Reina sudah kembali ke rumah mamanya pada Minggu sore, karena ia sudah tinggal di mansion Arlone selama seminggu. Orang tua angkatnya menyambutnya dengan perasaan haru. Apalagi sang mama yang tak henti-hentinya memeluk.
"Kamu mau makan apa?" Tanya sang mama.
"Sup ayam terus pake sambel ma. Lagi pengen yang pedes-pedes beuhhh," ucap Reina dengan nada semangat.
"Yaudah kamu istirahat dulu, terus mama buatin sup nya. Tapi adanya daging sapi gapapa kan?"
Reina mengangguk, gapapa kalau daging sapi. Toh kaldunya lebih mantul. "Mau bantuin ma, boleh ya?"
"Nggak, kamu istirahat aja dulu. Pasti capek kan?"
"Aaaa maaaa masa disana nggak ngapa-ngapain terus disini gak boleh bantu mama sih. Pleaseeeee"
Mendengar rengekan Reina pun sang mama dengan berat hati mengiyakannya. Reina berteriak senang dan langsung menuju ke dapur. Ia langsung mengambil kentang dan wortel, mengupasnya lalu kentangnya dipotong menjadi dadu. Sedangkan wortel dipotong seperti bunga.
"Gercep banget kamu," ucap sang mama sambil menyalakan kompor. Mereka lalu fokus pada pekerjaan masing-masing. Mama Celline mengingat sesuatu. "Kata Reinard kamu ditinggal Justin di streetfood demi sahabatnya?"
Reina menghentikan gerakan pisaunya. "Iya, tapi dia pamitlah setidaknya." Ia lalu melanjutkan memotong.
"Gak usah belain dia. Kalau dia lebih prioritasin orang lain daripada kamu. Berarti dia patut dipertanyakan. Orang jelas-jelas kamu pacarnya kok malah ditinggal gitu aja."
"Mungkin deket banget, temen dari kecil, mungkin juga dia titipan, I don't know. Gak aku pikirin juga."
"Kalo Justin udah kayak gitu, kamu putusin dia juga gapapa. Jangan sampe kayak mama, nggak diprioritasin sama pasangan sendiri gak enak banget. Lagipula masih ada banyak orang yang lebih baik dari Justin di luar sana."
"Kayak papa? Maksutnya kayak papa sama mama? Ma, kenapa kisahnya kayak sama gitu ya. Btw ma, cerita tentang masa lalu mama dong. Waktu sama daddy terus kenapa bisa jadi sama papa."
"Cerita buruk gak perlu diceritakan," elak sang mama yang tidak mau meneceritakan masa lalunya.
"Loh mah, katanya kenangan buruk di masa lalu itu jadi kenangan lucu di masa sekarang atau masa depan lohhh"
"Lucu mbahmu," sang mama menoyor kepala Reina pelan. "Reinaaa, beneran, putus aja sama Justin kalo dia beneran lebih prioritasin orang lain."
Reina mengangguk, "Iya, kapan-kapan. Feeling ku ma, emang bentar lagi putus. Nanti kayak ada drama-drama sahabatnya drop, terus Justin panik banget sampe lupain aku. Terus Justin udah sayang banget kan sama sahabatnya, teman kecilnya whatever, terus dia ngelakuin yang terbaik buat sahabatnya itu. Dan mungkin dia bakal minta putus? Gak tau juga sih, tapi kasian kalo dia udah baper beneran sama aku. Kok kayak aku yang jadi merasa jahat, haduhhh."
"Kamu kok santai banget gitu sih. Sampai prediksi sendiri pula. Kamu sebenarnya cinta enggak sama dia?"
Reina mengedikkan bahunya, "Gak tau juga ma."
"Jahat banget ya kamuuu, tapi gapapa yang penting jangan bodoh karena cinta kayak mama dulu."
"Oh mama dulu bucin ya sama daddy? Eh atau papa?" Mamanya pun menjewer telinga Reina.
***
Justin dan Reinard benar-benar duel. Reinard menyerang dengan brutal. Inti T-Rex yang lain sampai kewalahan untuk memghentikan perkelahian mereka. Pada awalnya Justin hanya ingin pasrah saja saat dipukul karena tau kesalahannya, tetapi Reinard menyulut emosinya, jadi ia juga menanggapi serangan dari Reinard.
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran Tingkat Tinggi
FantasyRena Dewi Aksara, seorang manusia biasa. Hidupnya terlalu lempeng, tak ada yang spesial. Semuanya biasa saja. Kerjaannya hanya membaca novel atau pun wattpad. Di sekolah ia tak menonjol , tak semua mengenalnya. Ia tak masalah. Ia membaca novel berge...