ENAM

0 0 0
                                    

"KAK ARKAN!!"

Arkan yang sedang tidur-tiduran sambil bermain game di ponselnya langsung terduduk saat mendengar seseorang meneriaki namanya.

Di pintu kamar, berdiri seorang anak perempuan berusia 8 tahun menatapnya.

"Apa?"

"Liat Kak Kanya?"

"Enggak, kenapa memang?"

"Mau ngajakin beli es krim. Tapi kalau gak ada Kak Kanya, Hana beli sama siapa?"

Arkan mengangkat kedua bahunya, acuh. Cowok itu berbalik badan dan kembali ke posisi semula.

"Kak, temanin Hana beli es krim ya," rengek Hana.

"Tunggu Kanya aja."

"Gak mau, Hana maunya sekarang!" anak itu berjalan ke arah Arkan dan melempari Kakaknya itu dengan bantal, sampai rambutnya yang dikuncir dua ikut bergoyang-goyang.

"Gue capek baru pulang sekolah," ujar Arkan tak mau kalah. Sesekali ia berguling-guling di atas tempat tidur untuk menghindari Hana yang melemparinya tak berperasaan.

"Ish! Ayoo!"

"Sama Bunda aja."

"Bunda jalan, Kak."

"Sama Kak Asyraf."

"Kak Asyraf jalan juga."

"Sama Kak Aimi."

"Kak Aimi nemenin Bunda."

"Sama Kak Aldo."

"Dia tadi ke mini market beli susu."

"Kenapa gak ikut?"

"Hana ditinggal, padahal kan tadi cuman ngambil pita sebentar," jawab Hana. "Gak ada orang lagi Kak, cuma ada Kak Arkan sama Hana di rumah."

Tetapi Arkan tidak mendengarkan, dia malah berpura-pura tidur agar Hana pergi dari kamarnya. Seketika Arkan teringat saat dirinya mengantar Zeta pulang satu jam yang lalu, setahunya tak jauh dari situ ada mini market.

Arkan tersenyum, membuka matanya, lalu kembali duduk.

"Dek." Hana yang sudah berdiri di depan pintu kembali membalikkan badan, menatap Arkan dengan sebelah alisnya yang terangkat.

"Kita beli es krim."

o0o

Setengah jam sudah Arkan berada di depan mini market bersama Hana yang sibuk menghabiskan es krim. Mereka berdua sedang duduk di salah satu kursi yang ada di depan mini market.

Hana, sudah sekitar enam es krim yang bocah itu makan. Hal ini membuat Arkan bergidik ngeri. Bukan karena adiknya yang mampu memakan es krim sebanyak itu, tetapi karena ia harus siap-siap kena marah Bunda-Nya karena sudah membiarkan Hana memakan banyak es krim.

Oke, setelah motor yang di sita. Sepertinya uang jajan Arkan minggu depan juga akan mogor cair. Kalau begini terus, bisa-bisa Arkan tidak kebagian warisan.

Pandangan Arkan mengarah pada sebuah gang yang ada di seberang jalan. Bodoh, ia merutuki dirinya sendiri. Tadi dia memang mengantarkan Zetta pulang, tetapi hanya sampai di depan gang. Cewek itu malah tidak memberitahu dimana rumahnya.

"Kak, nanti beli buat stok di rumah juga ya," ujar Hana

"Terserah," jawab Arkan singkat. Toh, jika dia melarang anak ini akan tetap bersikukuh.

"Semuanya berapa Pak?"

Kalimat itu membuat Arkan yang sedang menatap layar ponsel langsung menoleh. Cowok itu tersenyum, syukurlah, rejeki anak sholeh. Ternyata tidak rugi juga ia duduk lama disini. Sekarang orang yang ia harapkan sudah ada di depan mata.

IRASIONALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang