SKM 25: Mother & Son's Quality Time

2.3K 208 13
                                    

Sarapan di luar adalah ide Genta.

Pria itu tiba-tiba saja menghampiri Bunda yang hendak menyiapkan sarapan dan mengajak untuk sarapan di sebuah café and resto dekat SMAnya dulu. Tempat itu sering Genta kunjungi dan menjadi base camp favoritnya ketika mengerjakan tugas dengan teman sekelas.

Kehadiran Genta di tempat itu disambut heboh oleh salah seorang pramusajinya. Dengan penuh antusias—dan tidak berhenti mengoceh—Genta diarahkan untuk duduk di meja khusus yang terletak di dekat kolam air mancur.

"Saya sering dengar tentang Tante dari Genta sama Robyn, tapi baru kali ini ketemu langsung. Ternyata beneran cantik," puji sang pramusaji begitu mempersilakan Bunda duduk. "Kayaknya Genta nggak pernah cerita tentang saya, ya?"

"Belum pernah cerita, tapi sering minta izin mau ke sini. Kalo ditanya, dia bilang mau main sama Obyn dan Yesaya."

Sang pramusaji tersipu malu. Dia melirik pada Genta yang sudah sibuk membolak-balik buku menu. "Tante bisa tenang kalo Genta main sama saya. Soalnya saya ini anak baik."

Bunda menanggapinya dengan tertawa.

"Jadi," ujar Bunda selagi mencoba melihat-lihat buku menu. "Menu apa yang mau kamu rekomendasikan, Yesaya?"


---


"Sejak kapan putus sama Naomi, Ta?"

Bunda meletakan cangkir tehnya dan menciptakan bunyi denting yang begitu nyaring. Wanita itu menyugar sisi rambutnya ke belakang telinga lalu menyilangkan kedua tangan di atas meja. Porsi makanan Bunda telah habis lebih dulu. Menyisakan daun selada dan tomat di tepi piring serta beberapa butir jagung yang kini menumpuk. Wanita itu baru saja selesai menyantap nasi goreng, sesuai dengan rekomendasi dari Yesaya, dan secangkir teh hangat untuk sarapan merangkap makan siang. Sementara Genta memilih soto daging dan segelas kopi hitam.

"Lumayan lama, Bun," jawab Genta yang masih sibuk menyantap daging bersama kuah. "Sejak awal koas."

"Berarti waktu Naomi main ke rumah tempo hari juga udah putus?"

Genta mengangguk.

Bunda menautkan tangannya pada cangkir teh. Masih ada berkas hangat yang bisa dia rasakan pada telapak tangan. "Kamu tau kan, Ta? Bunda pernah bilang ke kamu nggak mau ikut campur masalah hubungan pribadi, karena Bunda tau kamu sudah besar. Sudah bisa memilah mana yang terbaik buat kamu."

Sekali lagi Genta mengangguk.

"Perlu diingat juga, nggak ikut campur bukan berarti Bunda masa bodo. Kalo kamu perlu sharing atau butuh pendapat, kamu bisa cerita ke Bunda. Jangan kamu pendam sendiri, ya?"

Meletakan sendoknya, Genta tidak lupa mengelap bibirnya dengan tisu. Dia terkekeh lalu menatap Bunda yang tidak bisa menyembunyikan kekhawatiran dari raut wajah. Baru akan berbicara, Genta menatap jagung di tepi piring.

"Semua baik-baik aja, Bun. Genta sama Naomi putus karena udah nggak sejalan. Awalnya masih bisa diusahain, tapi lama-lama Genta yang capek," jelasnya sambil menyendokan jagung tersebut ke mangkuk soto. "Untuk sekarang Genta mau fokus koas dulu. Kasian juga kalo sampe Naomi nanti kesepian karena jadwal Genta yang nggak fleksibel. Dia juga harus bahagia."

Bunda menyaksikan Genta menyantap jagung dengan kuah soto lau mengembuskan napas. "Kamu kan juga harus bahagia, Ta."

"Sedang bahagia, kok. Soalnya hari ini masuk sore dan bisa sarapan bareng Bunda lagi," aku Genta sambil nyengir. "Biasanya cuma bisa nyemilin roti dari kantong sneli dan itu pun harus rela dipalakin Esa sama David."

Secangkir Kopi dari MandalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang