Berada di tempat yang sering kita kunjungi dan sukai ketika kecil, menyadarkan kita betapa hebatnya kita karena telah mampu bertahan dan melewati segala ujian kehidupan.
~Chayara~
*****
Pagi hari ini cuaca sedang mendung dan berangin, banyak orang lebih memilih untuk tinggal dirumah dengan minuman hangat dan menonton acara untuk pagi hari, atau dengan selimut dan pelukan orang terkasih.Berbeda dengan kebanyakan orang tersebut, Chayara memilih untuk meninggalkan kamar dan selimut hangatnya untuk menyiksa diri dengan mandi di cuaca yang dingin ini. Suasana hati nya sedang bertolak belakang dengan suhu udara pagi itu. Mengingat waktu untuk kembali ke perantauan semakin dekat dan fakta bahwa rasa takut itu belum pudar sepenuhnya dari dalam hati.
Dan disinilah dia sekarang, di tempat yang dapat membuka mata kita lebih lebar. Tempat yang mampu membuat kita untuk lebih bersyukur maupun lebih berusaha keras. Tempat yang berisi berbagai golongan dan wujud ciptaan Tuhan. Tempat untuk orang memberi dan menunggu harapan untuk kehidupan. Pasar.
Pasar adalah tempat yang dikunjungi oleh Chayara pagi itu. Setiap orang memiliki cara mereka sendiri untuk menghadapi dan menerima masalah yang ada. Dan bagi Chayara ada dua cara untuk dia melonggarkan rasa sesak di dada atau fikirannya, dengan mengunjungi pasar dan menaiki motor untuk bergabung dengan keramaian jalan.
Namun, untuk pagi itu dia memilih pasar. Karena kebetulan dia juga merindukan jajanan-jajanan pasar, yang selalu di belinya ketika kecil.
Dari pasar kita juga bisa belajar bahwa rezeki sudah ada yang menetapkan, dan kita tinggal mengusahakan. Sang pemberi rezeki juga adil dalam memberikannya, di antara banyaknya pedagang dengan barang yang sama mereka mendapatkan bagiannya dengan pasti dan adil. Bahkan mereka juga biasa untuk saling bercanda dan bercerita dengan pedagang sebelahnya, tanpa adanya rasa bersaing dalam mendapatkan untung.
Selain berkeliling pasar hal yang paling mampu membahagiakan lainnya adalah belanja banyak jajanan pasar.
Setelah cukup merasa puas dan lega, Chayara memilih untuk kembali ke rumah. Cara tersebut nyatanya masih mampu untuk mereda pikiran dan hatinya.
******
"Tumben sudah bangun," suara tersebut menghentikan gerakan Chayara yang hendak menyuap kan sepotong risoles ke dalam mulutnya.
"Hemm, risol ma, atau mau kue cubit atau ini kue pukis juga ada kok ma"
Tawar Chayara tanpa menjawaba sapaan sang mama sebelumnya, dengan disertai cengiran dan tangan yang tidak berhenti menunjukkan hasil berburunya pagi ini."Pagi-pagi kamu udah rampok dari mana itu ?"
"Ish mama ini, anak e sendiri diomong rampok. Ntar kalo ngerampok beneran nggak diakui anak" Sahut Chayara dengan nada penuh cibiran dan bibir yang di majukan menye.
"Iyalah, kalo kamu rampok beneran langsung tak coret dari kk dan dari daftar warisan".
"Ini ngapain sih, pagi-pagi udah ngomongin warisan aja."
"Ooh, hormat saya paduka. Berdasarkan ultimatum yang dikeluarkan oleh bundahara, bahwa jatah warisan anakmu dipotong karena telah beli banyak jajan." jawab Chayara dengan membungkukan badannya ke arah sang Papa seperti lakon prajururit dalam drama kolosal.
Mama Nadya yang melihat anaknya mulai menjalankan lakonnya, memilih pergi untuk menyiapkan sarapan pagi ini.
Setelah selesai sarapan pagi dengan penuh keributan, keluarga kecil Yudhistira memilih untuk menikmati hangat matahari pagi dan mencari tahu apa yang dialami oleh sang putri kecilnya. Setelah dirasa cukup bagi mereka memberikan waktu untuk Chayara menenangkan diri dirumah.
"Kak," panggilan dari Rakin mampu merubah suasana menjadi lebih serius. Rakin Putra Yudhistira, putra bungsu dari bapak Yudhistira yang suka berperan menjadi sosok abang untuk Chayara.
"Hem" jawab Chayara tanpa menghentikan tangannya dalam memasukan kerupuk kedalam mulutnya.
"Tak sawang-sawang kok, makin hari nambah gak waras." lanjut sang adik tanpa memperdulikan respon yang dia terima.
"Mulutmu, minta tak cocoli sambel po o"
"Kak, mulutnya, " sahut mama Nadya sambil memelototi sang anak, yang hanya dijawab dengan anggukan.
"Ya abis, kamu kayak orang abis patah hati aja. Selama dirumah gak jelas banget gampang marah-marah"
"Ember, lagi patah hati banget nih hampir aja kebelah jadi dua ni hati" ucap Chayara dramatis sambil kedua tangannya memegangi dadanya.
"Lebai banget, padahal dari lahir juga jomblo"
"Masamu seng punya hati orang yang punya pacar tok ?, jadi yang bisa ngerasain sakit hati cuma orang punya pacar !!"
"Yeee, sewot amat mbak."
"Ya gimana nggak sakit hati coba, proposal agenda untuk Sekolah Bakat Bhineka (SBB) yang tinggal menghitung hari di tolak sama sponsor. Cuma karena kita menolak adanya kontrak kerja untuk peserta didik baru. Dahlah jangan bahas itu dulu, oh iya aku wingi nemu coklat di meja belajar mu." Kata Chayara dengan membisikkan kalimat terakhir, namun mampu mengejutkan Rakin.
"aaaaaaa" suara Chayara yang berlari menghindari pukulan sayang dari Rakin, dan diskusi pagi itu berakhir dengan keributan dua bersaudara.
Hai ketemu lagi, thank you untuk kalian yang mau mampir baca cerita pertama ku. Thanks ya udah mau melihat cerita yang viewer nya masih bisa dihitung jari. Semoga syuka.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Bird (Ketika Angka Dua Tak Sesuai Cerita)
Ficción General"Adek, ambil jurusan ini aja ya." "Adek, nanti kerjanya sama kakak aja ya". "Adek, buka usaha ini aja ya". Seperti halnya anak burung dalam sarang yang hanya perlu diam, dan makanan akan mendatanginya. Tapi apakah semua itu cukup, jika hanya dapat m...