20. Takdir.

204 10 2
                                    

Mark menolehkan kepala, menatap pada jasad Changmin yang dibawa masuk kedalam ambulan. 

"Ternyata Changmin memakai narkoba makanya dia tidak merasakan sakit meski tubuhnya ditembus peluru," kata Sehun yang masih nyengir - nyengir karena merasakan sakit terkena pukulan dari Daniel. Ia menatap pada Daniel yang digiring masuk kedalam mobil polisi sembari berteriak - teriak kesal. 

"Dan dengan bisnis narkoba itu makanya semuanya bisa ditangkap dengan tuduhan yang semakin banyak," kata Chanwoo, "Dakwaan pembunuhan di tambah narkoba, sudah pasti hukuman mati."

Mark tidak bergabung dengan pembicaraan para seniornya, ia melangkahkan kaki mendekat pada Haechan yang kemudian mendongakkan kepala dan menatap kearahnya. Mark berusaha tersenyum meski wajahnya saat ini pasti tidak karuan. 

"Terima kasih ya hyung.." kata Haechan, "Wajahmu jadi jelek begitu karena berusaha menyelamatkanku."

"Aku tidak hanya menyelamatkanmu kok... tapi juga banyak orang," kata Mark yang kemudian duduk disamping Haechan, "Para pembunuh itu kalau tidak segera ditangkap akan semakin banyak korban."

Haechan tersenyum lebar, ia meletakkan kepalanya pada bahu Mark tetapi karena mendengar Mark merintih kesakitan ia menarik kembali kepalanya, "Sakit semua ya tubuhmu hyung..."

"Iya... mengerikan sekali sakitnya dari atas kepala sampai ujung kaki," kata Mark yang melebihkan ucapannya. ia menatap pada Haechan, "Tapi kau punya obat ajaib kan."

Haechan tersenyum malu - malu, ia menatap kearah para senior Mark yang sedang serius berbicara, tidak akan ada yang menganggu mereka kali ini. Tapi karena melihat bibir Mark yang bahkan robek dan bengkak terkena pukulan, Haechan memilih untuk mencium lembut pada pipi Mark. 

"Obat yang lain kalau kau sudah agak mendingan ya..." bisik Haechan dengan wajah malu - malu. 

Mark yang selama ini menahan kegemasannya pada Haechan pada akhirnya memeluk erat pada tubuh Haechan, meski ia langsung melepaskan pelukannya karena tubuhnya yang belum bisa diajak kompromi. 

Haechan tertawa melihat penderitaan Mark, ia mengelus lembut pada tangan Mark sebagai upaya untuk menghibur.

@@@@@

Mark sangat lega karena akhirnya kasus Changmin cs ditutup dengan hukuman pada Daniel, Khael, Minhyun dan Hyungwon yang sangat sesuai. Tapi... ia dihadapankan satu masalah baru. 

"Karena usia Haechan yang belum 17 tahun, kami masih bisa mengajukan adopsi secara legal," ucap Chulyong. 

Mark hendak protes tapi tentu saja tidak berani, apalagi melihat wajah bahagia Haechan yang mendapatkan orangtua baru yang begitu peduli padanya. Tapi...

"Anda tidak keberatan memiliki menantu polisi kan..." ucap Mark paa Chulyong. 

Chulyong menatap tajam kearah Mark, "Bagaimana kalau keluar saja dari kepolisian dan mengurusi bisnis jual beli senjata di Rusia?"

"Yeobo..." Jimin berusaha memperingatkan Chulyong. 

Mark menatap bingung pada Haechan yang balas menatapnya, "Tidak bisa... menjadi polisi adalah cita - citaku sejak kecil."

Haechan kali ini menatap penuh khawatir pada ayah barunya. Tapi tanpa terduga sama sekali Chulyong justru tersenyum. 

"Kalau begitu lanjutkan dan tangkap aku..." Chulyong mengangkat gelasnya yang berisi anggur, "Kalau kau sanggup."

Mark tidak tahu bagaimana dia harus menanggapi tapi ia menganggukkan kepala meski mendapat tatapan tajam dari Haechan. 

@@@@@

Mark menatap heran pada Haechan yang mendengus kesal. Dengusan kesal yang sudah entah keberapa kali. Mark mendekat pada Haechan, memeluk tubuh kekasihnya itu dari belakang. 

"Kenapa sih dari tadi mendengus kesal terus?" tanya Mark. 

"Kau tidak serius mau menangkap abeoji kan.." Haechan balas menatap kearah Mark. 

"Ayahmu itu buronan internasional, urusannya dengan FBI dan CIA aku tidak ikutan," Mark membelalakkan mata, "Tapi aku pasti langsung naik pangkat kalau bisa menangkap ayah... akkh.."

Mark menjerit kesakitakn ketika Haechan mencubit pada bahunya. 

"Penjahat kan masih banyak, tangkap yang lain saja..." 

Mark tahu jika Haechan benar - benar kesal padanya tapi melihat Haechan yang bersungut - sungut ia malah merasa gemas. Mark mendekatkan wajahnya dan mencium lembut pada bibir Haechan. 

"Aku ingin menangkapmu Haechan..." bisik Mark dengan nada seduktif di telinga Haechan. 

Haechan menatap pada Mark yang begitu dekat dihadapannya, "Apa salahku?"

"Kau sudah membuatku tergila - gila dan tidak bisa lepas dari candu yang memabukkan ini," Mark kembali mendekatkan wajahnya, melumat kembali pada bibir Haechan yang memang menjadi candu untuknya. 

Haechan sendiri menutup matanya dan menikmati lumatan - lumatan lembut dari bibir Mark. Ia membalas lumatan pada bibir Mark meski pada akhirnya membiarkan Mark menguasinya. 

Kedua anak manusia yang sedang asyik di mabuk cinta tiba - tiba dikejutkan dengan suara dering handphone milik Mark yang berbunyi keras. 

Dengan terpaksa Mark melepaskan ciumannya pada bibir Haechan, ia mengambil handphonenya dan mengangkat telepon dari kaptennya yang ia setel dalam keadaan loud speaker. 

'Mark segera ke lokasi!!! Ada kasus!!!'

"Ne nunna..." sebelum berangkat, Mark kembali mendekap tubuh Haechan dan menciumi gemas pada pipi gembul Haechan. 

"Hyung, sudah sana berangkat..." Haechan menatap khawatir pada telepon Hyunbin yang belum ditutup, "Hyu.. hmmpphh..."

Tapi Mark malah memilih melumat kembali bibir Haechan. 

'YA!!!!!!!!!!!!!!!!! MARK LEE!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!' 



Takdir?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang