Part 24

5.5K 228 2
                                    

VOTE!

***

Dua minggu sejak kejadian itu, Yana dan Juna jarang bertemu. Yana seperti menjaga jaraknya dengan Juna. Walau sering berinteraksi di kantor, mereka hanya bertindak selaku bos dan asisten. Iya, mereka couple in private. Kecuali Jia, ia menebak hal ini bahkan dari awal pertemuan mereka. Jia sangat peka dengan tingkah laku Yana karena sudah berteman sejak SMP.

Jia selaku sahabat Yana pun mengerti bahwa ada yang salah, ia mencoba bertanya kepada kedua belah pihak. Tentu saja hanya dijawab gelengan atau dengkikkan Yana yang tidak ingin diganggu dengan alasan sibuk. Akhirnya Jia menyerah, ia tidak ingin ikut campur urusan pribadi mereka.

Juna sekali-sekali juga mendekati bosnya itu, namun Yana selalu menghindar dengan alasan masuk akal. Tentu lelaki itu mengerti keadaan, namun keegoisan dalam dirinya tidak ingin diam saja.

Kringg!!

"Hallo, dengan Yanata disini. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Yana pada seseorang di seberang.

"..." tiada balasan.

"Hallo?" Yana memastikan.

"Ehm ya.. bagaimana kabarmu?" Tanya seseorang itu.

Yana mengerutkan keningnya, "dengan siapa?"

"Sudah makan siang?" Tanya anonim di telepon lagi.

Yana celingukan melihat karyawannya yang sedang sibuk. Namun ia melihat sesuatu di pojok ruangan. Pria berjas hitam yang membawa telepon genggam dengan telapak tangan menutupi wajahnya yang berusaha menyembunyikan diri dari pandangan Yana.

"Ah maaf, sepertinya telepon ini salah sambung." Lanjut anonim sembari menutup telepon tiba-tiba.

Pfftt!
Yana terkikik melihat tingkah pacarnya. Terlihat setelah lelaki itu menelepon langsung buru-buru pergi dari persembunyiannya yang jelas terlihat dari ruangan kaca milik Yana. Ruangan Yana yang dapat melihat keluar, namun tidak sebaliknya. Gadis itu tersenyum tipis sembari menatap kepergian Juna ke ruangan lain. Ia paham bahwa pacarnya begitu mengkhawatirkan dirinya. Gadis itu menghela nafas kasar.

***

"Makasih." Ucap gadis dengan rambut digerai di samping Juna tiba-tiba.

"Eh, buat?" Tanya Juna gelagapan mendapati pacarnya yang sudah menatapnya.

"Atas telepon salah sambungnya," Yana tersenyum.

"Oh, eh.. kok saya," jawab Juna berbohong.

Lelaki itu berusaha menahan senyum sekaligus wajah paniknya. Ia berpura-pura mengetik seakan sedang sibuk.

"Mau lunch di rumah saya?" Tanya Yana.

"Ketemu mama papa?" Juna bertanya balik sembari mendongak menatap Yana, meminta kepastian.

Yana mengangguk, "mereka mau tau perkembangan kamu juga."

"Siap!" Tegas Juna dengan wajah sumringah.

Sejujurnya Juna senang bisa bertemu orang tua pacarnya, namun tak jarang ia mendapat tekanan yang membuatnya overthinking. Tentu saja itu bukan hal yang membuat lelaki itu putus usaha untuk memperjuangkan pacarnya.

***

Sesampainya di rumah Orang tua Yana, terlihat sudah ada meja besar yang disediakan. Seakan semuanya sudah direncanakan. Mama Yana dengan wajah cerianya menyambut sejoli itu memasuki rumah. Sedangkan papanya menatap Juna dengan senyuman menantang. Setelah semua duduk rapi di kursi, Papa mulai membuka suara.

"Kapan nikah?"

Uhuk!
Yana dan Juna tersedak jus bersamaan lalu menatap Papa, meminta penjelasan.

Bersambung...

Kukira Malesub [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang