27. Ni Juu Nana (にじゅうなな)

563 136 6
                                    

_Dimension Portal_

[~ Luka Kutukan yang Hilang ~]

"Aku tidak tahu, tapi entah kenapa akhir-akhir ini tinkahmu sangat aneh sekali," gumam Gaara. Mata jade-nya melirik sang sahabat bermata onyx yang kini sedang terdiam menatap sahabat merah mudanya penuh selidik.

Sebenarnya ia agak heran disini. Tentu saja, sahabatnya itu benar-benar aneh. Dia yang biasanya dingin dan cuek pada wanita manapun entah kenapa selalu mengikutinya ketika ingin mengunjungi Sakura. Sahabatnya itu bahkan rela mengosongkan jadwalnya hanya karena ingin menemaninya menjenguk Sakura.

Seperti hari ini contohnya.

"Aku dengar sahabatmu ini menunjukkan gerakan semalam," gumam pria bermata onyx itu. Ia menoleh pada Gaara dan tersenyum tipis, sangat tipis untuk bisa di sadari. "Apa kata dokter?"

Nah kan, lihatlah responnya itu. Benar-benar aneh sekali. Diam-diam Gaara mendengus melihat tatapan intimidasi sahabatnya itu, seakan ingin mengetahui segala hal tentang Sakura.

"Dokter bilang Sakura mulai merespon keadaan di sekitarnya," jawab Gaara. Ia melipat tangan di depan dada, "Bahkan saat kita bicarapun, mungkin ia mendengarnya saat ini."

"Apa itu artinya dia akan bangun?"

Kening Gaara mengernyit, apalagi saat sekelibat ia melihat ekspresi senang yang tidak bisa pria itu tahan di wajahnya yang biasa triplek itu. "Aku bukan dokter, tanyakan saja pada dokter nanti."

Pria itu terdiam. Ia mengguar rambutnya perlahan sebelum akhirnya berjalan dan mendudukkan dirinya di samping Gaara. Membuat pria merah itu meliriknya sedikit. Hening setelahnya, namun itu tidak berlangsung lama ketika pria onyx itu kembali bertanya.

"Bagaimana dengan pameran yang akan di adakan di Kyoto? Kau akan membawanya kan?"

Mengangguk pelan, Gaara melirik sang sahabat merah mudanya sebentar. "Tentu saja, dia memintaku mengajaknya. Kau pikir aku akan melanggar janjiku?"

"Baguslah," gumam pria onyx itu. Kini ia semakin melebarkan senyum menawannya mendengar jawaban sang pria berambut merah.

*

Mata pria bermata onyx itu sama sekali tidak terlepas dari sosok gadis yang telah ia ubah menjadi wanita semalam. Gadis itu tampak terlelap dari tidurnya, atau mungkin pingsannya? Entahlah, Sasuke tidak tahu.

Sakura, gadis itu tidak menunjukan tanda-tanda akan bangun. Padahal ia ingin meminta maaf pada gadis itu secara langsung setelah kembali dari perkumpulan nya dengan Naruto dan Sasori.

"Uchiha-sama, ini baskom dan air yang anda minta."

Pria itu langsung meraih baskom yang berisi air hangat plus lap di tangan salah satu pelayan wanita yang baru masuk. Tanpa mengatakan apapun, Sasuke memberikan isyarat pada pelayan itu untuk pergi.

Perlahan-lahan, Sasuke mengangkat tubuh Sakura hingga bersandar pada ranjang. Dengan sabar, pria bermata onyx itu mengusap seluruh tubuh Sakura dengan lap yang ia bawa. Gadis itu masih belum sadar setelah apa yang terjadi semalam. Dan bukan hanya itu yang membuatnya khawatir, kulit gadis itu begitu pucat, hawa dingin sangat mencekam dari tubuh gadis itu. Intinya, kondisi Sakura benar-benar buruk.

Jadi, ini adalah hasil perbuatannya semalam?

Rasa bersalah semakin menjadi-jadi. Apalagi jika diingatkan kembali jika paman Sasori meninggal dengan cara yang sama. Apakah... Apakah gadis itu tidak akan selamat?

Selain itu, rasa bersalah Sasuke sangat menjadi-jadi ketika mengingat bahwa dirinya lebih memilih bangsanya ketimbang keselamatan gadis itu. Padahal Sakura sudah melakukan banyak hal untuk bangsanya, gadis itu banyak membantu saat di Trauminsel hingga ia bisa memiliki kekuatan api Amaterasu meskipun tidak bisa ia kendalikan.

Namun, bukankah itu artinya ia telah berhutang budi pada Sakura? Tapi, bukannya berhutang budi, ia malah mengancam nyawa gadis itu.

Apakah... Masih belum terlambat untuk menyelamatkan Sakura?

*

Mata hazel pria merah itu tampak fokus mengawasi para prajurit yang tengah mengepak semua akomodasi peperangan. Sesekali, ia membantu mengikat, atau mengangkat akomodasi peperangan pada sebuah gerobak dorong.

