Bugh!!
"Kau bermain-main dengan ku hah?!" Soobin menarik kerah baju Yeonjun setelah menonjok rahang Yeonjun.
"Wah, kau semakin manis saat sedang marah" Yeonjun tersenyum smirk.
"GILA!"
"Sesama orang gila memang perpaduan yang sempurna bukan? Kau juga gila karena berupaya mendapatkan seseorang yang jelas-jelas sudah menolak mu"
Wajah Soobin memerah, menahan amarah yang meledak-ledak didalam diri. Ia benci mengakui ini tetapi apa yang diucapkan Yeonjun benar. Ia sudah gila karena memaksa untuk mendapatkan sesuatu yang bukan merupakan bagiannya. Tetapi selagi janur kuning belum melengkung bukankah semua bebas untuk ditikung?
"Aku tidak gila. Aku waras karena tidak membiarkan mereka bersama. Hubungan mereka terlarang dan mereka harus tahu itu"
Yeonjun terkekeh buat Soobin semakin emosi. Ia tidak menganggap ada sesuatu yang lucu dari perkataannya yang pantas untuk ditertawakan.
"Aku jadi kasihan padamu sekarang. Daripada merusak hubungan mereka lebih baik kau menjadi kekasih ku"
"Bedebah!"
"Mulut manis tidak boleh mengumpat kecuali saat aku memasuki mu"
Soobin benar-benar tidak tahan lagi. Ia melepaskan cengkeramannya pada kerah Yeonjun dan berbalik pergi dari tempat itu sebelum ia benar-benar lupa dengan nilai moral.
"Besok pagi aku akan menunggu jawaban mu. Jika kau berusaha mencari sendiri, kau tidak akan bisa menemukan mereka. Jika masih keras kepala, aku tidak yakin Jaemin akan mengontrol dirinya dengan Jisung dan kau tahu yang ku maksud 'kan itu? Jadi, baby aku tunggu jawaban mu atas tawaran ku tadi sampai besok pagi" Yeonjun menyeringai.
Soobin mengepalkan tangannya kuat berbalik sebentar pada Yeonjun dan mengangkat jari tengahnya untuk Yeonjun sebelum kemudian masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan tempat itu.
"Ahh... pukulannya lumayan juga" Yeonjun meringis kecil saat dirasanya rahangnya berdenyut nyeri karena pukulan Soobin namun tidak lama kemudian ia tersenyum saat dirasanya rencananya akan berhasil kali ini.
"Tidak ada pilihan selain merima Soobin. Kau pasti akan tetap berakhir di ranjangku"
•
•
•
•
•Malam semakin gelap. Hawa dingin yang menusuk kulit semakin terasa. Bulan dan bintang yang bersinar dilangit malam semakin indah untuk dipandang. Menggantikan tugas matahari yang sudah bersinar seharian.
Jisung duduk di bangku taman sendiri. Menerawang jauh memikirkan apa yang sudah ia lewati selama ini bersama Jaemin. Karenanya, Jaemin harus meninggalkan keluarganya dan kabur bersamanya. Terkadang perasaan bersalah menghampiri tetapi rasa egois tetap mendominasi. Jisung tidak ingin siapapun selain Jaemin. Jaemin cinta pertama dan terakhir nya dan selamanya akan tetap begitu. Walaupun salah ia juga ingin bahagia bersama orang yang benar-benar ia cinta.
Bercanda bersama, tertawa bersama, melewati semua bersama, saling menjaga satu sama lain. Mereka berdua sudah melewati itu. Jadi, salahkah ia berharap untuk bisa bersama dengan Jaemin walaupun sebenarnya mereka tidak bisa bersama?
"Sayang, kenapa disini?"
Suara lembut dari arah belakang membuat Jisung terperanjat. Tersenyum kecil saat melihat seseorang yang bertanya barusan adalah Jaemin. Jaemin menyugar rambut nya ke belakang dan mendudukkan diri di samping Jisung. Memberi kecupan lembut di pipi mochi dan bibir Jisung sebelum tersenyum tipis.
"Ini sudah malam memangnya adek tidak kedinginan?" Jaemin bertanya.
Jisung mengerucutkan bibirnya sambil menundukkan kepalanya. Melihat tingkah menggemaskan adik sepupunya itu Jaemin tersenyum kecil sembari menatap Jisung lembut. Ia menarik pinggang Jisung untuk merapat padanya dan menuntun kepala Jisung untuk menyender di pundaknya.
"Memikirkan apa sayang? 'kan kakak ada di sini"
"Kak Jaemin punya Jwi 'kan?"
