Chapter 18

755 75 7
                                    

Follow akun saya, nanti saya follback yang sering komentar (☞゚∀゚)☞

⚠️🎭🎭⚠️

Di sore hari yang cerah, masih ada sepuluh menit lagi sebelum bel pulang sekolah berbunyi.

DAP! DAP! DAP!

Para murid dan juga guru berlarian menuju ke toilet perempuan karena kabarnya, ada seorang siswi yang tewas mengenaskan dengan leher yang tergorok oleh benda tajam. Darah mengalir memenuhi area toilet.

Mereka sampai tak memperhatikan jalan lagi saat berlari hingga menabrak apa saja yang dilalui. Sampai Mr. Gerald yang tengah berjalan santai di koridor, mendengus kesal. "Dasar bocah-bocah kurang ajar!" Dia berjalan menuju ke kantor dan melihat ke dalam, tidak ada satupun guru di sana. "Pada ke mana ini?" Akhirnya dia mendengus lagi dan memilih duduk saja di kursinya.

Sementara itu. Keadaan di toilet semakin ramai dan sesak. Mereka bergerombol ingin melihat ke dalam dan memotret tubuh siswi itu kemudian mengunggahnya ke media sosial, tetapi tak bisa karena para guru mencegahnya.

Justin yang baru sampai karena dirinya juga penasaran dengan kabar tersebut, berusaha meminta jalan di tengah kerumunan murid dan akhirnya justru sangat tak disangka-sangka. Dia terdiam mematung di depan pintu toilet dan begitu terkejut saat melihat siswi yang tewas itu. Tangannya gemetar hebat serta air mata mengalir di pipinya. Tatapannya tajam namun juga sendu. "T-tidak...!!!" Semua murid tersentak kaget saat mendengar teriakan dari Justin.

Mereka yang mengerumuni area pintu kamar mandi, terpaksa menyingkir untuk memberikan jalan pada Justin. Pria kekar itu membopong tubuh siswi itu dengan susah payah dan berlari menuju ke mobil. Tubuh Justin maupun siswi itu sama-sama berlumuran darah. Justin meletakkan perlahan di kursi belakang dan memakaikan seat belt pada tubuh siswi itu.

"Kumohon bertahanlah." Kemudian dia bergegas duduk di depan kemudi setir dan segera melajukan mobilnya menuju ke rumah sakit.

Para murid yang masih berada di toilet, berdecak kesal karena mereka digiring oleh guru-guru untuk kembali ke kelas. Bahkan tanpa menunggu bel pulang berbunyi, semua dipulangkan dengan terburu-buru karena saat ini keadaan sedang mendesak. Dan mungkin akan diliburkan selama beberapa hari.

"Ke mana korbannya?" tanya pak polisi yang sudah tiba ke tkp.

"Sudah dibawa ke rumah sakit, Pak."

"Itu jejak kaki—"

"Mr. Justin, Pak. Dia yang menggendong siswi itu dan membawanya ke rumah sakit. Mungkin mereka kerabat dekat karena tadi saya lihat Mr. Justin menangis." Mr. Ben, selaku guru yang paling dekat dengan Justin di sekolah, langsung menyanggah dengan cepat.

"Begitu," angguk polisi. "Apa di toilet ini tidak dipasang kamera pengawas?"

Mrs. Rose, selaku guru bimbingan konseling menggeleng pelan. "Tidak. Itu adalah tindakan gila kalau di toilet siswi dipasang cctv."

"Di depan toilet juga tak dipasang?" tanya polisi lagi.

"T-tidak. Karena menurut kami, memasang cctv di area toilet itu tindakan yang kurang tepat. Kami hanya memasang cctv di tempat-tempat yang penting," jawab Mr. Helio, selaku wakil kepala sekolah. "Seperti kantor, ruang kelas, halaman sekolah, dan juga kantin."

Pak polisi mengangguk dan masuk ke dalam toilet untuk melakukan penyidikan dan penyelidikan. Semua kru dikerahkan demi mencari titik terang dan bukti-bukti untuk mengungkap kasus ini. Sudah jelas kalau ini adalah kasus pembunuhan. Hanya motifnya yang belum diketahui.

"Boleh saya tanya lagi?" Komandan polisi keluar dari toilet dan menghampiri para guru.

"Boleh."

"Sebelumnya, apakah murid ini sedang mengalami perundungan atau masalah dengan murid lainnya? Atau dengan siapa saja dia dekat?" tanya komandan itu sambil mengeluarkan buku kecil.

PSYCHOPATH || BL18+⚠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang