawan sedang duduk di kursi paling pojok dekat jendela.
"Anjirlah baru juga gue mau tembak gebetan gue, eh pas liat story WhatsApp nya dia lagi dinner sama kakel. Sakit hati banget gue Ned, mana romantis banget lagi." David membuat wajah sesedih mungkin, emang sih dia tuh paling sadboy disini. Pas bulan kemaren aja ditinggal mati sama pacarnya mana baru jalan satu bulan, kasian banget kan dia.
"Gebetan yang mana nih, yang ini apa yang onoh?" Tanya Juned, dia orangnya ceria, pokoknya kalo ada dia pasti jadi rame.
"Gak penting banget pembahasannya." Kata Dimas yang sedang memainkan HP-nya, ia cowok paling irit ngomong.
"Ditinggal mati lagi mampus lu." Kata Ivan dengan santainya.
"Kasian banget sih lu, sayangnya gue gak punya temen cewek karena temen gue cuman Ivan. Lu mau sama Ivan aja?" Ana tertawa sambil memukul bahu laki-laki yang di sebelahnya.
"Kebiasaan banget". Kekuatan Ana jangan diremehkan, walaupun hanya satu atau dua kali pukul tapi rasanya sangat perih.
"Sorry Van, gak sadar tadi." Katanya sambil tersenyum.
"Tega banget kalian berdua sama gue, lu juga Na masa gue sama si Ivan nanti jadi pelangi dong. Amit amit gue, jangan sampe yaallah." Kata David sambil mengetuk meja dengan tangannya.
Tak terasa waktu istirahat mereka sudah mulai habis dan sebentar lagi akan bel, merekapun pergi ke kelas.
***
Bel pulang berbunyi semua murid mulai berhamburan keluar dan meninggalkan kelasnya, begitupun dengan Ana ia sedang membereskan buku dan pensilnya untuk dimasukkan kedalam tas.
"Pusing banget gue sama matematika, lu tau gue tuh paling gak paham sama tuh pelajaran. Pas di sekolah dijelasin sama guru ya lumayanlah ngerti, eh pas di rumah mau ngerjain kagak ngerti lagi."
Ana tuh memang mewakili para murid yang tidak suka matematika dan sering tak paham, kalo kata dia mending melukis daripada menghitung apalagi yang banyak rumus.
"Buruan ah lama mau balik gue, bunda tadi nyuruh langsung pulang." Kata Ivan sambil mengaitkan tasnya pada bahu kanan.
"Emang mau kemana bunda?"
"Gak tau." Merekapun pergi ke parkiran untuk mengambil motor Ivan.
Ivan menyerahkan helm pada Ana dan membantunya untuk memakainya, ia juga membantu Ana untuk naik ke atas motor karena motornya yang tinggi.
"Ana, nanti sore lu sibuk gak?" Tanya Ivan, sedikit berteriak.
"Enggak ada, nanti malem gue ada di rumah."
"Nah mumpung lu gak ada kerjaan nanti gue jemput ke rumah lu, ada tempat baru gue nemu kemaren."
"Gaskeun, besok kan libur jadi hayuk lah." Kata Ana begitu antusias.
Setelah itu tak ada lagi obrolan diantara mereka, dan merekapun menuju rumah Ana untuk mengantarkannya pulang terlebih dahulu.
"Van masuk dulu ayok Tante baru selesai masak loh." Ajak mama Namira.
"Maaf Tante tapi tadi kata bunda langsung pulang, mungkin kapan kapan main ke rumah Tante." Kata Ivan dengan ramah.
"Oh ya udah, bener ya kapan kapan main kesini."
Ivan pun mengangguk dan pamit pulang pada Namira dan Ana, ia memasuki gerbang rumahnya dan memasukkan motornya di garasi.
"Assalamualaikum bunda." Ivan berjalan menuju dapur, dan benar ibunya sedang di sana.
"Wa'alaikumsalam, eh bunda minta tolong dong sama kamu anterin itu kue kering buat mamanya Ana ya. Terus nanti anterin bunda ke pasar soalnya besok ada arisan di rumah." Kata bunda Anya.
"Oke siap bunda." Ivan pun pergi ke rumah Ana.
Ia mengetuk pintu beberapa kali dan akhirnya dibuka oleh Ana.
"Ana, nih dari bunda buat mama sama lu, katanya kue kering." Ivan menyodorkan paperbag pada Ana, dan diterimanya."Aaaa thanks, bilangin bunda makasih."
"Ya udah gue balik ya, bunda tadi nyuruh anterin ke pasar. Oh iya nanti sore gue jemput jam 4-an lu harus udah siap, pakek celana panjang soalnya gue nanti gak bawa mobil, oke bye Na." Katanya sambil mengelus puncak kepala.
"Oke deh, tenang aja." Setelah itu, Ivan pun pamit dan pergi kembali kerumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Jadi Cinta [On Going]
Teen FictionIvan dan Ana bersahabat dari kecil sampai mereka remaja saat ini, dan semakin mereka menginjak dewasa pasti ada salah satu dari mereka yang jatuh cinta. Entah dari Ana dahulu atau sebaliknya Lika liku masalah berdatangan, akankah mereka bisa menyele...