Chapter 20

2.2K 384 36
                                    

Kamar itu sunyi hanya ada suara nafas dan suara benturan barang dari alat medis sang tabib, Jisung menunggunya di sudut ruangan dengan mata yg tak pernah berpaling ranjang. Ia meremas jemarinya tak sabar, menggertakkan gigi ketika tubuh Renjun tak merespon baik aliran energi dari tabib itu yg membuatnya batuk darah, dan tak terhitung jumlahnya berapa kali ia menghela nafas di ruangan itu.

Jisung memilih keluar, ia tak sanggup melihat wajah Renjun yg kesakitan dan pucat.

"Arghh"

Bugh

Krak

Duagh

Sebuah pohon di halaman istana tumbang akibat pukulan keras Jisung, para penjaga langsung berdatangan untuk memeriksa apa yg terjadi, tak terkecuali para penjabat istana yg kebetulan lewat.

"Yang Mulia anda baik baik saja?" Negral yg langsung menghampiri, memeriksa kondisi Jisung namun Jisung hanya diam.

"Ada apa ini?" Suara dingin Pangeran Jeno membuat semua orang diam, mereka memberi jalan baginya untuk mendekat ke tengah tempat Jisung berdiri.

Jeno melirik pohon itu ia mendekat
"Apa ini?"

"Bukan apa-apa?" Akhirnya Jisung menjawab

Jeno melirik tangan Jisung, ia memijit pangkal hidungnya "Ikut aku sekarang. Jangan membantah atau aku seret kau"

Jisung tidak menjawab namun ia mengikuti Pangeran Jeno mengekor di belakangnya.

"Duduk" dan Jisung menurut

Jeno melirik ke arah Aaron "Ambilkan perban"

"Baik Yang Mulia"

Tak butuh waktu lama Aaron membawa peralatan obat untuk luka luar ia menyimpannya di meja. Jeno yg duduk di depanya menatap Jisung yg saat ini benar-benar berantakan. Bajunya basah dan kotor, dan lihat wajahnya yg kusut itu.

"Ulurkan tanganmu!"

"Untuk apa?"

"Lakukan saja"

Jisung yg sedang malas berdebat mengulurkan kedua tanganya, meja itu lumayan tinggi namun kecil sehingga Jeno bisa menjangkau tangan Jisung.

Jeno mengambil tangan kanan Jisung, membuatnya meringis lalu melirik ke arah tanganya.

Sejak kapan itu terluka?

"Aku tebak kau juga tidak sadar akan kondisi tanganmu sendiri"

Mendapat pernyataan yg tepat Jisung membuang mukanya, Jeno selalu tau apa yg ia pikirkan dan itu menyebalkan.

"Apa yg terjadi?" Jeno memulai percakapan di saat ia mengobati tangan adiknya

"..."

"Apa ini mengenai Renjun?"

Mendengar nama itu rasa bersalahnya kembali muncul, ia tanpa sadar mengepalkan tangannya karena kesal.

Jeno menyadari hal itu dan ia menatap Jisung. Untuk sekali saja ia akan menjadi sosok kakak untuknya.

"Katakan padaku apa yg sebenarnya terjadi?"

"...Renjun"

"Ada apa dengannya?"

"Sejak penyusupan itu kondisinya menjadi lemah karena aku. Dan sekarang ketika ia akan memulihkan kekuatannya aku mengacaukan segalanya"

"Kondisi tuan Renjun yg beberapa hari sudah lemah sekarang semakin lemah dan aliran darahnya sangat berantakan. Saya khawatir dengan kondisi jantungnya"

Mon Espoir [SungRen] || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang