Chapter 17

730 76 3
                                    

Vote sebelum membacaʕ´• ᴥ•̥'ʔ

⚠️🍽️⚠️

Di meja makan yang terlihat berantakan akibat perlawanan siang tadi, empat orang dewasa duduk dengan masing-masing dari mereka mengeluarkan raut wajah serius. Dalam dentingan jam yang mengisi kesunyian yang nyaris lama ini, terdengar hembusan nafas yang panjang dari arah wanita cantik itu.

"Jadi sekarang bagaimana?" Bianca menatap ketiga lelaki itu dengan menyerah.

"Em... Bagaimana, ya?" Justin melirik atap secara bergantian.

"Kita lakukan saja apa mau Ray. Lagipula kita berkumpul di sini karena mau membahas masalah ini, bukan?" Bryan menghela jengah.

Halley menunduk dengan keringat bercucuran. Pasalnya, saat ini dia tidak tau harus bertindak bagaimana karena tak pernah sekalipun memegang pisau dengan tujuan membunuh. Dan diskusi saat ini adalah pembahasan yang mengacu pada pembunuhan. Terlebih lagi yang mau dibunuh adalah orang-orang yang paling Halley benci. Sudah pasti dia harus turut serta dalam memberantasnya. Namun bagaimana caranya?

"Benar," angguk Justin sambil mengibaskan rambut panjangnya. "Aku yang akan mengurus Mr. Gerald. Bryan, kau habisi Hans. Bianca, kau habisi Nicki."

"Aku?" Halley menunjuk dirinya sendiri dengan tatapan bertanya.

Justin menghela panjang. "Kau tidak boleh!"

"Apa? Tapi kenapa?" Halley mengernyitkan keningnya. "Aku juga mau membantu. Dari tadi kerjaku hanya sembunyi saja, sedangkan kalian bertarung nyawa. Aku merasa tak berguna."

Bryan mendecak kesal. "Kau adalah penyebab semua ini! Kau masalah utamanya, bodoh! Kalau sampai kau tergores barang sekecil debu saja, kita semua akan mati di tangan Ray. Apa kau tau itu?!!" pekiknya jengkel.

Halley menunduk. "Kalau begitu... setidaknya beri aku pekerjaan apapun itu. Aku tak mau menganggur saja. Aku juga ingin berguna supaya pantas berada di antara kalian semua."

"Kau diam saja. Itu sudah termasuk berguna dan sangat membantu kami." Justin menatap lekat mata Halley namun lebih seperti mengintimidasi hingga membuat Halley terdiam dan menurut saja.

"Hei!" Bianca menatap serius pada dua pria bersenjata kehebatan itu. "Aku tidak tau siapa yang namanya Nicki. Bagaimana aku akan membunuhnya?" tanyanya kesal.

"Oh— Aku ada fotonya," ujar Halley sambil mengeluarkan ponselnya. "Dia yang ini. Kalau yang ini Hans. Ini foto mereka yang aku ambil dari Instagram." Halley juga menunjukkannya pada Bryan.

"Untuk apa kau menyimpan foto mereka?" tanya Bryan penuh selidik.

"Aku... Aku menyimpan foto semua orang yang pernah berbuat jahat padaku. Di hapeku ini bukan cuma berisi foto Hans dan Nicki saja, tetapi juga banyak yang lainnya. Aku menyimpannya untuk ku umpat kalau sedang kesal." Halley menghela panjang.

"Kau benar-benar tak ada kerjaan lain, hah?"

"Tidak ada." Halley menjawab datar.

"Sial!" Bryan mendengus sebal.

Justin dan Bianca hanya terdiam namun saling tatap. Mereka memberikan kode cinta dan keduanya pun beranjak dari sana, pergi ke kamar tengah. Sudah bisa dipastikan apa yang akan mereka lakukan. Halley hanya terdiam sambil melamun, sementara Bryan menatap jijik pada kedua pasangan gila itu. "Benar-benar tak habis pikir!"

Halley tertawa kecil saat melihat tingkah Bryan yang sedang jengkel. Hal itu terlihat lucu di mata Halley.

"Hei! Aku mau tanya." Bryan ganti menatap Halley.

PSYCHOPATH || BL18+⚠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang