Ga terasa malam telah datang. Sebab banyaknya tugas lapangan lain yang harus kami lakukan beruntun. Gue, Mahen dan Reno memutuskan mengerjakan Tugas kelompok kami hanya tiga hari di lapangan sisanya akan kami lanjut untuk menyusun data. Jadi hari ini gue sama Mahen sepol-pol mungkin menggunakan hari ketiga kami sebaik-baiknya. Hingga lembur sampai malam pun kami jabani. Mahen mengajak untuk beristirahat sejenak ke parkiran sebuah hotel agar tidak parkir di pinggir jalan dan mengganggu orang. Ia mematikan mesin mobil lalu memijat tengkuk dan bahunya yang tegang sembari memejam sejenak.
"Asli Capek banget Yah Mel."
Gue mengangguk tanda setuju sembari mengistirahatkan tubuh gue seperti Mahen.
"Gue pikir lo mau ngapain ngajak gue ke Ke hotel begini hahaha"
Mahen berdecak memandang gue seakan-akan tak percaya.
"Bisa-bisanya lo mikir kemana-mana, Mel? Gue ga seberandal itu yah, enggak sama Lo sih."
"Emang gue kenapa hah! Gue Jelek banget apa!"
"Ya ga gitu, Mel! Lo kan pacarnya Bos Gue, bisa di cincang gue ngapa-ngapain elo. Gue masih mau hidup yah."
Gue tersenyum aneh sembari ber-hehe canggung lalu berkata.
"Serem juga yah Bos Lu.""Lebih sereman elo pas PMS sih Mel."
Mendengar kejujuran Mahen gue tertawa. Namun tawa itu mendadak sirna saat sebuah mobil berwarna biru baru saja terparkir di depan mobil Mahen. Warna dan plat mobil itu anehnya terasa familiar untuk gue.
Dilihat makin di lihat, bayangan sesosok pria muncul di benak gue.
Dan perkiraan itu kian jelas tatkala sepasang pria dan Wanita
Keluar dari dalam mobil itu.Kedua siluet yang semakin sesuai dengan pemikiran gue. Membuat jiwa penasaran didalam diri ini semakin tergugah saja.
"Hen, gue mau ke Toilet bentar yah." segera gue keluar dari dalam mobil untuk membuntuti dua orang yang gue duga Jovan dan Tanya itu. Gue mau mastiin aja kalau gue cuma salah ngelihat dan bisa kembali tenang.
Namun saat gue sampai lobi dan melihat jelas kedua wajah manusia yang sedang ke meja resepsoonis itu gue hanya bisa diam mematung.
Mereka benar Jovan dan tanya.
Mereka sungguh? Sudah sejauh ini hubungannya?
Gue ga percaya, Jovan ternyata bisa semudah itu melampaui sumpah pernikahannya yang tak berarti dengan gue. Gue tersenyum masih tak bisa percaya.
Hal ini cukup menjadi bukti betapa tidak ada artinya Sumpah pernikahan yang pernah ia ucap buat gue. Lucunya saat Jovan nyuruh gue pisah dari Cakra dia mengancam dengan pernikahan konyol kami, tapi lihat dirinya sekarang. Sedikitpun tak tampak menghargai pernikahan kami."Munafik."
"Sekarang gue tahu Lo yang sebenarnya, Jov! Ga nyangka gue lo aslinya sebangsad ini."
Segera gue berbalik kembali ke mobil Mahen dan buru-buru minta diantar pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Blue Sky : JOVAN
RomanceCakra, Seorang pria berpemikiran dewasa dan Romantis namun kadang terlalu overprotektif. Menikah dengan Cakra bagai sebuah cita-cita bagi Imel, namun apa mau di kata saat sebuah prahara tak terduga menimpa dan buatnya harus terpaksa menikah dengan...