"Iya, punya Jwi kok"
"Waktu itu ada teman kelas Jwi yang bilang gini 'kak Jaemin ganteng, punya kita' cih! Gak ada punya kita tapi punya Jwi"
"Adek bilang gitu?"
"Enggak cuma dalam hati. Jwi harus jadi adek sepupu kak Jaemin yang paling polos di depan orang-orang. Padahal rasanya tuh mau bilang gitu. Enggak ada punya kita tapi punya Jwi. Alasan pertama, Jwi bisa berantem kalau mereka mau saingan. Alasan kedua, Jwi pernah cuddle sama kak Jaemin bahkan lebih mereka belum pernah. Alasan ketiga, Jwi bisa membuat kak Jaemin bucin. Alasan keempat---"
"Iya, tetap adek kok pemenangnya di hati kakak. Sudah jangan dipikirkan lagi"
"Tapi gemes, mau sentil usus halus nya. Backstreet capek juga ya kak?" Jisung menggembungkan kedua pipi mochi nya diakhir kalimatnya.
"Yang jalanin hubungan 'kan kita, mereka tidak akan tahu apa-apa"
"Tapi nanti kak Jaemin diambil orang gimana? Pernikahan aja bisa hancur karena orang ketiga apalagi hubungan pacaran seperti ini mana backstreet lagi"
Jaemin tersenyum. Tangannya terangkat mengusap halus rambut hitam Jisung. Ia juga takut kehilangan Jisung nya tetapi sebagai yang tertua ia harus bisa mengendalikan ekspresi nya agar yang muda juga tidak ikut kepikiran.
"Gak ada yang berani ambil kakak kok, hati kakak cuma punya adek"
"Tapi kak Jaemin loh kaya bangsat, terlalu susah ditebak. Kadang mode senggol dikit bacok kadang seperti buaya lepas dari penangkaran. Senyum manis banget sama semua orang ntar kalau anak orang baper siapa yang tanggung jawab?"
"Kakak ingat ada hati yang harus kakak jaga. Itu hanya bentuk keramah-tamahan. Sudah jangan cemburu lagi, kakak cintanya 'kan sama adek"
"Awas aja ada yang ambil kak Jaemin nanti Jwi gigit orangnya"
"Iya sayang iya. Sudah ayo masuk kita bobo, nanti kakak puk puk sampai bobo" Jaemin menggandeng Jisung untuk beranjak dan kembali ke dalam rumah.
"Peluk sampai pagi"
"Iya nanti kakak peluk sampai pagi. Kalau gak dipeluk nanti adek diculik kuntilanak karena dikira anaknya"
"KAKAK! Tau ah Jwi ngambek sama kak Jaemin"
"Sini cium dulu"
"Jangan mendekat, kak Jaemin jelek"
"Ya sudah berarti kak Jaemin di ambil orang nanti--"
"ENGGAK BOLEH! PUNYA JWI!" Jisung memeluk Jaemin membuat yang dipeluk terkekeh geli dengan tingkah menggemaskan nya.
"Iya punya adek aja. Seperti kakak yang hanya punya Jwi, Jwi juga hanya punya kakak"
"Valid, no debat"
•
•
•
•
•Soobin benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang terjadi sekarang. Ia sungguh tidak memprediksi akan hal seperti ini. Anak buahnya yang sudah ia kerahkan untuk mencari keberadaan Jaemin dan Jisung tidak membuahkan hasil apa-apa.
Mengacak kasar rambut hitamnya. Ia benar-benar dibuat frustasi. Jika ia hanya berdiam diri maka kesempatannya untuk mendapatkan Jisung akan semakin kecil. Ia memejamkan matanya dan teringat tawaran Yeonjun padanya dan itu semakin membuatnya mengerang frustasi.
"Arghhh! Sialan!"
"Besok pagi aku akan menunggu jawaban mu. Jika kau berusaha mencari sendiri, kau tidak akan bisa menemukan mereka. Jika masih keras kepala, aku tidak yakin Jaemin akan mengontrol dirinya dengan Jisung dan kau tahu yang ku maksud 'kan itu? Jadi, baby aku tunggu jawaban mu atas tawaran ku tadi sampai besok pagi"
"Tidak ada cara lain selain menerimanya, Soobin. Jika kau menolak, kau tidak bisa mendapatkan Jisung sampai kapanpun" gumam Soobin pada dirinya sendiri.
TBC.
See you next chap 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Naughty Cousin 🔞
FanfictionSalah apa sih Jaemin di masa lalu sampai punya adik sepupu binal? Dapatkah di sebut sebuah kesialan jika Jaemin sendiri menikmatinya? Hanya kisah Jaemin dan Jisung yang menjalani hubungan yang rumit. Saling mencintai namun terhalang restu keluarga k...