Jovan bawa gue pulang ke apartemen dan mendudukan gue kasar ke sofa. Yah, sekarang dia mulai main kasar sama gue.
Mungkin karena gue terus ngelawan sepanjang perjalanan pulang tadi jadi dia kesel. Gue mendorong tubuhnya sekali lagi kuat-kuat namun ga berguna. Gue menangis dan memukuli dadanya karena Jovan terus halangi gue untuk pergi.
Gue mau kembali, ketempat gue ninggalin Cakra. Ada banyak hal yang ingin gue jelasin ke Cakra. Ada banyak permintaan maaf yang ingin gue sampaikan. Gue Ga bisa tinggalin Cakra seperti tadi. Dalam keadaan seperti itu... Gue...
"Argg! "Histeris gue lelah menahan semua gejolak ini. Gue tatap Jovan nyalang.
"Puas lo! Gue tanya sama lo Jovan! Udah puas lo ngobrak ngabrik hidup gue?! Pertama kehormatan gue lalu status gue dan sekarang lo musnahin hayalan terakhir gue untuk bahagia? Apa salah gue? Kasih tau gue... Apa dosa gue sampe lo harus sejahat ini buat hancurin gue, hah!?"
Jovan menatap gue penuh emosi, namun tatapan itu semakin melemah sebelum ia membuang muka dan mengusak rambutnya frustasi.
"Aku ga pernah coba hancurin hidup siapa pun, Mel! Apalagi kamu! Gimana aku bisa— Arg!!" lagi-lagi Jovan mengusak rambutnya kesal. Sepertinya terlalu banyak kata yang ingin ia keluarkan dari otaknya sampai buatnya stres.
Ia mendorong pundak gue sampai terpojok ke dinding. Lalu Jovan tampak berusaha meredam emosi dan berucap dengan nada bicara lebih rendah.
"Sebanyak apapun aku membela diri, kamu juga ga akan percaya kan, Mel? Jika kejadian malam itu bukan perbuatan aku! Sumpah aku ga melakukan apapun! Dan kamu! Ada banyak cowok di luar sana, Mel... mengapa harus Cakra?! Mengapa harus lelaki itu yang kamu Cintai, Mel!? Kenapa?" Jovan menatap gue tajam namun juga sendu disaat bersamaan, bahkan perlahan air mata menetes dari sela matanya.
Gue tercekat sebab terkejut melihat lelehan iar mata bisa turun di permukaan wajah angkuh Jovan? Gue Ga sanggub melanjutkan hujah dan malah sesegukan.
"Lo jahat Bang..."
"Aku tahu, Mel... Dan aku ga peduli harus terlihat sejahat apa bagi kamu. Asal aku bisa jauhin kamu dari lelaki itu! Aku harus! "
"...Aku bisa acuh sama hal apapun di dunia selain menyangkut kamu dan pria itu. Aku udah janji sama ibu kamu buat selalu jagain kamu, Mel. Ngertiin aku..."
Tak terduga. Jovan memangkas jarak kami dan mencium bibir gue.
Spontan gue mendorong pundaknya namun Jovan menahan tangan gue dan kian memperdalam ciuman itu.
Awalnya Jovan memulai pagutannya dengan lembut, namun lama - kelamaan bibirnya melumat semakin agresif dan menuntut bahkan sampai gue sesak nafas. Ia menarik tengkuk gue seolah masih belum puas gue udah hampir mati begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Blue Sky : JOVAN
RomantizmCakra, Seorang pria berpemikiran dewasa dan Romantis namun kadang terlalu overprotektif. Menikah dengan Cakra bagai sebuah cita-cita bagi Imel, namun apa mau di kata saat sebuah prahara tak terduga menimpa dan buatnya harus terpaksa menikah dengan...