"Sasori-san, lebih baik anda beristirahat. Kami akan melakukan pekerjaan ini semaksimal mungkin," salah satu prajurit yang sedang Sasori bantu mengangkat beberapa pedang berujar.

Pria merah itu terdiam. Bukan, bukan karena ia tidak ingin membantu para prajurit mempersiapkan peperangan. Tapi kenyataannya memang ada hal lain yang harus ia lakukan atau mungkin ia pikirkan?

Ini soal Sakura, ia tahu bahwa mengutamakan bangsa memang lebih baik daripada mengutamakan satu orang yang belum tentu bisa hidup panjang. Namun, jika memikirkan kembali atas apa yang Sakura lakukan untuk bangsa Dunkle, itu membuat dirinya ataupun Naruto dan Sasuke mengabaikan gadis itu.

Sakura telah melakukan banyak hal, bukankah sudah seharusnya jika bangsa ini memiliki hutang Budi pada gadis itu?

Naruto yang baru saja mengirimkan pesan pada orang-orang di perbatasan lewat burungnya pun menoleh. Tepatnya pada pria Uchiha yang baru saja keluar dari kamar dimana pria itu tertidur. Berjalan mendekati Sasuke, pria kuning itu menepak pundak sang sahabat pelan membuat pria dengan mata onyx itu menoleh.

"Bagaimana?" tanyanya penuh kekhawatiran.

Sasuke menggeleng pelan, dan Naruto tahu benar jawaban itu. Bahwa Sakura, sedang diambang batas antara hidup dan mati. Dan ia yakin jika Sasuke pasti merasa bersalah karena melakukan hal yang dilarang. Meskipun Sasuke tidak sepenuhnya salah karena ada di bawah kendali luka kutukan api abadi.

Ngomong-ngomong soal luka kutukan...

"Teme, bisa kau mendongak sedikit?" Melihat Sasuke yang menatapnya heran, Naruto mengibaskan tangannya pelan. "Entah perasaanku atau bukan, aku melihat luka kutukanmu yang agak samar-samar dan hampir hilang tadi pagi. Dan..." mata Naruto menyipit saat Sasuke mondongak. Mata birunya terfokus pada pundak Sasuke," Benar, Sasuke! Lukamu hilang!"

"Apa?"

Secara refleks, pria Uchiha itu menyentuh pundaknya dimana terdapat luka kutukan mengganga sebelumnya. Namun tidak ada apapun di sana, ia juga tidak merasakan sakit ketika menyentuhnya seperti biasa.

"B-bagaimana bisa?" gumam Sasuke tidak percaya.

Sedangkan itu, Sasori mengerjap. Ia menoleh pada sahabat ravennya dengan pandangan menelisik ke arah Naruto. "Kau... Pasti tahu jawabannya, kan?"

Ditatap begitu membuat Naruto agak tersentak. Ia mengerjap beberapa kali mencoba mengingat beberapa kejadian. Khususnya saat di Trauminsel ketika ia ditinggalkan di tepi pegunungan bebatuan ketika Sakura hampir terjatuh, perjalanan museum Balaur ketika Sakura tersandung, saat Sakura hendak meminum darah Hydra, dan... Perjalanan pulang ke Lichwelt ketika di atas punggung Air Manta.

"Hanya putri Hawa yang pernah memasuki Dunkle Welt yang bisa mematahkan kutukan itu."

Kata-kata para tetua Uchiha tiba-tiba terlintas di kepalanya. Naruto mengerjap, rupanya tebakannya bahwa Sakura adalah putri Hawa yang bisa mematahkan luka kutukan api Abadi Sasuke benar adanya. Dan, bukan hanya itu...

"Sesuatu yang abadi dan sesuatu membara."

Naruto tidak mungkin tidak mengetahui makna dari kata itu. Awalanya mungkin Naruto memang menganggap bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini, namun ia lupa satu hal. Yakini Cinta, itu adalah hal abadi yang pernah ibunya katakan. Dan sesuatu yang membara, Naruto tidak tahu pasti makna untuk kata satu ini. Namun... Apa yang terjadi pada Sasuke dan Sakura semalam telah menjawab segalanya.

Terbukti dengan luka kutukan Sasuke yang kini menghilang tanpa bekas.

Namun ada satu hal yang harus ia pastikan disini. Mata biru itu menatap sahabatnya lekat, ia menuntut jawaban untuk ini.

"Sasuke, jujurlah padaku. Apa kau... Jatuh cinta pada Sakura?










Tbc.....

Selamat bagi para kaum Muslim yang akan menunaikan puasa Ramadhan besok 🤗. Semoga dengan datangnya bulan Ramadhan tahun ini, ibadah semakin di tingkatkan ya bagi kawan-kawan Muslim 🥰

See you next chap!
Sab, 2 April 2k22

Dimension Portal [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang