Langit telah nampak gelap, pertanda malam pun telah tiba. Seorang perempuan muda nampak menatap ke luar jendela, mengintip dari sela-sela gorden berwarna abu-abu itu. Ia mengedarkan pandangannya, sambil sesekali berdecak pelan sambil melirik layar ponselnya frustasi.
Ini bahkan sudah hampir 12 hari lamanya. Suaminya tak kunjung menunjukkan batang hidung nya sedikit pun. Ia sudah berusaha semampu nya, namun hasilnya tetaplah nihil. Karena suaminya masih tak dapat ia temukan, bahkan di seluruh tempat yang telah ia sambangi beberapa waktu belakang ini.
Kesabaran kini hampir habis, jika sampai di hari ke 14 Adrian -Suaminya tak kunjung pulang maka wanita itu bertekad untuk mencari suaminya itu ke Surabaya, dimana kantor cabang perusahaan milik keluarga Adrian berada.
Karena hanya itulah satu-satunya tempat yang belum wanita itu tuju hingga detik ini. Walau terdengar nekat, ia harus terus mencoba mencari keberadaan suaminya.
Sebelum sesuatu hal yang buruk terjadi dan ia terlambat tuk menyadarinya. Entahlah, tapi ia punya firasat yang kurang baik beberapa waktu belakang ini.
Mulai dari kondisi sang ayah mertua yang tiba-tiba drop, hingga harus di rawat intesif di rumah sakit hingga kini suaminya yang tiba-tiba saja menghilang tanpa jejak.
Sungguh, ini mungkin merupakan tahun-tahun tersulit di dalam kehidupan rumah tangga mereka. Namun, gadis itu masih tetap optimis. Bahwa semua ini akan dapat ia lewati dengan baik. Selama ia bersama dengan pria itu -Adrian.
✖️✖️✖️
"Lana, titip ibu sama bapak ya. Kak Rea mau nyusulin kak Adrian ke Surabaya. Enggak ada apa-apa kok, cuman kasian sama kakak mu. Dia kayaknya cukup kerepotan ngurusin kantor cabang di sana. Makanya kak Rea nyusulin dia, buat bantu-bantu dikit sekalian ngurusin dia. Ia makasih ya Lana, maaf gak bisa bantu jaga bapak untuk beberapa waktu ke depan. Ia kamu juga jaga kesehatan. Semoga bapak cepet sembuh ya biar bisa kumpul bareng lagi sama kita."
Sambungan telepon pun terputus, sejenak gadis itu termenung dalam diamnya. Meremas erat ujung dress simple yang digunakan, tatkala rasa bersalah dan sedih itu menyeruak di dalam dadanya. Ia telah berbohong, tentang keberadaan suaminya. Yang padahal entah ada di mana.
Tapi ini bukan waktu nya tuk menyesali semua itu. Ini demi dirinya dan juga keluarga nya. Ia hanya harus segera menemukan keberadaan suaminya dan mencari tau lebih jauh tentang apa yang sebenarnya terjadi selama ini. Hingga pria itu menghilang bagai di telan bumi.
Maka itu di sini lah ia berada sekarang. Dalam perjalanan menuju kantor cabang milik suaminya di Surabaya. Pergi dengan penerbangan paling pagi dan sampai di kota itu sekitar satu jam yang lalu.
"Berhenti di sini aja pak. Kayaknya jalan depan di portal jadi gak bisa lewat." ucap Rea ketika taxi yang di tumpangi nya sampai di area perusahaan milik suaminya tersebut.
Sang supir pun menurut lalu segera membuka bagasi untuk mengeluarkan koper berukuran sedang yang dibawa oleh Rea dari Jakarta.
"Kayaknya di tempat ini ada demo bu. Soalnya udah hampir dua minggu setiap saya lewat sini pasti banyak orang yang orasi di sekitar jalan ini."
Rea terdiam sejenak, menatap sekitar yang terlihat sedikit berantakan dengan banyak tulisan yang di pilox sembarangan di dinding-dinding sekitar gedung kantor milik suaminya tersebut.
"Orasi apa ya pak?" Tanya Rea spontan, berpikir mungkin saja supir taxi itu mengetahui sesuatu karena ia mungkin orang daerah sana dan biasa lewat daerah sini saat pergi atau pulang kerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pawned Wife
Romance"Kau membutuhkan uang ini bukan? Maka tanda tangani kontrak ini, dan jadilah milik ku selama 3 bulan ke depan." Rea menggigit bibirnya pelan, sambil meremas ujung gaun yang tengah dikenakannya itu dengan keras, menahan segala amarah dan rasa malu ya...