I think that you are the one for me
Cause, it gets so hard to breatheSejak awal Mikasa tahu, berbohong bukanlah jalan yang baik. Kebohongan hanya akan menambah kebohongan lain. Dan dirinya tak suka, jika ia harus terjebak dalam keadaan seperti orang bodoh yang mencari alasan berbohong untuk menutup kebohongan yang lain.
"Akan sangat bagus jika kau datang bersama Kekasihmu." ucap Sasha setelah menyerahkan undangan pertunangannya kepada Mikasa.
"Aku tidak yakin dia bisa datang atau tidak,"
"Ayolah! Dia tampak seperti Pria yang akan menuruti semua kemauan mu. Pokoknya, kau harus datang! Aku akan sangat marah jika tidak melihatmu di acara pertunangan ku bersama Nicholo!"
"Tapi, Sasha.."
"Akan ada banyak menu enak nantinya! Nicholo sendiri yang mengatur makanan untuk para tamu! Sampai bertemu besok malam, Mikasa!"
Setelah berkata demikian, Sasha berlalu pergi dari Kafe tempat mereka bertemu siang itu. Meninggalkan Mikasa yang hanya bisa menyeruput ice coffe miliknya.
Ini bukan tentang permasalahan, apakah menu di acara itu benar-benar enak. Ini tentang bagaimana cara Mikasa mengatakannya pada Eren yang kini tampak serius bermain Piano.
Mikasa benar-benar mencari waktu yang tepat kapan ia bisa mengatakan hal ini kepada Eren. Bahkan segala tanya tentang, apakah Pemuda itu bersedia atau tidak, semakin membuat sesuatu membebani Mikasa.
"Mikasa? Kau baik-baik saja?" tanya Eren
Respon yang diberikan Mikasa terlalu berlebihan untuk seseorang yang hanya menepuk pundaknya pelan. Gadis itu berdehem, menghela napas dan mengangguk pelan.
"Ya, aku hanya memikirkan tentang sesuatu." jawab Mikasa
"Sesuatu? Apa aku boleh tahu?" Eren bangkit dari hadapan Piano, berjalan lima langkah sebelum memilih duduk tepat di samping Mikasa. Menatap wajah gadis bersurai kelam tersebut dengan senyuman tipis.
"A-ah, i-itu.. Aku memikirkan gaun apa yang akan aku kenakan untuk acara pertunangan Sahabatku! Kau ingat Sasha Braus, kan? Gadis yang makan kentang panggang paling banyak di acara reuni tempo lalu?" Mikasa merutuki dirinya yang tak bisa menyembunyikan ekspresi gugupnya saat berkata demikian.
"Oh, kau pakai saja yang menurut mu nyaman." ucap Eren
Pemuda itu kemudian beralih menatap karpet Rumah Musik yang sudah diganti Levi dengan karpet baru yang terlihat lebih antik dan mahal. Sepertinya, Sulung Keluarga Ackerman itu sangat terobsesi dengan kebersihan dan hal-hal berbau antik.
"Ah, aku harus pulang! Mikasa, apa pelajaran hari ini sudah berakhir?" tanya Eren
Mikasa berjengit kaget, ia mengangguk cepat dan bangkit dari duduknya. Meraih mantel Eren dan memberikannya kepada Pemuda tersebut. Ia menelan ludah khawatir, lidahnya sudah sangat gatal ingin mengatakan sesuatu. Namun, ia hanya bisa menggigit bibir bawahnya susah payah sembari menatap Eren yang tengah mengenakan mantel.
"Ya? Kau mengatakan sesuatu, Mikasa?"
"A-apa? A-aku? Ti-tidak."
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELIONS [√]
Фанфик[EreMika Fanfiction] Eren kembali mengingat, saat pertama kali ia terpana akan pesona gadis Ackerman yang digadang sebagai Malaikat Jurusan Seni Musik. Itu adalah malam dengan terang bulan purnama, berlatar panggung di aula Kampus, Eren terpesona p...