Sooyoung terduduk pada meja makan dan duduk di kursi dimana ia selalu duduki beberapa tahun lalu. Hatinya tidak nyaman. Ini bukan lagi tempatnya menurutnya. Mata indah miliknya melihat dengan jelas kearah Yerim yang jauh berbeda dari keadaannya. Gadis itu tumbuh dengan cantik dan terawat. Dan cara berpakaian Yerim begitu trendy mengingatkannya pada saat ia masih pantas untuk berada dalam keluarga ini. Chanyeol memahami pandangan mata milik Sooyoung. Terlihat jelas ada rasa tidak nyaman, iri, dan perbedaan. Chanyeol pun sama. Pemuda ini tak lagi nyaman berada dirumahnya sendiri. Ia bahkan kesulitan bernafas tiap berpapasan dengan ayah kandungnya sendiri. Ji-won tahu bagaimana keadaan hati anak-anaknya saat ini. Ia hanya berusaha tutup mata dan berusaha mencairkan suasana. Ji-won mencoba egois. Ia ingin semuanya kembali seperti semula. Ia ingin anak-anaknya berkumpul dirumah berada dalam pengawasannya dan merengkuh mereka hangat.
Ji-won jelas tahu masa lalu dan kesalahannya yang terdahulu tak bisa dibenarkan. Bohong jika tidak ada penyesalan di dalamnya. Semua telah mengusaikan makan malam mereka. Tak ada satupun yang membuka suara. Sampai akhirnya Park Seojoon sosok kepala keluarga itu membuka suaranya.
"Kali ini, apalagi Park Sooyoung?", kali ini suara milik pria paruh baya itu melembut.
"Sooyoung saja. Tanpa Park", jawab Sooyoung datar. Yerim menutup matanya dan menghela nafas pasrah.
'Sepertinya akan ada perang lagi. Tuhan tolonglah! Aku lelah', - teriak Yerim dalam batin.
"Kenapa kau mematahkan tangan oppa?", suara Sooyoung begitu dingin. Pria paruh baya itu mendengus kesal.
"Haruskah kau berbicara seperti itu pada ayahmu?", tanya Seojoon lirih.
"Itu hanya kecelakaan Soo. Jangan dibahas", jelas Chanyeol. Sooyoung menggeleng dengan keras kepala.
"Setelah mimpimu hancur kau masih membelanya?", tanya Sooyoung pada Chanyeol. Jangan salah. Pemuda ini bukan pengecut, hanya saja tak ada yang mendukungnya mengambil langkah yang lain. Sampai akhirnya ia dapat menangkap semuanya lewat tatapan mata adiknya. Sooyoung mengajaknya untuk pergi keluar dari neraka ini. Sooyoung menggenggam telapak tangan Chanyeol dengan erat.
"Aku ingin tinggal mandiri diluar", Seojoon merasa jantungnya akan copot detik ini juga. Lagi? Ia akan kehilangan atau minimal memiliki jarak dengan anaknya? Seojoon menepuk meja dengan keras. Nafas pria berumur itu terengah-engah.
"Lakukan apa yang membuat kalian bahagia nak", ujar Ji-won.
......................................................................
"Kau mendapatkan uang ini darimana Soo?", tanya Chanyeol to the point. Chanyeol kembali melakukan hal nekad yang ia tak pernah pikirkan. Ia dan Sooyoung baru saja keluar dari Showroom. Chanyeol menjual mobil BMW hadiah pemberian kakeknya tahun lalu.
"Aku meminjamnya dari seseorang. Tenang saja", Chanyeol menatap Sooyoung marah.
"Kembalikan uang itu padanya",
"Iya memang akan segera kukembalikan Chan", balas Sooyoung.
"Uang dari mobil ini akan kita gunakan untuk membeli sebuah apartmen kecil dan pengobatan Jinri", usul Chanyeol. Sooyoung mengangguk setuju dan tersenyum lebar.
"Jinri pasti senang sekarang aku tidak sendirian lagi diluar", Chanyeol mengacak rambut adiknya jahil.
Tak berapa lama setelah keduanya menikmati waktu santai mereka telfon berdering. Sooyoung mengangkat telfonnya penuh dengan sukacita.
"Aku akan debut!", itu kalimat yang ia ucapkan pada Chanyeol. Chanyeol dan ia terlihat seperti orang gila saat ini.
"Astaga! Aku bangga sekali padamu!", ujar Chanyeol masih dengan posisi kedua tangannya bergandengan dengan adiknya dan meloncat-loncat berputar seperti apa yang sering mereka lakukan saat kecil. Tak lama setelah itu sebuah telfon kembali masuk. Perlahan senyuman itu memudar menyisakan gelap dan badai bergemuruh yang mengisi hati dan batin keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brittle (VJOY)
Romance"Kelemahan bukan hal yang harus kau bagikan dengan orang-orang", - Park Sooyoung. "Sayangnya aku dapat melihat cukup banyak kelemahan yang kau miliki", Kim Taehyung. Ketika titik rapuhnya hanya dapat dilihat oleh pria sombong itu. Pria yang hampir...